Analisis Kandungan Logam Berat Tanah dan Daun Semanggi di Jawa Timur

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Sumber: https://www.greeners.co/

Popularitas semanggi sebagai sayuran khas dari Jawa Timur tetap bertahan hingga saat ini. Masyarakat Surabaya dan Jawa Timur dimanapun berada tetap merindukan semanggi Surabaya dengan sambal berbahan ubi itu. Tidak hanya lezat, ternyata semanggi juga mempunyai khasiat bagi kesehatan. Secara turun temurun, mengonsumsi daun semanggi dipercaya mampu mencegah kekeroposan tulang pada wanita menopause.

Menopause ditandai dengan menurunnya kadar hormon estrogen di dalam darah, yang menyebabkan berbagai perubahan fisiologik di dalam tubuh wanita. Perubahan itu dapat menyebabkan berbagai masalah yang memengaruhi kondisi kesehatan umum dan kualitas hidup wanita pasca menopause. Contohnya adalah gangguan pembentukan tulang dan menurunnya fungsi susunan saraf pusat.

Antisipasi terhadap kondisi itu dilakukan melalui pemberian terapi hormonal, yaitu yang disebut terapi sulih hormon. Terapi ini bukannya tanpa efek samping. Upaya mengatasinya adalah dengan menggunakan estrogen alamiah, yaitu yang disebut fitoestrogen. Berbagai penelitian untuk mempelajari zat kandungan dan berbagai aktivitas biologik semanggi terus berlanjut sejak sepuluh tahun lalu. Sasaran utama adalah zat kandungan golongan fitoestrogen, yaitu senyawa alamiah yang berstruktur atau berfungsi seperti hormon estrogen manusia. Diharapkan, semanggi dapat menjadi sumber fitoestrogen untuk memenuhi kebutuhan pengganti estrogen pada terapi sulih hormon.

Dari berbagai rangkaian penelitian, ada sebuah informasi tentang sifat tanaman semanggi  sebagai penarik polutan atau kontaminan. Artinya, semanggi dapat membersihkan polutan yang terdapat di air, tanah dan udara di sekitar tempat tumbuhnya. Tanaman yang bersifat seperti itu biasa digunakan sebagai agen fitoremediasi, yaitu untuk membersihkan berbagai unsur penyebab polusi, seperti logam berat. Logam berat yang merupakan pengotor pada berbagai produk agraria pada saat ini  mendapatkan perhatian serius. Ini adalah isu lingkungan yang sudah menarik perhatian publik, terutama terkait produk agrikultur.

Penyebab terjadinya masalah lingkungan ini erat berkaitan dengan perilaku manusia terhadap lingkungan sekitar yang berakibat pada terganggunya ekosistem agrikultur. Perhatian perlu diberikan pada kualitas tanah, udara dan air dimana tanaman tumbuh dan berada. Mengingat masih tingginya minat terhadap semanggi, maka penelitian terhadap kandungan logam berat pada tanaman semanggi perlu dilakukan. Hal ini berkaitan erat dengan bahaya yang dapat ditimbulkan bagi kesehatan umum.

Penelitian bertujuan untuk mengetahui terdapatnya kontaminan 3 jenis logam berat yang membahayakan kesehatan manusia, yaitu Plumbum (Pb), Cadmium (Cd), dan Hydragyrum atau mercurium (Hg). Ke tiga logam berat ini sudah ditetapkan batas keberadaan di dalam tubuh manusia melalui petunjuk Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan Badan Pemeriksaan Obat dan Makanan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Plumbum sangat toksik dan dapat menyebabkan kerusakan pada sel hidup. Mercurium dikenal sebagai logam yang sangat toksik dan menyebabkan keracunan logam berat akut.  Cadmium termasuk dalam peringkat logam berat paling beracun, yang merupakan hasil samping pembuatan produk berbahan baku logam seng (Zinc), seperti bateri.

Pengamatan kadar logam berat dilakukan terhadap daun dan tanah tempat tumbuh semanggi. Daun dalam penelitian ini diambil dari tanaman yang tumbuh di beberapa area di Jawa Timur, yaitu Kecamatan Batu Kota Batu, Kecamatan Purwodadi Kota Pasuruan, Kecamatan Benowo Kota Surabaya, dan Kecamatan Wates Kota Kediri. Pertimbangan pemilihan lokasi tumbuh berdasarkan pertumbuhan yang subur, curah hujan, ketinggian lokasi, dan temperatur. Kadar logam berat diukur dengan alat atomic absorption spectroscopy (AAS).

Data hasil pengukuran kadar logam berat pada daun bervariasi sesuai daerah tumbuh. Kadar yang melampai batas normal hanyalah logam Cd pada daun yang tumbuh di Kota Batu. Sementara, kadar logam dalam tanah tidak melebihi batas normal. Ini memberikan indikasi terjadinya proses penyerapan logam Cd melalui daun, dan tidak ada yang melalui akar. Kadar logam berat di tanah menunjukkan, kadar Cd di Kota Wates dan Benowo, Surabaya, yang melebihi batas normal yang diperkenankan. Sementara kadar pada daun tidak melewati batas. Hasil penelitian ini memberikan gambaran, bahwasanya kadar logam yang tinggi di tanah tidak otomatis menyebabkan tingginya  kadar pada tanaman yang tumbuh di lokasi itu. Hal ini terjadi karena kemampuan akar untuk membentuk ikatan kelat logam berat dan mengeluarkannya sebagai eksudat ke dalam tanah. Dalam hal ini, tingginya curah hujan memberikan andil pada proses kelarutan ikatan tersebut. Ini adalah mekanisme pertahanan diri tumbuhan terhadap polutan.

Mekanisme pertahanan diri tumbuhan adalah bukti upaya yang dilakukan oleh setiap makluk hidup untuk bertahan terhadap berbagai gangguan. Namun, gangguan yang melewati batas akan mendatangkan bahaya, antara lain menyebabkan tingginya kontaminan pada

produk agrikultur. Fitoremediasi sendiri adalah bagian dari strategi tanaman untuk mengendalikan kadar polutan di lingkungan alam. Beberapa tanaman menunjukkan kemampuan mengendalikan kadar logam berat di dalam tanah. Efektivitas proses menentukan tinggi rendahnya logam berat yang terakumulasi. Melalui penelitian ini terbukti bahwa lokasi menentukan tinggi rendahnya tingkat polusi tanaman yang tumbuh. Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan wawasan petani dalam mempertimbangkan lokasi penanaman semanggi. Ini diperlukan untuk mendapatkan produk yang aman bagi kesehatan. (*)

Penulis: Mangestuti Agil

Artikel lengkapnya dapat diluhat pada link berikut ini: https://www.phcogj.com/article/1325

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp