Mengenal Karakteristik Darah Ayam Pedaging dan Darah Babi

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh AntaraNews comm

Darah adalah cairan tubuh yang berfungsi sebagai penyalur nutrisi dan oksigen ke setiap sel hidup dan juga sebagai pembawa kelebihan metabolisme dari sel yang sama. Darah mengandung 55% plasma darah dan 45% bagian seluler. Plasma darah terdiri dari 92% air yang berfungsi sebagai media perjalanan untuk sel darah. Selanjutnya plasma darah juga mengandung albumin, fibrinogen, dan globulin, sedangkan bagian selulernya mengandung sel darah merah, sel darah putih dan trombosit.

Molekul fluorofor dapat digunakan sendiri, atau berfungsi sebagai motif fluoresen dari sistem fungsional. Berdasarkan kompleksitas molekuler dan metode sintetik, molekul fluorofor secara umum dapat diklasifikasikan ke dalam empat kategori: protein dan peptida, kecil senyawa organik, oligomer dan polimer sintetik, dan sistem multikomponen. Karakteristik molekul fluorofor dalam darah dapat digunakan sebagai indikator untuk menentukan produk daging olahan yang halal. Dimana komponen darah yang terkandung dalam daging tidak banyak berbeda dengan kandungan dalam darah.

Perkembangan metode analisis di bidang spektrofotometri semakin berkembang terutama dalam bidang biologi dan kesehatan. Metode yang secara luas digunakan sebagai tes darah pada makhluk hidup termasuk metode PCR. Dalam penelitian sebelumnya, protein babi dalam gelatin kapsul dapat diidentifikasi menggunakan teknik elektroforesis Sodium Dodecyl Sulfate-Polyacrylamide Gel Elektroforesis (SDS-PAGE) yang lama dan memiliki akurasi yang rendah.

Deteksi daging babi kontaminasi pada daging impor menggunakan ekstraksi DNA dan PCR dilaporkan oleh beberapa ilmuwan. Metode PCR memiliki tingkat akurasi yang tinggi dalam mengidentifikasi molekul DNA yang terdapat pada makhluk hidup. Sayangnya, metode PCR membutuhkan persiapan sampel yang cukup lama dan isolasi DNA yang kompleks metode dan menggunakan reagen yang mahal. Oleh karena itu perlu dikembangkan suatu metode yang lebih cepat dan lebih efisien.

Penggunaan metode fluorimeter dalam penentuan karakteristik darah semakin meningkat. Baru-baru ini, karakteristik emisi fluoresensi plasma darah telah telah dimanfaatkan untuk membedakan pasien dengan keganasan mulut dari yang sehat. Dalam penelitian sebelumnya, spektrofotometer fluoresen digunakan untuk mengidentifikasi golongan darah pada manusia. Metode fluoresensi merupakan metode yang sederhana tanpa memerlukan preparasi sampel yang rumit. Darah memiliki karakteristik fluoresensi spesifik dalam kondisi dan lingkungan yang berbeda. Oleh karena itu, darah banyak digunakan sebagai indikator dalam menentukan sifat dan karakteristik makhluk hidup organisme. Pada penelitian ini digunakan darah hewan dari dua spesies yang berbeda yaitu darah ayam pedaging dan darah babi. Untuk menguji karakteristiknya menggunakan metode spektrofotometer fluoresensi. Fluoresensi adalah emisi cahaya oleh senyawa fluorofor yang dapat menyerap cahaya atau radiasi elektromagnetik lainnya.

Cahaya yang dipancarkan oleh suatu senyawa memiliki gelombang yang lebih panjang dan energi yang lebih rendah daripada radiasi yang diserap. Karakteristik fluoresensi darah ayam pedaging dan babi berhasil dibedakan dengan fluoresensi spektroskopi. Karakteristik fluoresensi sampel terungkap dari eksitasi dan puncak emisi. Puncak emisi maksimum lebih panjang dari maksimum puncak eksitasi. Ini karena perbedaan energi dari keadaan tereksitasi dan keadaan dasar ketika proses penyerapan energi lebih besar dari proses emisi. Puncak eksitasi terjadi karena transisi elektron dari keadaan dasar (S0) ke tingkat tunggal oleh getaran. Karakteristik fluoresensi darah ayam pedaging dan babi berhasil dibedakan dengan fluoresensi spektroskopi. Karakteristik fluoresensi sampel terungkap dari eksitasi dan puncak emisi. Puncak emisi maksimum lebih panjang dari maksimum puncak eksitasi. Ini karena perbedaan energi dari keadaan tereksitasi dan keadaan dasar ketika proses penyerapan energi lebih besar dari proses emisi. Puncak eksitasi terjadi karena transisi elektron dari keadaan dasar (S0) ke tingkat tunggal oleh getaran eksitasi (S2). Setelah molekul mengalami transisi, molekul tersebut akan memancarkan energinya yang memiliki diserap selama masa transisi dari tingkat dasar (S0) ke tingkat (S2). hamburan (emisi) akan terjadi dengan memancarkan foton yang energinya sesuai dengan perbedaan tingkat eksitasi (S2) dan level (S0). Ketika sebuah molekul tereksitasi dari suatu larutan, ia akan dengan cepat berelaksasi ke tingkat getaran elektronik terendah S1. Relaksasi getaran ke tingkat getaran terendah S1 segera menonaktifkan molekul. Setelah mencapai tingkat ini, molekul dapat kembali ke garis dasar, untuk contoh dengan radiasi emisi. Pelepasan energi oleh radiasi ini disebut fluoresensi (S1 sampai S0).

Panjang gelombang fluoresensi lebih besar dari panjang gelombang absorbansi. Merujuk hal ini, darah ayam pedaging memiliki panjang gelombang eksitasi maksimum pada 350,5 nm dan panjang gelombang emisi pada 349,7 dan 698,0 nm. Di sisi lain, karakteristik fluoresensi darah babi muncul sebagai puncak eksitasi dan emisi pada 311,0 nm dan 309.0; 622,0 nm.

Metode fluoresensi tidak memerlukan persiapan sampel yang rumit dan waktu pemrosesan yang relatif lebih cepat (sekitar 20 menit setiap sampel). Karakteristik fluoresensi ayam pedaging dan darah babi dipelajari menggunakan fluoresensi metode spektroskopi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik fluoresensi darah ayam pedaging dan darah babi berbeda secara signifikan. Darah ayam pedaging memiliki puncak eksitasi pada 350,5 nm dan puncak emisi pada 349,7 dan 698,0 nm. Untuk darah babi, puncak eksitasi dan emisi muncul pada 311,0 nm dan 309.0; 622,0 nm. Dari penelitian ini dapat diketahui perbedaan karakteristik kedua sampel tersebut digunakan dan diteliti lebih lanjut untuk tujuan halal.

Penulis korespondensi: A Juniawan

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di:

A Juniawan, Suprapto, M H Efendi, R Retnowati and F Kurniawan. (2020).  Study on fluorescence spectra: characteristics of broiler and pig blood. International Conference on Sustainable Aquatic Resources; IOP Conf. Series: Earth and Environmental Science 493 (2020) 012029

https://iopscience.iop.org/article/10.1088/1755-1315/493/1/012029

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp