Kuliah Tamu, Bahas Tuntas Penerapan Bioteknologi Perikanan (RNAi) Oleh Adjunct Professor Malaysia

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Kuliah tamu Bioteknologi Akuakultur oleh Assoc. Prof. Dr. Yeong Yik Sung dengan bahasan RNAi.

UNAIR NEWS – Departemen Manajemen Kesehatan Ikan dan Akuakultur, Fakultas Perikanan dan Kelautan (FPK) UNAIR mengadakan agenda kuliah tamu bioteknologi akuakultur. Dengan turut mengundang Assoc. Prof. Dr. Yeong Yik Sung, selaku Director Institute of Marine Biotechnology University Malaysia Terengganu. Agenda ini sekaligus sebagai sarana untuk mereview terkait mata kuliah RNAi yang dulunya Assoc. Prof. Dr. Alimuddin Alsani sebagai pengisi kuliah.

RNA interference (RNAi) merupakan mata kuliah dengan galian yang berfokus pada mekanisme alamiah di dalam sel untuk menghambat ekspresi genetik. Dengan mekanisme tersebut dapat untuk mengetahui ciri pada RNA untai ganda (dsRNA) dengan ukuran 21 nukleotida (nt) yang dikenal dengan nama microRNA (miRNA) dan small interfering RNA (siRNA). Umumnya terdapat fungsi mekanisme RNAi (miRNA atau siRNA) adalah untuk mengkoordinasi proses yang terjadi pada dalam sel dan pertahanan alami terhadap virus, tetapi siRNA juga dapat merancang dan melakukan sintesis untuk mempelajari fungsi suatu gen atau aplikasi terapeutik.

Prof. Sung (2019) menjelaskan, jika infeksi oleh patogen seperti virus merupakan ‘big problem’ dalam usaha budidaya perikanan yang mengakibatkan kematian massal ikan serta tidak dapat menghindari kerugian dalam jumlah yang besar. Mengatasi wabah dari virus pada ikan hingga dewasa ini masih sangat sulit, sehingga perlu pengembangan metode efektif untuk menghindari atau usaha pencegahan. 

Perkembangan ilmu hingga saat ini mengungkap bahwa teknologi RNAi berpotensi untuk mencegah infeksi virus pada ikan budidaya. Secara in vitro, siRNA dapat mengganggu proses replikasi virus yang menginfeksi sel kultur ikan. Akan tetapi, hingga saat ini hasil secara in vivo masih belum memenuhi ekspektasi. Persoalan-persoalan dalam penerapan teknologi RNAi yakni munculnya hambatan ekspresi pada gen yang selain menjadi target siRNA (reaksi tidak spesifik). Kemudian penghantaran siRNA ke dalam sel dan toksisitas menjadi hambatan lainnya.

Proses penghantaran menjadi polemik utama pada penerapan teknologi RNAi untuk terapeutik, terutama untuk aplikasi secara sistemik. Penghantaran siRNA berlabel fluorochrome melalui jalur administrasi dan teknologi penghantar yang berbeda. Jalur administrasi yang digunakan ialah injeksi pada jaringan otot (IM) dan rongga perut (IP), serta imersi. Pemanfaatan jalur administrasi tersebut umum untuk vaksin ikan. Penggunaan teknologi penghantar berupa partikel nano berasal dari polimer alami (chitosan) dan sintetik (PLGA). Kedua polimer tersebut berpotensi untuk menjadi penghantar siRNA ikan, namun butuh pengembangan lebih lanjut terhadap formula polimer-siRNA dan uji fungsionalnya. 

Meskipun teknologi RNAi berpotensi untuk aplikasi terapeutik pada ikan budidaya, namun masih menjadi rintangan besar untuk berinovasi pada suatu agen penghantar siRNA yang efektif dalam menghambat infeksi virus. Serta yang tidak kalah penting yakni tidak menimbulkan efek beracun untuk ikan.

Penulis: Muhammad Ichwan Firmansyah

Editor: Feri Fenoria

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp