Daun Semanggi Pencegah Osteoporosis

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi by greeners.Co

Fitoestrogen, adalah zat kandungan tanaman yang struktur atau kerjanya mirip hormon wanita estrogen. Penggunaannya adalah pada terapi sulih hormon (hormone replacement therapy) pada wanita menopause. Terapi itu diperlukan karena menurunnya kadar estrogen dalam darah yang menyebabkan masalah kesehatan, seperti kekeroposan tulang atau disebut osteoporosis. Semanggi adalah tanaman air yang tumbuh subur di daerah Jawa Timur, termasuk Kota Surabaya dan sekitarnya. Penelitian pendahuluan dengan teknik radioimunoesei mendeteksi terdapatnya senyawa fitoestrogen. Temuan ini sesuai benar dengan pemakaian semanggi secara turun temurun dalam pengobatan rakyat sebagai anti osteoporosis. Oleh sebab itu, penelitian lanjutan dilakukan terhadap berbagai ekstrak daun. Tujuannya adalah mencari zat kandungan golongan fitoestrogen yang bekerja sebagai antiosteoporosis.

Penelitian ekstrak daun semanggi dengan berbagai pelarut telah dilakukan pada hewan percobaan mencit. Hasilnya menunjukkan ekstrak heksana dapat meningkatkan kepadatan tulang pada mencit yang dibuat mengalami defisiensi estrogen. Hasil penelitian ini membuka jalan bagi studi lanjut untuk menemukan berbagai zat kandungan, termasuk senyawa golongan fitoestrogen. Penelitian lanjutan dilakukan secara in vitroterhadap  ekstrak etanol 96% karena dapat melarutkan berbagai golongan zat kimia kandungan. Untuk mempelajari khasiat ekstrak itu digunakan cell line, yaitu kultur biakan jaringan tulang manusia. Efek aktivitaspembentukan tulang diperiksa melalui pengeluaranosteocalcin, yaitu hormon yang  dihasilkan pada proses pembentukan tulang. Peningkatan kadar osteocalcin mengindikasikan terjadinya peningkatan pembentukan tulang. Percobaan dilakukan dengan memberikan berbagai konsentrasi ekstrak etanol pada biakan jaringan tulang, dan kadar osteocalcin diukur melalui teknik immunocytochemistry.

Dengan teknik ini akan terlihat pendaran berwarna yang merupakan penanda keberadaan hormon osteocalcin. Zat kandungan ekstrak bekerja melalui pengikatannya pada reseptor estrogen beta pada sel biakan. Tinggi rendahnya kadar hormon ditentukan oleh banyak sedikitnya reseptor yang berikatan dengan zat kandungan ekstrak. Makin tinggi kadar ekstrak makin kuat  ikatan dan kadar osteocalcin makin tinggi. Ikatan dengan reseptor menyebabkan teraktivasinya reseptor tersebut membentuk senyawa kompleks. Selanjutnya terjadilah interaksi genomik dengan bagian DNA yang spesifik yang disebut estrogen response element. Interaksi akan menyebabkan terjadinya transkripsi dan terbentuklah osteocalcin. Pada uji ini digunakan 3 konsentrasi ekstrak, yaitu 62,5 ppm, 125 ppm, dan 250 ppm. Hasilnya menunjukkan kadar osteocalcin yang paling tinggi terdapat pada ekstrak berkadar 125 ppm, dan bukan pada kadar 250 ppm. Fenomena ini disebut sebagai non- monotonic dose response effect. Yaitu, efek yang tidak menunjukkan respons yang  linier, dan dapat terjadi pada uji in vitro yang berkaitan dengan aktivitas hormonal. Penyebabnya antara lain adalah perbedaan afinitas  antara hormon dan senyawa yang diteliti.

Untuk mempelajari aktivitas pengikatan senyawa kandungan pada reseptor, dilakukan pengujian in silico dengan software estradiol. Pengamatan dilakukan terhadap59 senyawa kandungan yang terdeteksi pada penelitian terdahulu. Melalui pengamatan tersebut, ternyata terdapat dugaan kuat terdapatnya senyawa golongan fitoestrogen, yaitu  3-(6-hydroxy-2,5,7,8-tetramethyl3,4-dihydro-2H-chromen-2-yl) propanoic acid, kaempferol, 12-aminodecanoic acid, cyclazocine, morin, (3R, 4R)- 3-([(2-hydroxyethyl) (methyl) amino] methyl)- 4-(hydroxymethyl)-N-isopropyl-N-methyl-1-pyrrolidinesulfonamide. Senyawa tersebut diduga mempunyai aktivitas serupa hormon wanita 17β-estradiol  yang berpotensi meningkatkan pembentukan tulang. Melalui penelitian ini terdapat dugaan kuat terdapatnya senyawa fitoestrogen  yang dapat meningkatkan pembentukan tulang. Penelitian lanjutan diperlukan untuk melakukan identifikasi lebih lanjut terhadapsenyawa golongan fitoestrogen pada daun semanggi. Hasilnya diharapkan dapat memberikan pemecahan kebutuhan fitoestrogen sebagai terapi sulih hormon wanita menopause. Ini adalah salah satu cara untuk memperbaiki kualitas hidup wanita pada masa pasca menopause.

Penulis: Mangestuti Agil

Link Jurnal: https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/34214308/

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp