Cegah Penyebaran HIV AIDS dengan Program DREAMS Partnership

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Pelaksanaan Pengmas Dream Partnership Bersama KPA Tulungagung. (Foto Istimewa)

HIV (Human Immunodeficiency Virus) merupakan virus yang menjangkiti sel-sel sistem kekebalan tubuh manusia dan menghancurkan atau mengganggu fungsinya. Infeksi virus ini mengakibatkan terjadinya penurunan sistem kekebalan yang terus-menerus, yang akan mengakibatkan defisiensi kekebalan tubuh. 

Dari tahun ke tahun penderita HIV/AIDS semakin meningkat, adanya fenomena baru penyebaran HIV/AIDS didapatkan bahwa pada tahun 2002 yang menunjukkan penyebarannya mulai melalui ke ranah rumah tangga, sehingga muncul banyak kasus Ibu Rumah Tangga dan remaja putri yang tertular. Banyaknya ibu rumah tangga yang terinfeksi virus HIV/AIDS menempatkan mereka di posisi tertinggi keempat dalam kasus HIV/AIDS di Indonesia. Penyebab terjangkitnya Ibu rumah tangga adalah para suami yang melakukan seks bebas. Hal ini seringkali tidak diketahui mereka sehingga virus HIV/AIDS mudah ditularkan.Fenomena meningkatnya pengidap HIV/AIDS dari kalangan Ibu rumah tangga sangatlah mengejutkan karena pada awalnya Ibu bukan merupakan kelompok orang yang beresiko tinggi terinfeksi HIV. Bahkan rata-rata dari ibu rumah tangga tersebut tidak menyadari bahwa virus HIV/AIDS sudah menginfeksi tubuhnya. 

Dampaknya juga terjadi pada ibu yang tertular HIV/AIDS. Stigma negatif dan diskriminasi terhadap pengidap HIV/AIDS masih dilakukan oleh masyarakat. Stigma dan diskriminasi tersebut tentu membuat pengidap HIV/AIDS memilih menghindar dari lingkungan.Ibu yang terinfeksi HIV/AIDS melalui suaminya cenderung mengalami tekanan yang lebih berat dalam menghadapi keadaannya, karena mereka tidak melakukan tindakan berisiko namun harus menanggung akibat yang beresiko yaitu terinfeksi HIV/AIDS.

Perilaku pencegahan HIV/AIDS pada IRT sangat tergantung dengan tingkat pengetahuannya. Hasil penelitian terdahulu menunjukkan bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan lebih bertahan lama dari pada perilaku yang tidak didasari pengetahuan. Meningkatnya pemahaman, sikap, dan akhirnya akan berpengaruh pada kecenderungan perilaku yang lebih baik dalam mencegah PMS, HIV/AIDS dikalangan orang-orang berpotensi mempunyai risiko tinggi tertularnya HIV/AIDS. 

Upaya untuk menurunkan angka HIV dan AIDS salah satunya dengan memberikan pendidikan dan informasi yang jelas tentang HIV dan AIDS, sehingga masyarakat waspada dan merubah perilakunya untuk melakukan upaya pencegahan. Salah satu cara untuk mewujudkan upaya ini yaitu dengan Program DREAMS Partnership. DREAMS Partnership (Determinant, Resilience, Empowered, Mentored, Safe  dan Social Norms and Stigma) program merupakan salah satu solusi yang akan membantu meningkatkan pengetahuan dan resiliensi penderita HIV/AIDS, agar kualitas kehidupan penderita menjadi lebih baik dan tidak merasakan stigma negatif dari masyarakat.

Adapun kegiatan yang dilakukan dalam program ini yaitu meliputi ;

  1. Determinant merupakan program evaluasi faktor-faktor dan pengkajian pada penderita secara berkala untuk mengevaluasi permasalahan yang dihadapi. 
  2. Resilient merupakan program untuk meningkatkan ketahanan penderita agar tidak mudah jatuh dalam koping destruktif. Pada prinsip resilient akan ditawarkan bentuk konseling dan dukungan peer group untuk meningkatkan motivasi penderita. 
  3. Empowered akan dilakukan pemilihan kader yang diambil dari penderita HIV/AIDS sendiri atau masyarakat yang peduli dengan HIV/AIDS. Para kader akan diberikan tugas untuk menjadi promotor dalam penanganan kasus. 
  4. Mentored atau yang biasa disebut program education terdiri dari 2 hal yaitu pelatihan dan focus group discussion terkait HIV/AIDS, kemudian tim yang sudah mendapatkan pelatian harus melakukan transfer skill dan mengajak penderita maupun orang berisiko untuk skrining volunter. Program skill adalah untuk mngajarkan pada mereka komunikasi untuk melaksanakan peer to peer education yang bertujuan untuk meningkatkan kemampun berkomunikasi dan memberikan edukasi. 
  5. Safe akan dilakukan pembentukan tim yang bertugas dalam melakukan reminder, mulai dari pemeriksaan, pencegahan penularan, kepatuhan ART dan manajemen infeksi oportunistk. 
  6. social norms and stigma perannya adalah membentuk Tim  yang akan melakukan  roadshow dan membuat program edukasi masyarakat untuk meningkatkan dukungan masyarakat kepada ODHA (Orang dengan HIV/AIDS) dan tidak memberikan stigma negative. 

Selain dari program-program yang sudah dipaparkan diatas, program ini juga diberikan tambahan yaitu controllingyang berisikan monitoring dan evaluasi yang bertujuan untuk mengontrol keberhasilan dan sejauh mana cakupan yang sudah dilaksanakan, dan networking yaitu dengan tujuan untuk membentuk jaringan yang lebih luas, komunitas peduli HIV/AIDS dan publikasi di media.

Penulis: Prof. Nursalam, Dr. Tintin Sukartini, Diah Priyantini, Dluha Maf’ula

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp