Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) hadir untuk memberikan layanan perbankan untuk masyarakat Indonesia yang memiliki Usaha Kecil dan Menengah (UKM), khususnya UKM yang belum terjangkau oleh Bank Syariah. Kehadiran BPRS diharapkan mampu mewujudkan kemakmuran secara merata. Selain itu, BPRS juga bertujuan untuk mensejahterakan masyarakat ekonomi lemah, yang didalamnya meliputi UKM.
UKM merupakan penyumbang Produk Domestik Bruto (PDB) terbesar di Indonesia sehingga keberadaan BPRS sangat penting sebagai pendukung pembiayaan UKM. Hal ini berkaitan dengan profitabilitas BPRS. Penurunan profitabilitas BPRS dapat mempengaruhi pengembangan UKM. Profitabilitas menjadi salah satu tolak ukur pengelolaan efektivitas perbankan. Sesuai dengan hakikat lembaga keuangan, profitabilitas digunakan sebagai tujuan utama yang harus dicapai oleh lembaga keuangan.
Kajian mengenai profitabiltas BPRS merupakan alat penting untuk meningkatkan kinerja, mengevaluasi, dan menenrukan renca pengelolaan agar tetap mampu bersaing secara kompetitif. Tingkat profitabilitas BPRS tidak luput dari pengaruh eksteranl dan internal perusahaan. Faktor eksternal adalah faktor yang sumbernya berasal dari eksternal BPRS yaitu ekonomi makro. Pertumbuhan ekonomi (PDB) dan inflasi adalah faktor ekonomi makro yang dapat mempengaruhi BPRS. Sedangkan faktor internal adalah faktor yang sumbernya berasal dari dalam BPRS. Faktor internal yang digunakan dalam penelitian ini adalah Deposit to Total Asset (DTA), Non Performing Financing (NPF), Liabilities to Total Asset (LTA), dan Financing to Total Asset (FTA). Sehingga penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi profitabilitas BPRS di Indonesia, baik faktor eksternal maupun internal.
PDB mencerminkan keadaan perekonomian suatu negara. Jika keadaan ekonomi baik dapat meningkatkan minat masyarakat untuk menabung dana atau meminta pembiayaan sehingga sangat berpengaruh terhadap profitabilitas. Sedangkan inflasi dapat menyebabkan UKM kesulitan dalam membayar kewajiban pembiayaan mereka karena kenaikan harga barang secara umum.
DTA digunakan sebagai proxy dari Dana Pihak Ketiga (DPK), dimana semakin banyak DPK yang dihimpun dari masyarakat akan meningkatkan profitabilitas BPRS. NPF merupakan rasio untuk mengukur tingkat kemacetan dari pembiayaan BPRS. LTA mengukur seberapa banyak aset BPRS yang dibiayai dengan hutang. Sedangkan FTA merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan BPRS dalam menyediakan pembiayaan dengan menggunakan total aset yang dimiliki.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Data time series digunakan dalam penelitian ini dan mengkaji 167 Bank Perkreditan Rakyat (BPRS) di Indonesia. Sumber data berasal dari statistik perbankan syariah yang diunggah oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) setiap triwulan periode 2010-2017, Badan Pusat Statistik (BPS), dan website resmi Bank Indonesia. Total periode sampel adalah 32 periode. Penelitian ini menggunakan regresi linier berganda untuk mencari hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas terdiri dari PDB, Inflasi, DTA, NPF, LTA, dan FTA. Sedangkan variabel terikat penelitian ini adalah profitabilitas BPRS yang diproxykan oleh Return on Asset (ROA).
Pertumbuhan ekonomi (PDB) berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas BPRS. Pertumbuhan ekonomi yang baik akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Ketika kesejahteraan masyarakat dalam kondisi baik, maka kemampuan masyarakat untuk menabung akan meningkat. BPRS sebagai perantara harus memanfaatkan hal ini dengan mengoptimalkan penyaluran pembiayaan dari dana pihak ketiga, maka profitabilitas BPRS akan meningkat. DTA berpengaruh positif signifikan terhadap profitabilitas BPRS. DTA membandingkan DPK yang diperoleh bank dibandingkan dengan total aset. DPK merupakan sumber dana BPRS terbesar yang diperoleh dari deposito dan tabungan. Jika DPK menghimpun BPRS dan menyalurkannya dengan optimal, maka profitabilitas BPRS akan meningkat. Tingkat DPK yang tinggi menunjukkan meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap BPRS dan menunjukkan bahwa potensi pasar BPRS di Indonesia cukup besar.
NPF berpengaruh negatif signifikan terhadap profitabilitas BPRS. NPF merupakan masalah yang sudah lama dihadapi oleh BPRS di Indonesia. NPF BPRS terus meningkat setiap tahunnya hingga di atas batas normal yang telah ditetapkan OJK, yakni sebesar 5%. Menurut statistik yang diterbitkan oleh OJK, pada Desember 2017 kontribusi NPF terbesar berasal dari UKM, yaitu sebesar 73%. UKM di Indonesia masih menghadapi banyak masalah, salah satunya adalah masalah pengelolaan keuangan yang sering menimbulkan kemacetan lalu lintas pembiayaan. LTA berpengaruh negatif signifikan terhadap profitabilitas BPRS. LTA digunakan untuk melihat seberapa besar porsi aset yang dibiayai oleh suatu liabilitas. Utang dapat digunakan sebagai sarana untuk ekspansi BPRS, tetapi jika utang terlalu besar dapat menjadi ancaman bagi BPRS.
BPRS diharapkan lebih meningkatkan pembiayaan berbasis investasi (mudharabah dan musyarakah) untuk dapat meningkatkan profitabilitas. BPRS juga harus meningkatkan penyaringan dalam pemilihan pembiayaan agar rasio NPF dapat menurun. Pengelolaan struktur permodalan juga harus ditingkatkan dengan penggunaan kebijakan utang yang lebih prudent yang dapat meningkatkan risiko BPRS.
Penulis: Dr. Achsania Hendratmi, SE., M.Si.
Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di:
https://rigeo.org/submit-a-menuscript/index.php/submission/article/view/443/348
Istiqomaha, Shafira Nur, et al. (2021). Macroeconomic and Bank Specific on Profitability: The Case of Islamic Rural Bank in Indonesia. Review of International Geographical Education, 11(4): 495-502; ISSN 2146-0353