UNAIR NEWS – Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya perairan, sehingga banyak dikembangkan budidaya ikan atau udang pada tambak. Namun, dalam proses pemeliharaannya masih memerlukan peningkatan kualitas.
Salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah menggunakan teknologi tepat guna untuk memonitor kondisi wirausaha yang berkaitan dengan perairan. Contohnya pemantauan kondisi tambak terkait suhu dan pH untuk mengetahui kualitas air. Hal ini dapat membantu petani tambak dalam mengatasi permasalahan mereka. Sebab sevelumnya, para petani harus memantau tambak setiap saat secara langsung untuk mencegah kematian ikan atau udang akibat kualitas air tambak yang buruk.
Berdasarkan situasi tersebut, Alfian Pramudita Putra S.T., M.Sc., bersama tim dosen Teknik Biomedis Fakultas Sains dan Teknologi UNAIR mengadakan pengabdian masyarakat dengan topik membuat sistem yang dapat memantau suhu dan pH dari perariran secara kuntinu dengan memanfaatkan Internet of Things (IoT). Kegiatan yang melibatkan siswa SMK Perikanan dan Kelautan Puger, Kabupaten Jember, Jawa Timur tersebut dilaksanakan pada Sabtu (18/09/21).
Alfian, sapaan akrabnya, mengungkapkan bahwa kegiatan tersebut bermanfaat untuk para siswa SMK sehinga mereka dapat meningkatkan kemampuan di bidang teknologi yang tetap berkaitan dengan perikanan dan kelautan.
“Oleh karena itu, melalui program kemitraan masyarakat ini juga akan diberikan bekal keahlian kepada siswa SMK Perikanan dan Kelautan Puger yang memiliki kekhususan dalam bidang perikanan. Sehingga selain dapat membantu petani tambak, juga dapat melatih siswa SMK untuk secara mandiri mengembangkan produksi dan pengadaan alat yang bermanfaat bagi masyarakat di Indonesia dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi Eropa (MEA) berdasarkan keahlian di bidang yang ditekuni setelah lulus nantinya,” terangnya.
Berbeda dengan kegiatan sebelumnya, kegiatan satu ini mengharuskan para mahasiswa S1 Teknik Biomedis yang tergabung untuk mengikuti pelatihan yang diberikan oleh CV. Inbiomed Technology. Hal itu lantaran kegiatan pengmas diadakan secara daring sehingga mahasiswa harus memandu para siswa SMK.
“Pelaksanaan pelatihan di pengabdian masyarakat ini memiliki tantangan tersendiri bagi mahasiswa karena tidak memandu siswa secara langsung sehingga meteka harus memberikan arahan yang detail dan sabar. Bagi siswa SMK yang belum terlalu kenal dengan mikrontroler, panduan yang pelan dan detail akan sangat bermanfaat,” jelasnya.
Degan adanya kegiatan tersebut, diharapkan para siswa dan guru SMK dapat menambah kemampuan dan pengetahuan terkhusus bagi siswa SMK yang harus siap bekerja setelah lulus. Selain itu, dapat membantu para petani dalam menangani masalah tambak mereka. (*)
Penulis: Asthesia Dhea Cantika
Editor: Binti Q. Masruroh