Kebersihan mulut yang buruk bisa menyebabkan kesehatan mulut yang buruk, yang pada akhirnya akan berdampak negatif pada kesehatan dan kualitas hidup secara keseluruhan. Salah satu indikator utama kebersihan mulut adalah frekuensi menyikat gigi. Kebiasaan menyikat gigi yang dilakukan secara teratur pada masa remaja biasanya dipertahankan hingga dewasa dan dapat mengurangi beban penyakit, karena mungkin memiliki peran protektif terhadap faktor risiko kardio-metabolik.
Pada kenyataannya prevalensi remaja di Indonesia, dilaporkan masalah kesehatan gigi dan mulut meningkat dari 25% pada tahun 2013 menjadi 56% pada tahun 2018, dan 73% pernah menderita karies pada tahun 2018.
Perilaku kesehatan gigi dan mulut seseorang dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan, salah satunya lingkungan keluarga yang merupakan kunci dalam mendukung pilihan dan gaya hidup sehat remaja.
Hal inilah yang mendasari tim peneliti untuk melakukan penelitian yang khususnya bertujuan untuk mengevaluasi gaya hidup yang berhubungan dengan praktik kebersihan gigi dan mulut pada remaja di Indonesia.
Pada umumnya perilaku kesehatan gigi dan mulut didasarkan pada interaksi yang kompleks antara karakteristik pribadi dan pengaruh keluarga lingkungan. Bahwa remaja laki-laki cenderung memiliki praktik kebersihan gigi dan mulut yang lebih buruk daripada perempuan, hal ini dikarenakan perempuan lebih memperhatikan estetika dan lebih sadar akan masalah gigi daripada laki-laki. Kemudian berdasarkan penelitian didapatkan bahwa terdapat hubungan positif antara gaya hidup faktor psikososial dan praktik kebersihan mulut.
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat dikembangkan kebijakan dan program kesehatan gigi dan mulut, mengingat pentingnya praktik kebersihan mulut dalam menjaga kesehatan remaja. Serta diharapkan orang tua lebih berperan penting dalam mempromosikan kesehatan gigi dan mulut di lingkungan keluarga.
Penulis: Tim
Link Jurnal: https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/33501697/
