Pemanfaatan Nanocarbon Quantum Dots untuk Penghambatan dan Theranostics HIV

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto by Halodoc

Sejak tahun 1980-an, pandemi AIDS/ HIV telah menyebar ke seluruh dunia, menyerang 33 juta orang dengan lebih dari 3 juta orang sebagai kasus infeksi baru dan tingkat kematian mengalami peningkatan 2 juta orang setiap tahunnya. Pada tahun 2008 dilaporkan pasien baru yang terinfeksi sekitar 7.400 meningkat per harinya dan pandemi terus berlanjut. Sistem pengobatan yang umum bersama dengan terapi antiretroviral (ART) yang sangat aktif dapat meningkatkan umur pasien yang terinfeksi AIDS/HIV. Namun demikian, masih ada berbagai tantangan, termasuk fakta bahwa virus tidak dapat dihilangkan sepenuhnya. Masalah lain adalah kegagalan pengobatan karena kepatuhan pasien yang buruk. Oleh karena itu, metode pengobatan dan penemuan berbagai obat baru merupakan fokus dalam penanganan maslah AIDS/HIV ini, salah satunya adalah penggunaan metode nanoteknologi.

Nanoteknologi telah berkembang dengan memanfaatkan partikel kecil dengan dimensi sebesar nanometer (10−9 meter). Dari sini berkembang istilah nanomedicine yakni pengobatan dengan menggunakan bahan berstruktur nano untuk terapi berbagai penyakit. Sejak dekade terakhir, aplikasi nanoteknologi yang luas di bidang medis telah menunjukkan kemajuan yang menjanjikan untuk meningkatkan pengobatan dan penghambatan berbagai penyakit, termasuk di antaranya HIV/AIDS. Kekuatan terpenting penggunaan nanomedicine dibandingkan pengobatan dan pencegahan HIV/AIDS secara tradisional adalah kemampuan menggabungkan, enkapsulasi, dan mengkonjugasikan berbagai obat untuk secara pasti melacak sel target dan proses release obat yang dapat disesuaikan. Selain itu, kelebihan lainnya adalah mampu mempercepat cara kerja antivirusnya melalui banyak mekanisme: partikel berukuran kecil (yang dapat membantu penghantaran obat masuk ke area tubuh tertentu), situs permukaan yang diperluas terhadap rasio volume (yang memungkinkan untuk mengakomodasi pemuatan obat dalam skala besar), dan perilaku yang dapat disesuaikan (untuk mempromosikan masuknya sel melalui membran seluler bermuatan negatif).

Nanomaterial yang menjanjikan sebagai agen antivirus diformulasikan untuk penghambatan virus dan theranostics karena mereka telah terbukti menunjukkan aktivitas antivirus. Formulasi nanomaterial dapat dibuat dari nanopartikel logam berat, seperti perak atau emas, atau nanopartikel berbasis karbon. Namun, toksisitas masih menjadi perhatian utama dalam pengobatan menggunakan nanomaterial terutama untuk sistem penghantaran obat ke dalam sel yang ditargetkan. Oleh karena nanopartikel berbasis karbon dijumpai lebih tidak toksik dibandingkan dengan nanomaterial berbasis logam berat, maka nanomaterial berbasis karbon (organic nano particles) telah mendapatkan perhatian yang signifikan untuk merumuskan agen antivirus berbasis nano. Kategori nanopartikel organik yang paling banyak digunakan adalah carbon dots (CDs) dan carbon-based quantum dots (CQDs). 

Kedua material tersebut secara intrinsik menampilkan sifat optik, misalnya, fotostabilitas, penampang absorbansi tinggi, masa pakai fluoresensi stabil yang relatif lama, dan hasil kuantum tinggi sekitar 70 hingga 80%. Beberapa keberhasilan carbon-based nanoparticles adalah sebagai berikut : adanya efek penghambatan mRNA virus oleh green carbon quantum dots-interposed delivery oflocked nucleic acid (CQDs-LNA)-base inhibitors yang dapat menekan reproduksi KSHV (Kaposi’s sarcoma-associated herpesvirus)- related initial effusion lymphoma (PEL) sel. Contoh yang lain : Gly‐CDs berhasil menghambat the porcine propagation dan menghambat invasi dan reproduksi respiratory syndrome virus (PPRSV), serta merangsang sistem kekebalan bawaan sebagai antivirus. CQDs yang disintesis dari serangkaian monomer benzoxazine (BZM-CQDs) menunjukkan aktivitas pemblokiran virus dalam kasus flavivirus yang mematikan (Japanese ensefalitis, virus dengue, dan Zika) dan juga terhadap jenis virus yang tidak berselubung (porcine parvovirus dan adenovirus-correlated virus) secara in-vitro. Oleh karena itu, organik nano partikel adalah salah satu platform yang potensial dan efisien untuk terapi virus sehingga dapat juga menjadi agen pencegahan dan pengobatan antivirus alternatif untuk HIV di masa depan. 

Untuk mengurangi penularan penyakit menular, selain obat diperlukan juga vaksin yang telah terbukti efektif menanggulangi beberapa penyakit menular di masa lalu. Oleh karena itu, telah dikembangkan juga sitem nanovaccinology yang memungkinkan untuk meningkatkan respon imun tubuh terhadap cara kerja antigen atau digunakan sebagai immunostimulatory adjuvant. Studi vaksin yang menjanjikan terkait dengan nanoteknologi untuk vaksinasi HIV termasuk strategi berbasis nanocarrier adalah : Live vaccine vectors melawan HIV-1, next-generation HIV-1 immunogens for eliciting bNAb responses, self-assembling ‘virus-like’ nanoparticles for the presentation of HIV-1 antigens, dan siRNA-based nanotherapeutics to inhibit HIV-1 infection

Penulis: Yaung Kwee, Alfinda Novi Kristanti*, Mochamad Zakki Fahmi

Link artikel : https://jcsp.org.pk/issueDetail.aspx?aid=6214f141-8b62-4cff-841d-1902942c9b22

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp