Kontaminasi Bakteri Patogen pada Alat Medis dan Benda di Sekitar Pasien

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto OSC Medcom

Luka bakar merupakan kerusakan kulit tubuh yang disebabkan oleh trauma panas atau trauma dingin (frost bite). Infeksi pada pasien luka bakar adalah salah satu penyebab terbesar mortalitas dan morbiditas pada pasien. Menurut World Health Organization (WHO) infeksi nosokomial adalah infeksi yang terjadi saat dirawat di rumah sakit, artinya ketika masuk rumah sakit, pasien tersebut belum mengalami infeksi atau tidak dalam masa inkubasi kuman tertentu. Infeksi terjadi 3 x 24 jam setelah dirawat di rumah sakit atau infeksi pada lokasi yang sama tetapi disebabkan oleh mikroorganisme berbeda dengan mikroorganisme saat masuk. Infeksi nosokomial dapat menyebabkan peningkatan angka kesakitan (morbidity) dan angka kematian (mortality), serta menjadi salah satu tolak ukur mutu pelayanan di rumah sakit

Penelitian mahasiswa pendidikan dokter FK Unair tahun 2020 di burn unit RSUD Dr Soetomo dengan 29 sampel berupa swab permukaan alat medis sebagai media transmisi mikroba, didapatkan hasil sebanyak 10 sampel terkontaminasi Stahylococcus aureus dan 1 diantaranya terkonfirmasi sebagai Methicillin-resistan Staphylococcus aureus (MRSA). Sampel yang teridentifikasi positif sebagai MRSA merupakan sampel yang berasal dari membrane stetoskop.

Penelitian ini dilakukan dengan mengambil sampel secara acak pada benda di dekat pasien atau yang dipergunakan untuk memeriksa pasien seperti stetoskop, bedside cabinet, tiang infuse, monitor EKG, pegangan bed, dan alat traksi yang digunakan di Burn Unit RSUD Dr.Soetomo Surabaya. Swab dari permukaan peralatan tersebut dikultur dan dilakukan uji identifikasi bakteri. Kelemahan penelitian ini, tidak diterangkan apakah swab dilakukan sesaat sebelum alat medis kontak dengan pasien, atau swab dilakukan pada saat alat medis tidak digunakan.

Methicillin-resistan Staphylococcus aureus adalah varian dari bakteri Staphylococcus aureus yang resisten terhadap banyak antibiotika, dan sering menyebabkan infeksi nosokomial pada pasien rawat inap. Eradikasi MRSA merupakan salah satu tujuan utama Program Pengendalian Infeksi Rumah Sakit (PPIRS).

Rekomendasi kontrol infeksi pada luka bakar menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor HK.01.07/MENKES/555/2019 tentang Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Luka Bakar antara lain menyebutkan bahwa semua peralatan yang digunakan pada unit luka bakar harus dibersihkan secara efektif setiap akan digunakan pada pasien. Disinfeksi penting untuk memastikan bahwa alat medis tidak menjadi media transmisi mikroba ke pasien. Stetoskop dapat disterilkan dengan box UV. Secara sederhana, alkohol 70% dapat digunakan untuk disinfeksi membran stetoskop. Ear tips dapat dilepas dan dibersihkan dengan alcohol 70%.

Selain alat media sebagai media transmisi bakteri pathogen, kontak dari tenaga medis maupun paramedis yang mengalami kolonisasi bakteri Staphylococcus aureus dapat menyebabkan transmisi kepada pasien. Karier MRSA kronis berperan dalam menyebabkan terjadinya infeksi MRSA di lingkungan rumah sakit. Pengobatan topikal untuk eradikasi di hidung adalah mupirosin yang dioleskan pada nares anterior 3 x/ hari selama 5 hari. Namun saat ini ditemukan adanya strain MRSA yang resisten terhadap mupirosin. Agen topikal lain seperti klorheksidin 1% atau kombinasi klorheksidine 1% dan neomisin 0,5% sebenarnya kurang efektif namun dapat mengurangi jumlah organisme di hidung karier. Agen topikal ini merupakan alternatif untuk strain yang resisten mupirocin.

Kesimpulan penelitian, meskipun hanya ditemukan 1 isolat MRSA dari membrane stetoskop di burn unit RSUD Dr. Soetomo Surabaya, kewaspadaan memutus transmisi tetap harus ditegakkan. Hal penting yang harus diperhatikan dalam memutus transmisi bakteri patogen adalah melakukan cuci tangan dengan benar, penggunaan sarung tangan, masker, dan alat pelindung diri lainnya.

Penulis: Melisa Indah Mustikasari, Manik Retno Wahyunitisari, Lynda Hariani

Link artikel: https://e-journal.unair.ac.id/JVHS/article/view/23191

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp