Daun Chrysophyllum caimito sebagai Anti Osteoporosis

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto oleh Plantamor

Chrysophyllum caimito adalah nama ilmiah dari tanaman yang tumbuh di Jawa Timur. Tanaman ini termasuk langka keberadaannya, buahnya sering dikenal dengan nama daerah kenitu atau gnitu, yang berbentuk seperti buah apel. Buah musiman ini memiliki rasa yang manis serta warna kulit buah ungu dan ada pula yang hijau. Konon disebutkan bahwa buah ini berasal dari Pulau Karibia, namun saat ini sudah tersebar di banyak benua.  Yang tidak kalah menarik adalah daun tanaman kenitu. Daun kenitu dalam beberapa penelitian ilmiah diketahui mengandung senyawa fitoestrogen. Ini adalah senyawa yang diperlukan untuk mengantisipasi penurunan kadar hormon estrogen pada wanita menopause. Penurunan hormon estrogen sendiri berakibat pada terjadinya berbagai masalah kesehatan, termasuk dalam proses pembentukan tulang. 

Uji ekstrak etanol 96% daun kenitu menunjukkan peningkatan kepadatan sel osteoblast tulang trabekular pada mencit yang dibuat mengalami defisiensi estrogen. Hasil ini diduga karena adanya senyawa fitoestrogen dalam daun kenitu. Uji lebih lanjut dilakukan dengan melakukan metabolite profiling pada ekstrak daun kenitu dalam berbagai pelarut yang memiliki polaritas berbeda dan ternyata ditemukan 30 senyawa pada ekstrak n-heksana, 50 senyawa pada ekstrak etil asetat dan 35 senyawa pada ekstrak methanol. Uji lanjutan dilakukan dengan tujuan untuk mempelajari lebih jauh afinitas senyawa dalam ekstrak pada titik tangkap kerja (reseptor) nya secara in silico. Uji afinitas ikatan antara senyawa-senyawa dalam berbagai ekstrak daun kenitu yang telah diprofilkan pada proses metabolite profiling  dilakukan terhadap protein 3OLS sebagai crystal structure of estrogen receptor beta ligand binding domain. Molecular docking dilakukan dengan menggunakan PyRx 0.8 software dan AutoDock Vina sebagai simulator docking. Proses molecular docking dilakukan pada tiap senyawa kandungan kenitu terhadap protein 3OLS untuk mengetahui nilai afinitas ikatan yang terjadi antara keduanya. Kemampuan ikatan ditunjukkan melalui energi yang dikeluarkan untuk pembentukan kompleks atau ikatan. Semakin negatif nilai afinitas yang dihasilkan, maka semakin stabil ikatan yang terjadi. Analisis hasil molecular docking dilakukan untuk memetakan jarak farmakofor dan ikatan residu asam amino setiap senyawa terhadap protein 3OLS.. Senyawa yang memiliki sifat agonis terhadap reseptor estrogen beta akan menunjukkan kemiripan jarak farmakofor dan jenis ikatan residu asam amino dengan ligan pada protein 3OLS. Jarak farmakofor ini merupakan jarak minimum yang diperlukan oleh atom molekul untuk dapat terikat pada reseptor dan menghasilkan aktivitas yang diharapkan. Reseptor estrogen beta memang dijumpai secara luas pada sel tulang, baik osteoblas dan osteoklas. Aktivasi  reseptor  melalui ikatannya dengan estrogen akan memengaruhi proses bone remodelling.

Hasil analisis dari proses molecular docking menunjukkan adanya 11 senyawa dari 116 senyawa total dalam ekstrak daun kenitu yang diprediksi sebagai senyawa fitoestrogen dengan sifat agonis terhadap reseptor estrogen beta. Analisis sifat fisiko kimia juga dilakukan untuk melihat kemampuan senyawa agonis tersebut apakah dapat terabsorbsi dalam tubuh dengan baik. Hasil yang didapatkan menunjukkan bahwa semua senyawa yang diprediksi agonis mempunyai kemampuan menembus membran sel melalui topological polar surface area value. Semua senyawa juga memenuhi kriteria 5 Lipinski, yang artinya pada penggunaan secara oral senyawa tersebut dapat terabsorbsi dengan baik dan menunjukkan aktivitas biologis.  Estrogen memegang peran vital pada terciptanya keseimbangan dalam proses remodelling tulang, artinya keseimbangan antara penyerapan tulang dewasa dan pembentukan tulang baru. Keseimbangan itu juga harus terjadi pada saat adanya kerusakan kecil pada tulang sekalipun. Saat wanita memasuki fase pasca menopause, maka penurunan hormon estrogen akan memberi peluang terjadinya osteoporosis. Pengeroposan tulang itu akan  meningkatkan risiko terjadinya patah tulang, terutama tulang pinggul, ruas tulang belakang, dan pinggang. Terapi sulih hormon, yaitu pemberian hormon estrogen dari luar tubuh, sudah dilakukan bertahun lamanya. Namun penggunaan dalam jangka panjang akan menimbulkan efek samping yang mungkin sangat berbahaya, dan oleh karena itu diperlukan fitoestrogen sebagai terapi alternative untuk mengatasi kondisi osteoporosis pada wanita pascamenopause. Identifikasi kandungan senyawa fitoestrogen daun kenitu memberikan harapan pemanfaatannya sebagai sumber estrogen alamiah yang lebih aman. Pemenuhan kebutuhan fitoestrogen diharapkan dapat membantu wanita pascamenopause memperbaiki kualitas hidup.

Penulis: Mangestuti Agil

Link Jurnal: https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/34214348/

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp