World Health Organization (WHO) menjelaskan bahwa alat untuk memerangi COVID-19 selain 3M yaitu ventilasi yang baik dan informasi yang akurat. Saat ini, beredar banyak hoax di masyarakat terkait COVID-19 yang dapat menyebabkan misleading dan praktek pencegahan yang keliru. Dilansir dari laman covid19.go.id, setidaknya ada 756 berita hoax berkaitan dengan covid-19 yang beredar di masyarakat. Studi di China menunjukkan hasil pengetahuan masyarakat sangat baik dan dalam studi tersebut juga ditekankan bahwa skor pengetahuan terkait COVID-19 secara signifikan berhubungan dengan kemungkinan rendahnya sikap negatif dan praktik baik pencegahan terhadap COVID-19. Ini menjadi alasan kuat bahwa hoax makanan seputar COVID-19 harus diluruskan karena dapat meningkatkan risiko perilaku yang bertentangan dengan pencegahan utama COVID-19 itu sendiri. Edukasi gizi tidak hanya meningkatkan pengetahuan tapi juga meningkatkan self-efficacy masyarakat supaya bisa menerapkan asupan gizi seimbang dan menjadi agen untuk membantu meluruskan informasi hoax yang berkaitan dengan Covid-19. Self-efficacy merupakan suatu hal yang merujuk pada kepercayaan diri seseorang bahwa ia mampu melakukan perilaku tertentu
Penelitian ini merupakan penelitian Quasi Eksperimen dengan desain one group pre-test and post-test design, dilaksanakan di Desa Ketapanrame, Kecamatan Trawas, Kabupaten Mojokerto – Jawa Timur. Intervensi yang dilakukan merupakan edukasi gizi konvensional dengan metode ceramah dan tanya jawab. Isi dari ceramah yang diberikan adalah informasi tentang peran gizi seimbang, hoax terkait makanan pencegah/mengobati COVID-19, dan self-efficacy upaya pencegahan COVID-19 selama 90 menit. Kegiatan selama 90 menit hanya ceramah dan tanya jawab. Kuesioner self-efficacy dikembangkan secara mandiri oleh peneliti yang terdiri dari 2 set-kuesioner; yaitu kuesioner self-efficacy untuk mengonsumsi gizi seimbang selama masa pandemi COVID-19 dan self-efficacy untuk mematuhi protokol kesehatan guna melakukan pencegahan COVID-19.
Sekitar 80% responden memiliki pengetahuan bahwa bawang putih, minyak kayu putih, dan konsumsi telur rebus dapat mencegah dan menyembuhkan COVID-19. Padahal, ketiga hal tersebut merupakan hoax atau informasi yang salah karena belum ada satupun penelitian yang menunjukkan efek bawang putih dan minyak kayu putih terhadap COVID-19. Pengetahuan yang salah dapat memengaruhi sikap dan perilaku yang tidak tepat dan berisiko membahayakan. Kemudian, pertanyaan nomor 3 terkait sumber protein dapat mencegah COVID-19 dengan memperbaiki sistem imun tubuh. Konsumsi protein tidak hanya dari telur. Telur merupakan sumber protein yang baik, namun tidak harus dikonsumsi setiap hari karena kuning telur juga mengandung kolesterol yang cukup tinggi sekitar 483 mg/100 gram. Protein tersusun atas asam-asam amino yang dapat berperan sebagai imunomodulator diantaranya glutamin, arginin, dan lisin. Pertanyaan lain yang sudah diketahui dengan benar yaitu konsumsi gula berlebih dapat menurunkan imunitas. Konsumsi gula harus dibatasi maksimal 4 sdm/hari atau setara dengan 54 gram/hari.
Menerapkan gizi seimbang merupakan salah satu upaya pencegahan COVID-19 yang perlu diterapkan karena asupan harian mempengaruhi status gizi dan status gizi yang tidak optimal dapat menurunkan kekebalan tubuh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa self-efficacy responden untuk menerapkan gizi seimbang sebelum edukasi paling rendah ketika sakit, malas memasak, dan saat harga lauk pauk seperti ayam, daging, ikan naik. Namun, setelah edukasi gizi, self-efficacy meningkat walau kondisi sakit dan harga lauk naik. Hasil positif didapat mengingat lauk pauk merupakan sumber protein penting dalam komposisi diet harian, terutama berkaitan mempertahankan sistem imun tubuh ketika masa pandemi.
Pendidikan gizi konvensional dengan metode ceramah secara signifikan dapat meningkatkan pengetahuan terkait upaya pencegahan COVID- 19, self-efficacy untuk melakukan asupan gizi seimbang dan melakukan protokol kesehatan selama masa pandemi COVID-19. Kegiatan ini dapat diimplementasikan pada daerah lain supaya semakin banyak masyarakat yang terpapar dengan informasi positif, terhindar oleh informasi hoax, dan bekerjasama menurunkan angka kejadian COVID-19 di Indonesia.
Penulis: Qonita Rachmah, Triska Susila Nindya, Arif Sabta Aji, Sitti Patimah, Nabilla Rachmah, Nabiil Ikbaar Maulana, Asri Meidyah Agustin, Junaida Astina
Artikel dapat ditemukan pada link berikut:
https://e-journal.unair.ac.id/AMNT/article/view/21640/14556
Penulis Artikel Populer: Qonita Rachmah