Gagas Literasi Digital Bahasa Jawa, Tiga Mahasiswa UNAIR Raih Juara 2 LKTI Nasional

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Tim Richo saat mempresentasikan gagasan Cah Bagus pada perlombaan LKTI Pekan Literasi Mahasiswa. (Foto: SS Zoom)

UNAIR NEWS – Penggunaan Bahasa Jawa halus di kalangan generasi muda (Gen Z) di Jawa Timur terus mengalami kemerosotan. Kurangnya pembiasaan penggunaan Bahasa Jawa halus sejak dini ditambah dengan minat literasi menjadi faktor utama semakin merosotnya penggunaan Bahasa Jawa halus.

Berkaca dari permasalahan itu, tiga mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Airlangga, yakni Muhammad Badrul Anwar mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia 2020, Richo Andrianto mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia 2020, dan Raselly Elfa Putri mahasiswa Bahasa dan Sastra Inggris 2019 berinisiatif untuk menyelesaikan permasalahan itu melalui LKTI Pekan Literasi Mahasiswa. Mereka menggagas aplikasi ‘Cah Bagus: Literasi Digital Berbasis Sosiokultural sebagai Upaya Pemertahanan Bahasa Jawa Halus di Jawa Timur’.

Dalam lomba yang diadakan oleh BEM Politeknik Negeri Malang itu, Richo, selaku ketua tim memaparkan bahwa bahasa Jawa halus tidak lagi digunakan oleh generasi muda di Jawa Timur dikarenakan kurangnya media inovatif sehingga minat mereka terhadap literasi, terutama literasi kebahasaan semakin terkikis oleh zaman.

“Alasan inilah yang mendorong kami untuk menciptakan gagasan berupa aplikasi yang kami beri nama Cah Bagus,” ujarnya.

Lebih lanjut, Richo menjelaskan makna dari Cah Bagus tersebut. Menurutnya, Cah Bagus, berasal dari kata Cah dan Bagus. Cah memiliki arti bocah dan Bagus berarti baik.

“Jadi tujuan aplikasi ini adalah menjadikan pengguna sebagai pribadi baik dalam bertutur, salah satunya dengan penggunaan bahasa yang halus atau santun,” tambahnya.

Selain itu, lanjutnya, Cah Bagus merupakan panggilan orang tua Jawa kepada anaknya. Nama ini merupakan doa agar sang anak bisa menjadi bocah yang bagus. Dalam hal ini, ia menekankan bahwa Cah Bagus merupakan aplikasi literasi digital yang interaktif, karena didalamnya tidak hanya sekedar berisi informasi atau bahan bacaan, namun juga permainan simulasi dan literasi digital dengan pendekatan sosiokultural.

“Dapat dikatakan bahwa aplikasi Cah Bagus benar-benar diciptakan berdasarkan realita kehidupan generasi muda di sekitar kita,” tutur Richo.

Terakhir, Richo berharap melalui aplikasi Cah Bagus ini dapat diterapkan, terlebih pada generasi muda dan ranah pendidikan. “Kami berharap aplikasi Cah Bagus bisa dikembangkan dan disempurnakan dimasa depan, karena sebuah aplikasi pasti memerlukan penyempurnaan dari waktu ke waktu agar sesuai dengan perkembangan zaman,” pungkasnya (*).

Penulis : Dimas Bagus Aditya

Editor: Nuri Hermawan

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp