TCDD (dioksin) memiliki efek toksik pada sistem reproduksi dengan mempengaruhi proses steroidogenesis di dalam sel Leydig sehingga terjadi penurunan kadar hormon testosteron, selain juga mempengaruhi proses spermatogenesis sehingga kualitas kuantitas spermatozoa menurun. (TCDD) bersifat lipofilik, memiliki tingkat metabolisme dan ekskresi yang rendah, sehingga cenderung terakumulasi dalam tubuh. Efek toksik TCDD terhadap sistem reproduksi, diduga dapat menurunkan kadar testosteron, menekan pertumbuhan dan maturasi spermatozoa. Selain itu, TCDD dapat menghancurkan pertahanan antioksidan pada sistem chondrosomes dan cytomicrosomes testis, menyebabkan stres oksidatif dan mempengaruhi kemampuan reproduksi hewan jantan.
Stres oksidatif dapat mengakibatkan peningkatan produksi radikal bebas ataupun reactive oxygen species (ROS) seperti superoksida (O2-), radikal hidroksil (OH-), dan hidrogen peroksida (H2O2). ROS adalah senyawa oksigen yang tidak stabil dan sangat reaktif disebabkan karena mengandung satu elektron yang tidak berpasangan pada orbital terluarnya, ROS cenderung menarik elektron dari molekul-molekul penting disekitarnya seperti dari protein, lipid, dan DNA. Keberadaan ROS di dalam tubuh secara fisiologis dapat dinetralisir dengan mekanisme pertahanan endogen yang bekerja sebagai anti radikal bebas. Mekanisme pertahanan terhadap radikal ini melalui produksi suatu zat yang disebut antioksidan. Pada kondisi stres, peningkatan produksi ROS yang melebihi kapasitas pertahanan enzim antioksidan sel menyebabkan terjadinya stres oksidatif yang diiringi dengan terjadinya disfungsi dan kerusakan pada sel jaringan. Peningkatkan produksi ROS menyebabkan kerusakan sel pada bagian lipid membrane yang dikenal dengan reaksi peroksidasi lipid. Peningkatan ROS pada membran sel meningkatkan terbentuknya malondialdehida (MDA). MDA merupakan produk hasil peroksidasi lipid oleh radikal bebas dalam tubuh yang menjadi salah satu indikator untuk menentukan stres oksidatif dalam tubuh dan merupakan biomarker stres oksidatif. Untuk mengetahui keadaan stres oksidatif , telah dilakukan beberapa penelitian yang memeriksa kadar MDA serum dan didapatkan peningkatan kadar MDA.
α-tocopherol dikenal sebagai vitamin E dapat menghambat transkripsi dan ekspresi dari CYP450 dan gen steroid dehydrogenase melalui penghambatan induksi TCDD terhadap aktivasi AhR. Selain itu, vitamin E dapat menurunkan competitive binding dari TCDD terhadap AR dan ABP. Vitamin E adalah vitamin yang larut dalam lemak terdiri atas dua isomer, yaitu tokoferol dan tokotrienol. Vitamin E sebagai antioksidan eksogen memiliki kemampuan memutuskan reaksi rantai radikal, sehingga dapat menghambat ROS dan stres oksidatif. Pemberian vitamin E pada tikus yang mengalami stres oksidatif dapat menurunkan kadar MDA dan secara signifikan efektif sebagai antioksidan dan imunomodulator sehingga berperan pada peningkatan fertilitas reproduksi jantan melalui peningkatan fungsi kerja epitel tubuli seminiferi. Penelitian lain membuktikan vitamin E berpengaruh terhadap fungsi endokrin reproduksi, memperbaiki struktur testis, serta jumlah spermatozoa pada tikus yang diinduksi dengan TCDD. Mekanisme penghambatan oleh vitamin E dikenal sebagai mekanisme antioksidan chain breaking, dengan demikian vitamin E memiliki efek antogonis terhadap toksisitas terhadap TCDD. Vitamin E tidak hanya efektif sebagai antioksidan dan imunomodulator, tetapi dapat memerangi efek neurotoksik yang disebabkan oleh TCDD.
Sebanyak 50 ekor tikus dibagi menjadi 5 kelompok sehingga tiap kelompok terdiri dari 10 ekor. Kelompok kontrol negatif (C-) tanpa diberi TCDD maupun α tocopherol, kelompok kontrol positif (C+) diberi TCDD sebanyak 700 ng/kgbb/hari dan tanpa α tocopherol, kelompok perlakuan 1 (T1) diberi TCDD sebanyak 700 ng/kgbb/hari dan α tocopherol sebanyak 77 ng/kgbb/hari, kelompok perlakuan 2 (T2) diberi TCDD sebanyak 700 ng/kgbb/hari dan α tocopherol sebanyak 140 mg/kgbb/hari dan kelompok perlakuan 3 (T3) diberi TCDD sebanyak 700 ng/kgbb/hari dan α tocopherol sebanyak 259 mg/kgbb/hari. Pemberian TCDD dan α tocopherol dilakukan selama 45 hari. Hasil penelitian menunjukkan pemberian α tocopherol mempertahankan jumlah sel Leydig dan kadar testosterone, serta menurunkan kadar MDA dan meningkatkan aktivitas SOD yang berbeda secara significant (p<0.05) dibandingkan dengan kelompok kontrol positif.
Penulis: Erma Safitri
Artikel lengkapnya dapat dilihat pada link berikut ini,http://ijpronline.com/ViewArticleDetail.aspx?ID=20819