Pakar Komunikasi UNAIR Kaji Alasan TikTok Begitu Diminati

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Pakar Komunikasi Unair, Irfan Wahyudi S.Sos., M.Comms., Ph.D. (Foto: Dokumentasi Pribadi)

UNAIR NEWS – TikTok kini menempati posisi ketujuh dalam media sosial dengan jumlah pengguna aktif terbanyak di dunia. Di Indonesia sendiri, meski sempat diblokir pada tahun 2018, media sosial kini kembali digandrungi oleh pengguna khususnya di Indonesia.

Fenomena ini dianggap wajar oleh Irfan Wahyudi S.Sos., M.Comms., Ph.D., Pakar Komunikasi Universitas Airlangga (UNAIR). “Menurut saya wajar jika TikTok begitu digandrungi, karena TikTok adalah platform visual yang sangat mudah menarik perhatian semua orang, tidak terkecuali milenial,” jelasnya dalam acara Katadata Literasi Digital Talks: eps.38, Selasa (28/9) lalu.

Dalam dialog tersebut, Irfan menyebutkan bahwa sepak terjang TikTok di Indonesia seharusnya tidak mulus. Telah adanya media besar seperti Youtube dan Instagram yang telah menguasai market menyebabkan TikTok harus mencari celah. Untuk itu, media sosial ini harus memiliki keunggulan dibanding media berbasis audio visual yang lain.

“Jika membandingkan dengan platform audio visual, tentu kita ingat dengan SnapChat atau Youtube yang lebih dulu masuk, bertumbuh dan meraih pasar di Indonesia, untuk itu harus ada fitur yang bisa menjadi pembeda dan unggul untuk bisa bersaing,” sebutnya dalam acara besutan Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia tersebut.

Ia melanjutkan, bahwa fitur challenge dan juga batasan waktu yang singkat menjadi keunggulan yang dapat menarik minat pengguna. “Jika untuk membaca karya tulis perlu adanya pendahuluan, video panjang, namun kalau TikTok langsung ke intinya dalam hitungan detik,” tuturnya.

Melalui ruang temu zoom dan streaming Youtube, dosen departemen Ilmu Komunikasi UNAIR itu mengatakan bahwa algoritma yang akan menampilkan video serupa dari reference video yang telah dilihat dan disukai juga menjadi fitur unggulan dari media asal Tiongkok itu. “Ini yang saya rasa menjadi kekuatan dari TikTok sehingga engagementnya bisa besar,” tambah Irfan.

Irfan berpendapat, melalui fitur yang dimilikinya, platform yang diluncurkan pada September 2016 silam ini mampu membuat sebuah tren yang menarik. Seseorang yang biasanya harus menghabiskan banyak waktu, kini hanya perlu menghabiskan lima belas hingga enam puluh detik untuk mendapat inti atau resume dari informasi melalui platform yang memiliki lebih dari satu miliar pengguna aktif bulanan ini.

Didukung dengan berkembangnya konsep instan dan pragmatisme di masyarakat, fitur ini mampu memenuhi kebutuhan dan akhirnya berkembang pesat. “Dibarengi dengan banyaknya pengguna aktif, dan keinginan TikTok untuk terus memahami keinginan audiens, fenomena ramainya penggunaan platform ini diprediksi akan tetap bertahan dalam beberapa waktu mendatang,” pungkasnya.(*)

Penulis : Stefanny Elly

Editor : Khefti Al Mawalia

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp