Cerita Norhayati, Wakili UNAIR Menjadi Koordinator Global IPSF 2021-2022

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Norhayati, Mahasiswi S2 Ilmu Farmasi Peminatan Pengembangan Obat UNAIR, Koordinator IPSF Global 2021-2022. (Foto: Dokumentasi Pribadi).

UNAIR NEWS – Mahasiswa S2 Ilmu Farmasi Peminatan Pengembangan Obat UNAIR, Norhayati berhasil menjabat sebagai Pharmaceutical Sciences Initiative Coordinator 2021-2022 dalam organisasi International Pharmaceutical Students’ Federation (IPSF) pada Kamis, 30 September 2021.

IPSF adalah organisasi advokasi internasional mahasiswa farmasi terbesar di dunia. Dengan memiliki lebih dari 500.000 anggota aktif yang tersebar di 100 lebih negara, menjadikan organisasi non-pemerintah, non-politik dan non-religius tersebut sebagai salah satu organisasi penting kesehatan khususnya di bidang farmasi.

Norhayati menjelaskan perjuangannya hingga bisa bergabung dalam IPSF tidak mudah. Namun deretan prestasi yang ia miliki mampu mengantarkannya menjadi koordinator IPSF tingkat global.

Prestasi yang ia kumpulkan, yaitu juara 1 lomba produk mahasiswa farmasi Indonesia, juara 2 essay ilmiah nasional, pemenang nominasi Best Pharmacy Student dan Student Diplomat oleh Ikatan Senat Mahasiswa Farmasi Indonesia (ISMAFARSI) nasional, dan dinobatkan sebagai mahasiswa berprestasi se-Kalimantan oleh ISMAFARSI Kalimantan.

Tidak hanya itu, Norhayati juga aktif berorganisasi sebagai staf ahli eksternal (ketua bidang eksternal) ISMAFARSI Kalimantan 2018-2020, menjadi delegasi konferensi tingkat wilayah dan nasional, serta menjadi delegasi pertukaran pelajar ke Mesir yang diadakan oleh IPSF pada tahun 2020 secara luring.

Sebelum menjabat sebagai koordinator, pada tahun sebelumnya Norhayati telah bergabung dengan IPSF sebagai Young Researchers’ Forum Manager. Dalam menjabat, ia sudah memberikan sumbangsih berupa meningkatkan pengetahuan penelitian mahasiswa farmasi dengan membuat educational campaign, YRF research box (QnA session dengan para peneliti berbagai dunia),  educational competition, dan bekerjasama dengan IPSF Public Health dalam kegiatan dengan WHO.

Tidak hanya itu, pada Juli 2021 tepatnya pada 66th IPSF World Congress, Norhayati telah mengadakan kegiatan Focus Group Discussion (FGD) dan lomba ilmiah. Dalam acara tersebut Norhayati berperan sebagai pembicara dan moderator bersama mentor yang berasal dari Korea Selatan, Australia, dan Nepal.

Sebagai seseorang yang aktif berkecimpung dalam ilmu kefarmasian, Norhayati menyatakan perkembangan dunia kefarmasian sekarang cukup baik. Namun ada beberapa hal yang perlu ditingkatkan seperti dari sektor pendidikan. 

“Pendidikan kefarmasian yang seharusnya banyak berada di laboratorium maupun terjun ke fasilitas kesehatan dituntut menjadi pembelajaran daring karena pandemi Covid-19. Tentu hal ini sangat berisiko dalam tingkat pemahaman mahasiswa, masing-masing universitas di berbagai negara harus bisa mengemas pembelajaran kefarmasian sebaik mungkin agar bisa diserap secara oleh mahasiswa,” ujar Norhayati.

Norhayati juga menyampaikan pandangannya mengenai dunia farmasi di Indonesia yang cukup baik dengan adanya pembelajaran hybrid. Namun tentu banyak yang perlu ditingkatkan agar dunia kefarmasian Indonesia jauh lebih baik lagi di masa mendatang.

Menurut Norhayati untuk mengembangkan dunia farmasi di Indonesia Undang-Undang (UU) Kefarmasian sangat diperlukan di Indonesia. Pemerintah harus membantu farmasi di Indonesia untuk menerbitkan UU Kefarmasian guna melindungi dan meningkatkan martabat kefarmasian dalam berbagai sektor (pembelajaran hingga pekerjaan).

“Selain itu, peran universitas juga sangat penting. Saya berharap universitas yang ada di Indonesia dapat mendukung penuh mahasiswa yang ingin mengikuti kegiatan Internasional maupun nasional. Agar bisa mencetak mahasiswa yang berprestasi baik non akademik maupun akademik,” tutup Norhayati.

Penulis: Rayya Afifah Ikhsani

Editor: Khefti Al Mawalia

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp