Peran Hidrasi Manitol dalam Mengatasi Efek Samping Cisplatin pada Ginjal

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto by CNN Indonesia

Cisplatin merupakan salah satu obat yang digunakan sebagai kemoterapi pada berbagai pasien kanker termasuk kanker kepala-leher. Nefrotoksisitas atau gangguan fungsi ginjal baik akut maupun kronis merupakan efek samping yang sering terjadi pada sekitar 20% – 30% pasien dengan kemoterapi cisplatin. Hal tersebut dikarenakan mayoritas sekitar > 90% cisplatin dikeluarkan dari tubuh melalui ginjal. Pada beberapa penelitian, kejadian efek samping nefrotoksisitas ini sangat dipengaruhi oleh dosis dari cisplatin yang ditandai dengan peningkatan nilai BUN dan serum kreatinin secara signifikan setelah beberapa waktu pasca pemberian. Selain itu, kondisi gangguan fungsi ginjal akibat cisplatin juga bisa dilihat berdasarkan hasil pemeriksaan elektrolit yang menunjukkan adanya penurunan signifikan pada kadar magnesium, kalium, fosfat dan kalium. Pemberian hidrasi dengan manitol merupakan salah satu upaya yang dapat digunakan untuk mencegah terjadinya nefrotoksisitas akibat cisplatin.

Manitol merupakan diuretik osmotik yang diketahui dapat berperan dalam memberikan perlindungan terhadap ginjal karena mampu mempercepat proses pembuangan toksin melalui ginjal. Beberapa penelitian sebelumnya terkait pengaruh manitol pada nefrotoksisitas akibat cisplatin menunjukkan hasil bahwa pemberian manitol dengan cisplatin secara bersamaan memiliki efek perlindungan yang signifikan sehingga memungkinkan pasien untuk menerima terapi cisplatin dengan risiko nefrotoksisitas yang rendah. Penelitian mengenai peran hidrasi manitol (20% 500 ml) dalam pencegahan nefrotoksisitas cisplatin juga telah dilakukan pada Juni – September 2018 dengan total 52 pasien kanker kepala leher di RS. Dr. Soetomo Surabaya yang memperoleh kemoterapi cisplatin. Kemoterapi cisplatin pada penelitian ini tidak diberikan secara tunggal melainkan kombinasi dengan obat lain baik dengan 5-fluorouracil pada 42 pasien dan paclitaxel pada 10 pasien.

Semua pasien dalam penelitian ini menerima kemoterapi minimal selama tiga siklus dan hingga enam siklus untuk beberapa pasien. Dosis cisplatin yang diterima pasien bervariasi antara 35 mg/m2 – 100 mg/m2 dan yang paling sering digunakan adalah 100 mg/m2. Dalam penelitian ini, pasien umumnya berada dalam rentang usia antara 41-64 tahun dengan rata-rata usia 52 tahun yang mana beberapa penelitian melaporkan bahwa pasien dengan usia 50 tahun memiliki insidensi nefrotoksisitas akibat cisplatin yang lebih tinggi. Penelitian dilakukan dengan mengamati perubaan fungsi ginjal pasien pada saat sebelum dan setelah menerima terapi kombinasi cisplatin. Pasien mendapatkan satu kali hidrasi manitol (20% 500 ml) dengan saline setelah kemoterapi pada setiap siklus. Perubahan fungsi ginjal  diamati melalui perubahan tiga parameter yaitu nilai BUN, serum kreatinin dan klirens kreatinin berdasarkan rumus perhitungan Cockroft-Gault.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terjadi gangguan fungsi ginjal pada 52 pasien setelah pemberian kemoterapi kombinasi cisplatin siklus pertama yang ditandai dengan peningkatan nilai serum kreatinin dan penurunan klirens kreatinin secara signifikan (p-value <0,05). Nilai rata-rata BUN dari semua 52 pasien juga meningkat setelah menerima kemoterapi kombinasi cisplatin pada tiap siklus akan tetapi tidak signifikan secara statistik (p-value >0,05). Keadaan penurunan fungsi ginjal dapat terjadi setelah siklus pertama pemberian cisplatin dan fungsi gangguan fungsi ginjal tersebut akan semakin memburuk seiring dengan meningkatnya jumlah kemoterapi yang ditandai dengan penurunan klirens kreatinin setelah setiap siklus. Perubahan kadar serum kreatinin, klirens kreatinin, dan nilai BUN pada semua pasien di setiap siklus kemoterapi memiliki nilai rata-rata yang fluktuatif walaupun pada penelitian ini pasien telah mendapat kombinasi hidrasi saline-manitol 20% 500 ml satu kali setelah setiap siklus.

Hasil penelitian ini serupa dengan beberapa penelitian lain yang menunjukkan bahwa pada pasien dengan terapi cisplatin yang menerima hidrasi manitol tidak menunjukkan perbedaan fungsi ginjal yang signifikan secara statistik dengan pasien yang hanya mendapatkan hidrasi saja tanpa manitol. Secara keseluruhan penelitian ini cukup menunjukkan dan memberikan gambaran terkait peran hidrasi manitol terhadap fungsi ginjal pasien kanker kepala dan leher yang menerima kemoterapi cisplatin. Pada penelitian ini, pemberian hidrasi manitol (20% 500 ml) yang dikombinasikan dengan hidrasi saline diketahui dapat mempertahankan nilai BUN dan serum kreatinin pasien pada setiap siklus dalam batas normal. Namun, perlu menjadi perhatian bahwa beberapa faktor risiko seperti dosis cisplatin dan usia pasien dapat mempengaruhi nefrotoksisitas akibat cisplatin sehingga secara tidak langsung akan berdampak terhadap efektivitas dari terapi hidrasi mannitol.

Penulis : Mareta Rindang Andarsari

Detail tulisan artikel ini dapat dilihat pada :

Mareta Rindang, Andarsari, Yunita Dyah, Kusumaningrum, Rosy Nurlita, Hapsari, Dwi Hari, Susilo, & Dewi Wara, Shinta. (2021). Effect of Mannitol Hydration as Renoprotective on Cisplatin Induced Nephrotoxicity (CIN) in Head and Neck Cancer Patients. Indian Journal of Forensic Medicine & Toxicology15(4), 1757–1765. https://doi.org/10.37506/ijfmt.v15i4.16958

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp