Apa itu sumber daya genetik? Menurut Undang-Undang No. 41 tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang nomor 18 tahun 2009 Tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan. Sumber Daya Genetik adalah material tumbuhan, binatang, atau jasad renik yang mengandung unit-unit yang berfungsi sebagai pembawa sifat keturunan, baik yang bernilai aktual maupun potensial untuk menciptakan galur, rumpun, atau spesies baru.
Indonesia memiliki sumber daya genetik (plasma nutfah) yang sangat tinggi dan berpotensi sangat besar untuk dapat dimanfaatkan untuk mensejahterakan masyarakat Indonesia. Hal ini juga menjadi daya tarik bagi negara-negara yang tidak memiliki sumber daya genetik tetapi memiliki kemampuan teknologi untuk dapat memanfaatkannya. Sehingga menjadi tantangan dan ancaman bagi kita, jika tidak mampu mengelola dengan baik. Selain itu, adanya ancaman hilangnya sumber daya genetik yang diakibatkan kerusakan habitat dan perubahan iklim. Oleh karena itu, sangatlah penting menjaga dan mencegah agar tidak beralih kepada fihak asing dan punahnya sumber daya genetik tersebut segera melakukan langkah-langkah inventarisasi dan koleksi seluruh sumber daya genetik tersebut.
Diketahui bahwa sumber daya genetik tanaman mempunyai peranan yang sangat penting dalam mendukung kebutuhan pangan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Sebagai sumber gen yang berguna bagi perbaikan tanaman pangan, tanaman industri, dan tanaman perkebunan. Seperti sumber gen untuk ketahanan penyakit, serangga, gulma, dan ketahanan terhadap cekaman lingkungan (kekeringan, kadar garam, genangan). Disamping itu plasma nutfah merupakan sumber gen yang dapat dimanfaatkan untuk peningkatan kualitas (seperti kandungan nutrisi yang lebih baik, kandungan protein tertentu).
Pisang merupakan buah terfavorit nomor tiga di dunia setelah tomat dan apel. Oleh karena itu.
keragaman populasi tanaman pisang sangat diperlukan dalam penyusunan strategi pemuliaan guna mencapai perbaikan varietas pisang secara efesien di masa yang akan datang, mengingat sedikit sekali kultivar pisang komersial yang digunakan dalam perkebunan modern hanya memilik dasar genetik yang sempit yaitu memiliki variasi yang sangat sedikit. Hal ini sangat berbeda dengan varietas lokal yang memiliki variasi yang luas. Jika tidak melawan erosi genetik yang meningkat, mungkin kita akan memiliki konsekwensi serius, terutama ketika menghadapi perubahan iklim. Untuk itu kami melakukan identifikasi secara molekuler beberapa spesies tanaman pisan, yang merupakan langkah awal dari pelestarian sumber daya genetik.
Konsorsium untuk Barcoding of Life (CBoL) telah direkomendasikan rbcL sebagai barcode tanaman. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi genetik keragaman dan hubungan genetik antar spesies Musa yaitu M. balbisiana (BB w) yaitu Pisang Klutuk Wulung; M. acuminata (AA/AAA cv) yaitu Pisang Orlin dan Solokoto Brenggolo; dan M. paradisiaca (AAB dan ABB cv) yaitu Pisang Sewu, Susu, dan Raja menggunakan sekuens gen lokus barcode rbcL plastid. Enam spesimen pisang adalah dikumpulkan dari habitat liar dan budidaya dari empat kabupaten di Jawa Timur. Dalam penelitian ini, kami memperkuat dan mengurutkan daerah DNA kloroplas (rbcL) pisang untuk mempelajari analisis urutan untuk memungkinkan lebih banyak pemanfaatan yang efisien di antara spesies Musa yang berbeda. Hasil mendukung penggunaan lokus rbcL untuk barcode genus Musa. Primer rbcL menunjukkan amplifikasi yang baik pada enam aksesi pisang dengan panjang sekuen pada Musa sp. adalah 743bp. Namun, konfirmasi molekuler menggunakan urutan rbcL menunjukkan tingkat konservasi yang tinggi (0,830) dan variabilitas genetik yang rendah. Sekitar 520 nukleotida dianggap monomorfik (tidak berubah-ubah) dan 112 situs sekuens DNA dianggap sebagai polimorfik yang terdiri dari 100 situs variabel tunggal dan 12 situs informatif parsimoni. Hasilnya jelas menunjukkan bahwa penggunaan DNA yang dilestarikan ini urutan sebagai primer barcode akan menjadi cara yang akurat untuk identifikasi dan determinasi spesies. Rekonstruksi pohon filogenetik berdasarkan gen rbcL menunjukkan adanya dua clades, yang pertama clade terdiri dari M. acuminata (w dan cv), M. velutina, dan M. ornata dan clade kedua terdiri dari M. balbisiana (w) dan M. paradisiaca (cv). Studi kami memberikan rekomendasi barcode rbcL di Musa spp. Temuan ini dapat diterapkan pada keanekaragaman lestari aksesi pisang untuk digunakan sebagai data dasar bagi pengelolaan konservasi pisang.
Penulis : Sucipto Hariyanto
Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di:
Jurnal Ecology, Environment, and Conservation (26 (April Suppl. Issue) : 2020; pp. (S7-S13) Copyright@ EM International ISSN 0971–765X
Judul Artikel: DNA barcoding: Study of Bananas (Musa spp.) Wild and cultivars group from East Java inferred by rbc L gene sequences.