UNAIR dan Pemkot Inisiasi Layanan Medical Tourism Surabaya

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
UNAIR dan Pemkot Inisiasi Layanan Medical Tourism Surabaya
REKTOR UNAIR Prof. Dr. Mohammad Nasih, SE., MT., Ak., saat menandatangano MoU di Lobi Lantai 2, Balai Kota Surabaya, pada Senin (28/9/2021). (Foto: Feri Fenoria)

UNAIR NEWS – Layanan Medical Tourism bakal tersedia di Kota Surabaya. Penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) oleh Walikota Surabaya Eri Cahyadi; Rektor Universitas Airlangga Prof. Dr. Mohammad Nasih, SE., MT., Ak.; dan sejumlah stakeholder pada Senin (28/9/2021) menandai upaya penyelenggaraan layanan wisata medis di Kota Surabaya itu.

MoU tersebut juga ditandatangani oleh pihak adri Asosiasi Travel Agent Indonesia (ASTINDO);  Association of The Indonesian Tours And Travel Agencies (ASITA); Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI); dan Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Jawa Timur. Penandatanganan MoU itu dilaksanakan di Lobby Lantai 2, Balai Kota Surabaya.

Eri Cahyadi dalam sambutannya menyebut ide penyediaan layanan itu merupakan hasil masukan dan diskusi Pemkot Surabaya dengan UNAIR. Menurutnya, Kota Surabaya memiliki beragam potensi yang bisa dioptimalkan terkait layanan Medical Tourism.

“Karena itu, kami mendukung adanya masukan dan usulan ini (UNAIR, Red), berdasar kapasitas Pemerintah Kota Surabaya. Tentu dengan dukungan penuh dari banyak pihak,” ujarnya.

Layanan tersebut, imbuh Eri Cahyadi, mesti didukung dengan stakeholder yang berkaitan dengan penginapan dan hotel, restoran, rumah sakit, dan universitas. Termasuk yang berkaitan dengan transportasi dan ruang publik.

Sejarah

Sementara itu, Prof Nasih sangat menyambut baik adanya penandatanganan nota kesepahaman tersebut. Menurutnya, hal itu akan menjadi sejarah yang bisa dicatatkan di Kota Surabaya terkait layanan Medical Tourism.

Mengenai layanan medis, sebut Prof Nasih, terdapat banyak data yang menyebutkan bahwa masyarakat Indonesia cenderung memanfaatkan layanan medis di luar negeri. Misalnya, di negara-negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura. Termasuk juga negara-negara maju seperti China dan Inggris. Sementara, secara tenaga kesehatan dan fasilitas, rumah sakit di Indonesia, terutama Surabaya, tidak kalah dan mampu bersaing.

”Mereka (rumah sakit luar negeri, Red) mendapat serbuan pasien dari Indonesia dalam jumlah yang sangat-sangat banyak. Bahkan dalam praktik tertentu masyarakat masih mengandalkan layanan medis di luar negeri yang sesungguhnya penyakit-penyakit yang tidak terlalu membutuhkan pelayanan yang sangat spesifik,” jelasnya.

Karena itu, Prof Nasih berharap komitmen dan penandatangan itu mampu mereduksi apa yang telah terjadi selama ini. UNAIR tentu mendapat kehormatan yang luar biasa untuk membersamai Pemkot Surabaya dan seluruh stakeholder untuk menjadi bagian dari sejarah tersebut. Khususnya dalam menekan jumlah mereka yang memanfaatkan layanan kesehatan di luar negeri bisa tereduksi.

SESI foto bersama seusai penandatanganan MoU di Lobi Lantai 2, Balai Kota Surabaya, pada Senin (28/9/2021). (Foto: Feri Fenoria)

”Jangka pendeknya, tentu mereka yang berobat ke luar negeri bisa memanfaatkan layanan kesehatan di dalam negeri dengan pelayanan prima dan fasilitas yang bagus. Jangka panjangnya, kita berharap layanan kesehatan kita menjadi mampu bersaing,” harapnya.

Satu hal yang penting dalam upaya ini, tambah Prof Nasih, adalah koordinasi dan kerja sama antar-seluruh komponen. Mulai dari hotel, lingkungan, rumah sakit, termasuk bagaimana dokter terintegrasi, berkolaborasi, dan bekerja sama satu tujuan. Yakni memberikan layanan kesehatan terbaik.

Penulis: Feri Fenoria

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp