Indonesia kini telah memiliki instrumen investasi syariah berupa sukuk. Sukuk adalah sertifikat investasi aset berwujud atau manfaat yang menjadi aset dasar. Sukuk merupakan model pembiayaan jangka panjang bagi perusahaan dan pemerintah, sehingga calon investor harus memperhatikan durasi atau tenor atau waktu jatuh tempo instrumen tersebut. Saat ini terdapat tujuh jenis sukuk di Indonesia berdasarkan akad yang mendasarinya, antara lain: sukuk murabahah, sukuk mudharabah, sukuk musyarakah, sukuk ijarah, sukuk salam, sukuk istisna, dan sukuk hybrid.
Investor Sukuk akan mendapatkan imbalan berupa imbal hasil sukuk. Sukuk dengan risiko besar memiliki imbal hasil yang lebih tinggi dibandingkan Sukuk dengan risiko rendah. Fluktuasi imbal hasil sukuk merupakan bagian dari risiko yang harus dihadapi investor dan emiten. Hal ini sesuai dengan syariat Islam tentang investasi yaitu “Al – Ghunmu bil Ghurmi” yang artinya risiko akan selalu menyertai ekspektasi pengembalian atau imbal hasil. Yield adalah tingkat pengembalian investasi yang diterima investor.
Berinvestasi pada sukuk juga memiliki risiko. Risiko dalam investasi dibagi menjadi risiko sistematis dan risiko non-sistematis. Risiko non-sistematis adalah risiko yang berasal dari internal perusahaan sehingga masih dapat dikendalikan oleh perusahaan. Risiko sistematis adalah risiko yang berasal dari eksternal perusahaan dan tidak dapat dihindari atau dikendalikan oleh perusahaan, salah satunya yakni faktor ekonomi makro. Faktor ekonomi makro terbukti secara empiris mempengaruhi kondisi pasar modal. Faktor-faktor tersebut antara lain tingkat pertumbuhan inflasi, tingkat suku bunga (BI Rate), produk domestik bruto (PDB) yang diproksikan dengan Industrial Productivity Index (IPI), harga minyak dunia (Brent dan WTI) dan nilai tukar rupiah.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel ekonomi makro terhadap yield sukuk korporasi di Indonesia. Metode yang digunakan adalah VECM (Vector Error Correlation Model). Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang menerbitkan sukuk periode Januari 2014 sampai Desember 2018.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam jangka panjang variabel Bank Indonesia Rate (BI Rate), Industrial Productivity Index (IPI), Harga Minyak Dunia (BRENT), Harga Minyak Dunia (WTI), dan nilai tukar berpengaruh signifikan terhadap yield sukuk. Sedangkan dalam jangka pendek tidak ada variabel yang berpengaruh signifikan terhadap yield sukuk. Dalam jangka panjang, BI rate berpengaruh negatif signifikan terhadap yield sukuk. BI rate akan mempengaruhi surat berharga di pasar modal karena suku bunga yang tinggi merupakan sinyal negatif karena investor akan cenderung berinvestasi dalam bentuk tabungan atau deposito. Dalam jangka panjang, IPI berpengaruh positif dan signifikan terhadap yield sukuk. Ketika IPI meningkat, kondisi sektor riil di Indonesia akan tumbuh positif. Selama masa studi, IPI berfluktuasi dan cenderung meningkat. Dapat diartikan bahwa kinerja perusahaan di Indonesia mengalami peningkatan. Sehingga investor akan mengharapkan imbal hasil yang lebih tinggi dari sukuk yang dimiliki.
Dalam jangka panjang, harga minyak dunia (Brent) berpengaruh positif dan signifikan terhadap yield sukuk. Kenaikan harga minyak berpotensi mempengaruhi kondisi pasar modal di Indonesia. Harga minyak dunia (WTI) berpengaruh negatif signifikan terhadap yield Sukuk dalam jangka panjang. Nilai tukar dalam jangka panjang berpengaruh negatif dan signifikan terhadap yield sukuk. Kenaikan nilai tukar rupiah terhadap USD menunjukkan bahwa rupiah mengalami depresiasi sehingga risiko perusahaan semakin tinggi. Peningkatan risiko perusahaan akan berdampak pada peningkatan yield sukuk di Indonesia.
Sebaiknya investor melihat kondisi ekonomi makro sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan untuk berinvestasi pada sukuk. Investor dapat mempertimbangkan variabel ekonomi makro yang signifikan mulai dari IPI, nilai tukar rupiah, Harga minyak dunia (WTI), Harga minyak dunia (Brent), dan BI rate. Perusahaan diharapkan memperhatikan kondisi ekonomi makro sebelum penerbitan sukuk. Pemerintah diharapkan mampu mengendalikan kondisi ekonomi makro khususnya variabel yang signifikan terhadap imbal hasil karena dapat mempengaruhi iklim investasi di pasar modal khususnya pada investasi yang berkaitan dengan sukuk.
Penulis: Puji Sucia Sukmaningrum, S.E., CIFP
Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di:
https://rigeo.org/submit-a-menuscript/index.php/submission/article/view/434/340
Sukmaningrum, Puji Sucia, et al. (2021). Impact of Macroeconomics on Corporate Sukuk Yield in Indonesia. Review of International Geographical Education, 11(4): 419-428; ISSN 2146-0353