UNAIR NEWS – World Rabies Day atau Hari Rabies Sedunia diperingati untuk meningkatkan kesadaran dan menyebarkan pengetahuan tentang penyakit ini. Setiap tahun, diperingati pada tanggal 28 September untuk menginformasikan kepada semua orang tentang penyakit menular dan bagaimana seseorang dapat mencegah diri dari tertular. Peringatan World Rabies Day adalah satu-satunya acara global yang menyebarkan berita tentang infeksi virus yang berbahaya ini.
Hari Rabies Sedunia pertama kali diperingati pada tanggal 28 September 2007. Hari ini ditetapkan oleh lembaga internasional seperti World Health Organization (WHO), Center for Disease Control and Prevention (CDC) bekerjasama dengan Alliance for Rabies Control. Hari itu juga memperingati ahli biologi, mikrobiologi, dan ahli kimia Prancis Louis Pasteur. Ia dikenal sebagai orang pertama yang mengembangkan vaksin terhadap rabies.
Untuk memperingatinya, Himpunan Mahasiswa Kedokteran Hewan (HMKH) Universitas Airlangga PSDKU di Banyuwangi pada Senin (27/09/2021) mengadakan kuliah umum bertajuk “Rabies Facts Not Fear”. Tema tersebut bertujuan untuk menghilangkan mitos tentang rabies dan mencerahkan masyarakat dengan informasi dan prosedur pengobatan yang tepat.
Kegiatan ini dilaksanakan secara daring menggunakan media zoom meeting dengan mengundang dosen FKH UNAIR yaitu Ratih Novita Praja, drh., M.Si. selaku dosen dari divisi mikrobiologi.
Di awal pemaparan, dokter Ratih menyampaikan bahwa rabies merupakan salah satu dari daftar penyakit menular strategis di Indonesia. Hasil surveilans setiap tahun, lanjutannya, akan memuat list daftar penyakit yang menjadi prioritas pemerintah untuk pengendalian dan pencegahan.
“Menurut WHO, rabies adalah penyakit zoonotik yang menyebabkan peradangan progresif dan fatal pada otak dan sumsum tulang belakang. Biasanya ditularkan dari hewan seperti anjing liar yang tidak divaksin rabies,” papar dokter Ratih.
Lebih lanjut, gejala penyakit bisa berupa demam, sakit kepala, air liur berlebihan, kejang otot, kelumpuhan dan gangguan keseimbangan. Satu-satunya tindakan pencegahan untuk rabies yang dianggap mutakhir adalah vaksinasi.
“Begitu gejala klinis muncul, rabies 100% akan berefek fatal, karena menyerang sistem saraf pusat,” ujar dokter Ratih.
Fakta penting yang harus dipahami oleh masyarakat, lanjutnya, akan sangat berguna untuk meningkatkan kesadaran penyakit, mencegah kasus rabies, program vaksinasi serta mengedukasi masyarakat tentang bahaya rabies dan cara pencegahannya.
“Fakta rabies antara lain adalah vaksinasi 70 % pada anjing pada daerah yang beresiko dapat mengeliminasi rabies,” tandasnnya.
Selain itu, fakta selanjutnya adalah anjing tidak terlahir dengan rabies dan dari data WHO, rabies membunuh satu orang setiap 9 menit.
“Mari kita gunakan fakta untuk meningkatkan kesadaran dan mendidik orang lain tentang rabies, yang 99% fatal, namun 100% dapat dicegah,” ungkap dokter Ratih.
Lebih lanjut, dokter ratih menjelaskan ada beberapa hal yang menjadi ketakutan masyarakat terhadap rabies yang sebenarnya belum terbukti adanya atau hoax. Pertama, berkaitan dengan ketakutan umum yang disebabkan oleh rabies, ketakutan yang dialami orang-orang ketika bertemu anjing, dan ketakutan bahwa orang-orang tinggal di komunitas yang terjangkit rabies.
“Makna kedua berhubungan langsung dengan gejala ketakutan yang mungkin dialami orang ketika terinfeksi rabies. Terakhir, ketakutan berkaitan dengan ketakutan yang disebabkan oleh mitos tentang vaksinasi, membuat orang takut untuk mensterilkan atau memvaksin hewan mereka, dan membuat orang percaya pada pengobatan yang tidak efektif untuk penyakit tersebut,” pungkasnya. (*)