FKM UNAIR Undang Pembicara Asal Thailand Diskusikan Upaya Pencegahan Stunting dalam 1.000 Hari Pertama Kehidupan

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
WEBINAR pencegahan stunting yang diadakan Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga (UNAIR) bersama Ikatan Ahli Gizi Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAGIKMI), Sabtu (16/10/2021). (Foto: istimewa)

UNAIR NEWS – Sabtu (16/10/2021) kemarin, Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga (UNAIR) bersama Ikatan Ahli Gizi Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAGIKMI) mengadakan webinar mengenai stunting. Kali ini, terdapat tiga pembicara utama yang diundang. Di antaranya, Prof. Dr. Sri Sumarmi S.K.M., M.Si.; Dr. dr. SA. Nugraheni, M.Kes; serta Guru Besar Mahidol University, Prof. Pattanee Winichagoon, Ph.D. 

Membuka acara, Prof Pattanee memaparkan kesuksesan Thailand dalam mengurangi angka malnutrisi, termasuk stunting. Hal itu tak terlepas dari Program Gizi Berbasis Masyarakat melalui peran aktif relawan kesehatan berbasis desa dan mobilisasi masyarakat.

Dari hasil survei yang ia tunjukkan, penurunan stunting yang signifikan terjadi sejak awal tahun 1990-an. Sedikitnya, bertahan 10 sampai 15 persen hingga tahun 2019. 

“Meskipun sedikit meningkat karena berbagai hal. Seperti terjadinya krisis ekonomi Asia pada 1997, masalah harga pangan pada 2008, dan bencana banjir parah pada 2011 lalu,” ujarnya.

Prof Pattanee mengatakan, tenaga kesehatan garda terdepan dan relawan kesehatan desa berkoordinasi demi menanggulangi problem malnutrisi di Thailand. Termasuk dengan memanfaatkan teknologi digital yang inovatif agar menjaga layanan sosialisasi dan monitoring. 

Sementara itu, Prof. Dr. Sri Sumarmi S.K.M., M.Si. atau yang akrab disapa Prof Mamik menjelaskan, stunting dapat dicegah sejak masa Pra Konsepsi. Yakni upaya pencegahan sebelum kehamilan yang berkaitan erat dengan Program 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). 

Konsep Pra Konsepsi sendiri telah menjadi bahan diskusi sejak Juni 2005. Hingga pada 2012, WHO melaporkan, intervensi yang diberikan sebelum hamil (Pra Konsepsi, Red) memberikan dampak positif terhadap kesehatan ibu dan anak. 

“Program 1.000 HPK adalah saat yang paling penting dalam upaya pencegahan stunting. Sebab pada saat itu terjadi perkembangan yang sangat pesat dari organ-organ penting tubuh,” katanya.

Di sisi lain, Dr. dr. SA. Nugraheni, M.Kes menyampaikan, Indonesia merupakan salah satu negara dengan triple ganda permasalahan gizi. Di mana stunting masih menjadi prioritas untuk diatasi. 

Melihat itu, dalam pemaparannya, ia mengenalkan inovasi Posyandu ‘Jogo Tonggo’. Mirip Posyandu Sederhana, namun keberadaannya di rumah warga yang sifatnya menetap. 

Menurutnya, Posyandu Satelit adalah alternatif pencegahan, deteksi dini, dan pemulihan malnutrisi di wilayah RT.  “Adanya posyandu satelit ini kita bisa melihat siapa yang mengalami masalah gizi, dimana lokasinya, kapan masalah terjadi, dan bagaimana kondisinya. Sehingga masalah gizi InsyaAllah sedikit demi sedikit teratasi,” ucapnya.

Dalam kesempatan itu, Wakil Dekan III FKM Trias Mahmudiono S.Km, MPH (Nutr.), Gcas, Ph.D memberikan sambutan. Ia mengungkapkan bahwa kegiatan tersebut merupakan harapan yang besar bagi FKM sebagai pencetak tenaga kesehatan masyarakat dan ahli gizi. 

“Kita perlu membuat suatu kekuatan agar alumni memiliki wadah perjuangan yang sama. Agar Public Health Nutrition bisa diakui sebagai suatu bentuk profesi,” harapnya.

Acara webinar dihadiri oleh akademisi hingga praktisi kesehatan dari berbagai wilayah di Indonesia. Acara itu sekaligus menjadi momentum pelantikan pengurus baru tingkat daerah IAGIKMI se-Indonesia. (*)

Penulis : Erika Eight Novanty

Editor : Khefti Al Mawalia

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp