Secara deskripsi, prostat adalah organ genitalia pria yang letaknya di inferior (bawah) buli-buli, di anterior (depan) rektum, dan membungkus uretra posterior (belakang). Prostat memiliki bentuk yang mirip dengan buah kemiri dengan volume sekitar 4x3x2.5 cm dan beratnya kurang lebih 20 gram. Volume prostat (VP) merupakan gambaran penting untuk memilih tindakan perawatan yang akan diberikan. Prostat merupakan pusat dari 3 penyebab utama morbiditas, yaitu Benign Prostatic Hyperplasia, kanker prostat, dan prostatitis. Pada kesempatan ini penulis akan menulis tentang Benign Prostatic Hyperplasia (BPH), yang berkaitan dengan terjadinya hyperplasia pada kelenjar prostat dan jaringan stroma. BPH termasuk dalam kategori tumor jinak yang sering dijumpai pada laki-laki, umumnya dimulai pada usia 40 tahun. Secara statistik, prevalensi BPH meningkar 50% pada usia 50 tahun dan 90% pada usia 85 tahun.
BPH berkaitan dengan LUTS (Lower Urinary Tract Symptoms), yaitu sekumpulan gejala yang terjadi pada saluran kemih bagian bawah. Sedangkan uroflowmetri sendiri adalah tes sederhana, yang bersifat non invasif dengan tujuan untuk mengevaluasi kualitas pancaran atau aliran urin dari volume urin yang dikeluarkan dalam satuan waktu, uroflowmetri sangat berguna dalam studi diagnosis LUTS terkait dengan Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) dan penyempitan uretra. Pada pemeriksaan uroflowmetri pasien BPH atau pasien LUTS lainnya terdapat 3 aspek penting yang umumnya selalu tercatat dalam rekam medis, yaitu laju aliran maksimum (Qmax), voided volume (Vvoid), dan Post Voided Residual (PVR) volume urin. Pemeriksaan uroflowmetri ini bisa bermakna ketika Vvoid lebih dari 150 ml, jika Vvoid kurang dari 150 ml, maka pemeriksaan harus diulang.
IPSS adalah kuesioner yang sering digunakan pada pasien BPH untuk menghitung derajat keparahan LUTS. Prevalensi kasus BPH di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo yang dirangkum mulai tahun 1994-2013 sebanyak 3.804 kasus, dengan rata-rata usia pasien 66,61 tahun, angka ini cukup tinggi. Oleh karena itu, penting untuk mengetahui hubungan antara volume prostat dengan uroflowmetri sebagai tes yang sering dilakukan pada pasien BPH dan IPSS sebagai kuesioner yang sering diajukan pada pasien BPH.
Berangkat dari hal tersebut, Arif Rananda di bawah bimbingan Prof. Dr. Soetojo, dr.,Sp.U(K), Dr. Reny I’tishom, M.Si, dan Dr. Wahjoe Djatisoesanto, dr.,Sp.U(K) melakukan penelitian tentang volume prostat, uroflowmetri dan IPSS pada pasien BPH. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif retrospektif dengan menggunakan data sekunder rekam medis pasien BPH tanpa retensio urin di RSUD. Dr. Soetomo Surabaya mulai tahun 2015-2017. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling, yaitu menggunakan seluruh data yang ada dalam periode 2015-2017, kemudian setelah data terkumpul, dikelompokkan kembali data pasien BPH tanpa retensio urin, untuk masuk ke dalam kriteria inklusi. Setelah mendapatkan data yang memenuhi kriteria inklusi, kemudian data dihitung menggunakan statistik diagram batang berdasarkan usia dan diuji menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov a, dari hasil uji normalitas didapatkan nilai p <0.05, sehingga dapat disimpulkan bahwa sebaran distribusi data tidak memenuhi asumsi normalitas, sehingga untuk uji korelasi pada penelitian ini menggunakan uji Spearman’s rho.
Dari hasil uji menggunakan 86 data rekam medis pasien BPH tanpa retensio urin, didapatkan hasil rentang usia 45-64th: 52 orang (60.46%), dan rentang usia >65th : 34 orang (39.54%). Rentang usia diatas 45-64 tahun menjadi kelompok yang paling banyak mengalami BPH tanpa retensio urin selama periode 2015-2017. Pada uji statistik Spearman’s rho didapatkan hasil VP dengan Qmax (r= 0.012; p= 0,913) korelasi tidak signifikan. VP dengan Vvoid (r= 0.112; p= 0.305), korelasi tidak signifikan. VP dengan PVR (r= -0.015; p= 0.892), korelasi tidak signifikan. VP dengan IPSS (r=0.048; p=0.660), korelasi tidak signifikan. Kesimpulan dari penelitian ini adalah tidak ada korelasi signifikan antara volume prostat dengan pemeriksaan uroflowmetri dan IPSS pada pasien BPH tanpa retensio urin. Namun, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terkait tidak adanya korelasi antara volume prostat dengan uroflowmetri dan IPSS pada pasien BPH tanpa retensio urin guna kepentingan pengobatan di bidang kedokteran dan menunjang penelitian-penelitan yang telah ada.
Penulis: Arif Rananda, Soetojo, Reny I’tishom, Wahjoe Djatisoesanto
Informasi detail dari penelitian ini dapat diakses di Indian Journal Of Forensic Medicine & Toxicology
Berikut judul & link artikel:
The Correlation of Prostate Volume with Uroflowmetry and International Prostatic Symptoms Score (IPSS) on Patient with Benign Prostatic Hyperplasia without Urinary Retention
Link : http://medicopublication.com/index.php/ijfmt/article/view/15613