Inovasi Pendidikan Bagi Anak Difabel Antar Genada Raih Medali Emas Internasional

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto by IMIT

UNAIR NEWS – Kesenjangan pendidikan di Indonesia masih sangat kentara. Salah Satu bentuk kesenjangan itu dapat dilihat dari fasilitas yang diberikan pada anak-anak yang bersekolah di instansi formal dan anak-anak yang bersekolah di inklusi. Anak-anak yang menuntut ilmu di sekolah formal lebih banyak menerima fasilitas penanganan SDM daripada anak-anak yang bersekolah di sekolah inklusi. Padahal UUD 1945 menyebutkan bahwa pendidikan adalah hak warga negara Indonesia.

Bertolak dari permasalahan diatas, Genada Asaika, mahasiswa Bahasa dan Sastra Inggris Universitas Airlangga angkatan 2019 melakukan upaya inovasi pendidikan agar dapat menjangkau anak-anak disabilitas. Dalam lomba IMIT Symposium on Innovation and Creativity, Genada sapaan akrabnya, mengemukakan sebuah inovasi berjudul “Inovasi Pendidikan Bagi Anak Difabel”.

“Aku ngerasa fasilitas pendidikan itu rata-rata difokuskan buat anak-anak yang sekolah di sekolah formal saja, sedangkan anak-anak yang sekolah di inklusi itu kurang dapat perhatian, makanya aku pengen wujudin kesetaraan diantara anak-anak itu dengan teknologi pendidikan,” ungkap Genada saat diwawancarai, Kamis (28/10).

Meskipun demikian, Genada sempat mengalami kendala pengerjaan lomba itu. Kendala itu didapatinya saat ia bergejala COVID-19 dan harus melakukan isolasi mandiri. Proses take video presentasi harus dilakukan oleh Genada saat sedang nge-drop, bahkan ia sempat demam tinggi.

Genada Asaika, mahasiswa Bahasa dan Sastra Inggris Universitas Airlangga angkatan 2019. (Foto: Dok Pribadi)

“Aku tidak bisa ngerasain makanan juga, nggak bisa mencium bau. Pokoknya aku bener-bener drop banget imunku. Tapi aku harus melanjutkan video itu karena mepet deadline banget,” tutur Mahasiswa Berprestasi 1 Fakultas Ilmu Budaya UNAIR 2021 itu. 

Genada menceritakan jika ia sempat menyerah pada keadaannya, bahkan ia sempat merasa tidak yakin akan take videonya. Tetapi ia berpikir kembali bahwa Tuhan sudah memberikan kesempatan lolos di kegiatan ini.

“Yaudah lah ya, aku percaya aja ya semoga pas presentasi aku nggak kenapa-kenapa. Akhirnya saat situasinya sudah lemah banget aku masih bisa melanjutkan presentasinya dan itu harus beberapa jam karena aku harus take ulang,” ujarnya.

Dalam kesempatan itu juga, Genada berharap bila suatu saat nanti inovasi pendidikan bagi anak-anak difabel ini bisa dilirik oleh pemerintah. “Semoga suatu saat nanti, inovasi pendidikan ini dapat direalisasikan oleh pemerintah dan diliriknya olehnya. Sejujurnya aku ingin gagasan ku itu nggak berhenti sampai dipublikasikan saja tetapi juga direalisasikan secara nyata,” pungkasnya. (*)

Penulis : Dimas Bagus Aditya

Editor: Nuri Hermawan

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp