Studi Pemanfaatan Daun Semanggi untuk Kesehatan Sel Saraf Otak

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi by AtmaGo

Popularitas semanggi sebagai sayuran ternyata mempunyai dampak yang positif bagi kesehatan. Aktivitas antiosteoporosis yang diduga merupakan kerja senyawa kandungan golongan fitoestrogen sudah banyak dilakukan. Penelitian aktivitas terhadap neuron telah mulai dilakukan. Ini pun erat berkaitan dengan kerja fitoestrogen pada reseptor estrogen otak untuk mempertahankan kesehatan. Kesehatan sistem saraf pusat sangat penting bagi pemeliharaan kesehatan jasmani dan rohani, terutama pada wanita pascamenopause. Pascamenopause adalah kondisi defisiensi estrogen sejak wanita memasuki masa menopause. Menurunnya estrogen secara pasti diikuti dengan menurunnya kondisi fisiologik semua organ tubuh. Degenerasi neuron adalah salah satu kondisi yang menyebabkan gangguan fungsi otak. Contohnya gangguan fungsi berpikir, berargumentasi, mengingat. Estrogen adalah pelindung fungsi neuron dan menurunnya kadar menyebabkan peningkatan degenerasi. Reseptor estrogen alfa dan beta yang terdapat di dalam otak berperan sangat penting sebagai pelindung dari degenerasi neuron. Studi menunjukkan peran reseptor estrogen beta dalam mempertahankan fungsi kognitif.  Hal itulah yang mendasari usaha pencarian fitoestrogen, yaitu senyawa serupa estrogen dari tanaman. Kerjanya mirip estrogen dan relative aman dibandingkan estrogen sintetik. 

Uji aktivitas semanggi bagi neuron dimulai dengan skrining fitokimia ekstrak etanol 96% dan etil asetat daun semanggi. Pada estrak etanol terdeteksi senyawa golongan terpenoid, sedangkan etil asetat senyawa golongan flavonoid. Percobaan dilakukan melalui pemberian ke dua ekstrak pada mencit betina yang mengalami defisiensi estrogen. Defisiensi estrogen dilakukan melalui pemberian deksametason.

Pengaruh pemberian ekstrak terhadap sel saraf otak (neuron) dilakukan  melalui pengamatan mikroskopik irisan organ otak mencit yang sudah diawetkan dan  diberi pewarnaan. Ekspresi reseptor beta pada sediaan irisan itu dapat dikenali melalui terbentuknya warna coklat inti sel saraf. Dibandingkan dengan kelompok kontrol, terlihat perbedaan signifikan antara kelompok mencit yang diberi ekstrak etanol dan ekstrak etil asetat. Warna coklat pada ekstrak etil asetat terlihat lebih kuat.

Warna coklat yang kuat terlihat pada pengamatan preparate otak dari kelompok ekstrak etil asetat, coklat muda pada kelompok kontrol positif dan negatif, kelompok n. heksana dan kelompok etanol. Warna yang lebih kuat menandakan terdapatnya ekspresi yang lebih kuat juga. Ekspresi itu menunjukkan terjadinya interaksi reseptor estrogen beta dengan zat kandungan ekstrak semanggi. Zat kandungan ekstrak tersebut diduga adalah senyawa golongan fitoestrogen, yaitu senyawa berasal dari tanaman yang mempunyai aktivitas biologik estrogenic atau antiestrogenic. Aktivitas itu disebabkan kesamaan strukturnya dengan hormone estrogen manusia. 

Hasil skrining fitokimia memberikan petunjuk keberadaan senyawa golongan terpenoid dan flavonoid. Ini sesuai dengan pendapat terdapatnya dua jenis fitoestrogen, yaitu flavonoid dan non flavonoid. Studi terdahulu sudah memberikan bukti terdapatnya terpenoid pada ekstrak etanol dan heksana daun semanggi sebagai antiosteoporosis. 

Berbagai studi peran estrogen pada otak berlangsung melalui ikatan dengan reseptor estrogen alfa dan beta. Karena diketahui bahwa reseptor estrogen beta menunjukkan ekspresi yang kuat pada susunan saraf pusat, maka studi lebih lanjut pun dilakukan. Hasilnya menunjukkan peran estrogen pada perlindungan saraf dan fungsi kognitif, serta menjaga plastisitas sinaps. Perlindungan tersebut untuk menghindari kerusakan akibat toksisitas , Aβ-amyloid, cedera iskemik dan berbagai stres oksidatif lain. Hal ini sesuai benar dengan hasil riset yang menunjukkan terjadinya peningkatan tren wanita menopause yang mengalami penurunan fungsi kognitif, seperti penyakit Parkinson dan Alzheimer. Penurunan tersebut mengindikasikan terjadinya degenerasi neuron. Untuk itulah diperlukan upaya pengendalian, antara lain melalui pembentukan ssel saraf baru. Estrogen, umpama estradiol, sudah terbukti mampu berperan utama pada terjadinya proliferasi sel neuron pada hipokampus  otak tikus. Dan, aktivitas itu dimediasi oleh reseptornya, dimana reseptor beta sangat penting untuk aktivitas kognisi . Hasil studi ini makin menguatkan pandangan perlunya terapi sulih hormon pada wanita untuk mengendalikan gangguan kesehatan akibat defisiensi estrogen. Namun masih terdapat kontroversi seputar pemberian terapi itu  berkaitan dengan efek samping yang mungkin terjadi. Estrogen sintetik diduga dapat menyebabkan terjadinya kanker, seperti kanker payudara. 

Fitoestrogen diharapkan dapat menjadi alternatif penggunaan terapi sulih hormon. Sifatnya alamiah sehingga kemungkinan samping sangat kecil. Diharapkan akan menimbulkan efek samping yang minimum. Namun demikian, kehati-hatian tetap perlu dilakukan sebelum memutuskan penggunaan tanaman sumber fitoestrogen. Walaupun tanaman itu sudah dipakai sejak lama, pertimbangan keamanan tetap menjadi prioritas.

Penulis: Prof. Magestuti Agil

Link jurnal: http://www.ijpronline.com/ViewArticleDetail.aspx?ID=20688

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp