Pengaruh ACTH4-10PRO8-GLY9-PRO10 terhadap Profil Neutrofil pada Tikus Model Spinal Cord Injury

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh Seeking Alpha

Acute Spinal Cord Injury (SCI) merupakan peristiwa traumatis yang mengakibatkan gangguan pada fungsi sensorik, motorik, atau otonom dan mempengaruhi kondisi sosial, fisik, atau psikologis pasien. SCI menjadi masalah kesehatan masyarakat dan kejadian yang parah bagi individu karena menyebabkan disfungsi motorik/sensorik permanen dan secara signifikan menurunkan kualitas hidup. Prevalensi SCI bervariasi 13 per 100.000. Rata-rata usia pasien yang menderita SCI meningkat dari 40 pada tahun 1993 menjadi 50 tahun pada tahun 2012 dengan proporsi pasien lanjut usia (yaitu, 65 tahun) juga meningkat.

SCI dapat menghasilkan respons peradangan segera yang parah dalam 6 hingga 24 jam dan dapat berlanjut hingga beberapa bulan. Ketika SCI terjadi, terutama selama cedera awal, kerusakan mekanis pada kulit, otot, dan sumsum tulang belakang, ekspresi neutrofil akan dimulai dalam beberapa jam dan mencapai puncaknya pada 24 jam. Pembuluh darah yang terganggu akan mengganggu BSCB (blood-spinal cord-barrier) dan diikuti infiltrasi cepat dari neutrofil. Hal ini dapat menyebabkan potensiasi kematian sel saraf. ACTH4-10PRO8-GLY9-PRO10 (Met-Glu-His-Phe-Pro-Gly-Pro) berperan dalam aksis hypothalamic-pituitary-adrenal (HPA) namun efek anti-inflamasinya masih belum jelas pada kasus SCI.

Untuk memberikan kontribusi dalam bidang ini, sebuah studi eksperimental dilakukan oleh Faris, M., dkk., (2021) dari Universitas Airlangga – RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Penelitian yang telah diterbitkan dalam Journal of Advance Pharmacy Education & Research (SPER Publication) ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ACTH4-10PRO8-GLY9-PRO10 terhadap tingkat ekspresi neutrofil pada tikus model SCI.

Prosedur terhadap tikus model ini telah mendapatkan persetujuan Komite Etik Penelitian Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga. Sejumlah tikus jantan dewasa Sprague-Dawley, dengan berat 260-300 g, dipisahkan secara acak pada tiga kelompok. Enam ekor tikus dengan spinal cord dibiarkan tidak terluka sebagai baseline (kelompok kontrol). Dua belas ekor tikus (kelompok perlakuan) menjalani laminektomi pada level vertebra thorakal 2. Kemudian dilakukan kompresi ekstradural selama satu menit menggunakan klip aneurisma yang telah dimodifikasi hingga memiliki kekuatan jepitan sebesar 35 gr. Kemudian tempat laminektomi ditutup.

Kelompok perlakuan kemudian dibagi lagi menjadi dua sub kelompok. Kelompok perlakuan pertama (T1) diberi saline (0,9 NaCl) intranasal dan kelompok perlakuan kedua (T2) diberi ACTH4-10PRO8-GLY9-PRO10 (Semax®) dengan dosis 300 g/kg. Kemudian pada masing-masing kelompok, T1 dan T2 dibagi lagi menjadi dua kelompok untuk diterminasi dan dilakukan transeksi spinal cord pada 3 jam dan 6 jam setelah kompresi.

Jaringan spinal cord dibersihkan dari kontaminan dengan PBS 3-5x, lalu difiksasi pada formalin 10%. Kemudian dilakukan dehidrasi memakai etanol bertingkat (30%, 50%, 70%, 80%, 96% dan absolut) masing-masing 60 menit. Penjernihan dilakukan dengan menggunakan xylol sebanyak 2 kali masing-masing selama 60 menit. Kemudian infiltrasi dilanjutkan dengan menggunakan parafin lunak selama 60 menit pada suhu 48oC. Dibuat blok parafin keras dan didiamkan selama sehari. Keesokan harinya dipotong setebal 4-6µm menggunakan rotary microtome. Dilakukan mounting pada gelas objek dengan gelatin 5%.

Gelas objek hasil parafin block direndam dalam xylol 2 kali masing-masing selama 5 menit. Setelah itu dilakukan rehidrasi menggunakan alkohol berseri (absolut, 96%, 80%, 70%, 50% dan 30%) masing-masing selama 5 menit. Kemudian dibilas dalam dH2O selama 5 menit.

Jumlah sel yang mengekspresikan neutrofil yang dilakukan dengan teknik pemeriksaan imunohistokimia dihitung per 100 sel menggunakan antibodi monoklonal terkait yang dilihat dengan mikroskop cahaya perbesaran 400 kali.

Analisis data dilakukan pada perangkat lunak SPSS Statistics versi 24 untuk Mac (IBM Corp., Armonk, NY, USA). Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Data ekspresi konsentrasi neutrofil dianalisis menggunakan ANOVA jika distribusinya normal. Jika tidak, uji Kruskal-Wallis digunakan. Hasil pengumpulan data disajikan dalam bentuk mean ± standar deviasi (SD). Korelasi signifikan p-value < 0,05 dengan CI 95%.

Pada penelitian ini terdapat perbedaan kadar Neutrofil paling signifikan ditemukan pada kelompok ACTH4-10PRO8-GLY9-PRO10 6 jam terhadap normal saline 6 jam. Jumlah neutrofil menunjukkan tingkat yang jauh lebih rendah dalam waktu 6 jam pada kelompok ACTH4-10PRO8-GLY9-PRO10. Studi eksperimen ini menunjukkan potensi pemberian ACTH4-10PRO8-GLY9-PRO10 untuk menekan reaksi inflamasi dengan tingkat neutrofil yang lebih rendah pada fase akut, terutama pengamatan 6 jam.

Pada akhirnya penelitian ini mengungkapkan bahwa pemberian ACTH4-10PRO8-GLY9-PRO10 dapat meningkatkan profil neutrofil pada tikus model SCI dalam 6 jam setelah perawatan.

Penulis: Muhammad Faris, dr., Sp.BS.

Link Jurnal: https://japer.in/article/acth410pro8-gly9-pro1-improves-neutrophil-profile-in-spinal-cord-injury-of-rat-models-rrxpebddtloiwkp?download_citation=ris

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp