Sebuah Tinjauan Sistimatis Intervensi Berbasis Kultur Multifaktor untuk Meningkatkan Manajemen Diri Pasien DMT2

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto by MTC

Manajemen diri diabetes merupakan upaya untuk mencegah peningkatan angka kesakitan dan kematian pada pasien DM. Di beberapa negara dengan etnis minoritas, perbedaan budaya berupa linguistik dan fisiologi mempengaruhi kemampuan pasien DM untuk beradaptasi dan mengelola penyakit  . The American Diabetes Association (ADA) merekomendasikan edukasi manajemen diabetes sebagai upaya peningkatan pengetahuan dan kemampuan pasien DM dalam mengelola penyakit. Edukasi manajemen diabetes yang menggunakan pendekatan budaya dianggap sebagai strategi terbaik untuk memperbaiki kesenjangan penyampaian informasi akibat perbedaan sosial budaya di masing-masing negara. Pendidikan diabetes merupakan aspek penting dari manajemen diabetes. Di banyak negara dengan populasi minoritas, pendidikan diabetes berbasis budaya dianggap sebagai strategi terbaik untuk memperbaiki kesenjangan dalam penyampaian informasi karena perbedaan sosial budaya di setiap negara. Tujuan dari tinjauan sistematis ini adalah untuk mengevaluasi efektivitas pendidikan berbasis budaya dalam meningkatkan manajemen diri pada pasien diabetes tipe 2. 

Angka kejadian DM terus meningkat setiap tahunnya; pada tahun 2019, sekitar 463 juta orang dewasa (usia 20-79 tahun) mengalami diabetes di seluruh dunia, dan pada tahun 2045 angka tersebut diperkirakan meningkat menjadi 700 juta. Oleh karena itu, penanganan DM harus dilakukan secara optimal untuk mencegah peningkatan kasus DM lebih lanjut. Pada kenyataannya penerapan manajemen diri pada pasien DM belum sepenuhnya baik, hanya sekitar 46% perilaku pasien yang dikategorikan memiliki manajemen diri yang baik. Rata-rata skor manajemen diri adalah 48,4% dengan skor 0-112 (kategori sedang), terdiri dari diet, aktivitas fisik, obat-obatan, kontrol glukosa darah, dan perawatan kaki. Edukasi Manajemen Diri Diabetes (DSME) merupakan elemen penting dalam perawatan penderita diabetes. DSME adalah proses berkelanjutan untuk memfasilitasi pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang diperlukan untuk manajemen diri pasien diabetes, dan merupakan rangkaian kegiatan yang membantu pasien DM menerapkan dan mempertahankan perilaku yang diperlukan untuk mengelola kondisinya secara berkelanjutan. Berdasarkan DSME, manajemen diri pada pasien DM terdiri dari empat pilar utama yaitu manajemen pola makan sehat, aktivitas fisik, manajemen gula darah dan perawatan kaki. Beberapa tinjauan sistematis yang telah dilakukan sebelumnya hanya berfokus pada pembahasan efektivitas DSME secara umum, namun belum ada penelitian yang membahas tentang efektivitas intervensi berbasis budaya pada manajemen diri pasien DM. Oleh karena itu, tinjauan sistematis ini menjelaskan intervensi berbasis kultur multifaktorial dalam meningkatkan manajemen diri pasien DMT2. 

Penulis menelusuri Scopus, ScienceDirect, PubMed, CINAHL, dan ProQuest untuk bahasa Inggris, uji coba terkontrol acak (RCT), metode campuran, atau eksperimen semu (QE) yang diterbitkan antara 2015-2020 yang menguji pendidikan berbasis budaya untuk meningkatkan manajemen diri pada pasien diabetes. Pedoman Joanna Briggs Institute digunakan untuk menilai kualitas dan daftar periksa Prisma memandu tinjauan ini. Tujuh belas penelitian memenuhi kriteria untuk dimasukkan dalam tinjauan yang terdiri dari pasien DM dengan keyakinan budaya, memiliki intervensi berbasis budaya, dan menggunakan bahasa Inggris, dan yang menggunakan metode campuran, uji coba terkontrol secara acak dan eksperimen semu. Kami telah menemukan bahwa intervensi berbasis budaya seperti video pendidikan dan budaya berbasis telehealth dapat meningkatkan manajemen diri pasien DMT2.

Kesimpulannya, tinjauan sistematis ini memberikan informasi tentang intervensi berbasis budaya untuk meningkatkan manajemen diri pada pasien DM Tipe 2. Pemberian intervensi yang optimal dapat didasarkan pada tiga hal, yang terpenting adalah outcome yang ingin didapatkan dari intervensi tersebut, apakah hanya berupa peningkatan pengetahuan atau perubahan perilaku kepatuhan dalam pengelolaan DM. Hal penting kedua adalah jenis intervensi yang akan diberikan, termasuk media dan metode yang digunakan, dan yang terakhir adalah durasi intervensi; ini dapat disesuaikan dengan hasil yang ingin dicapai. Pelaksanaan intervensi yang disesuaikan dengan nilai budaya yang dianut pasien akan memudahkan pasien dalam menerima informasi, melakukan intervensi serta meningkatkan kemampuan dan kemandiriannya dalam pengobatan.

Penulis: I Dewa Ayu Rismayanti, Nursalam Nursalam, Yulis Setiya Dewi, Ida Bagus Wirawan, Ni Luh Putu Inca Buntari Agustini, Ni Wayan Suniya Dewi

Link Jurnal:

http://www.jidmr.com/journal/wp-content/uploads/2021/10/70-9.-2322_I-Dewa-Ayu-Rismayanti_03-08-2021.pdf

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp