Beban Kerja Audit dan Konservatisme Auditor

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto oleh SPI UNDIP

Pertumbuhan industri audit mengindikasikan auditor dituntut kerja lebih keras. Hal ini terlihat dari pertumbuhan industri audit mencapai 4.5%. Lebih dari itu, auditor Amerika diwajibkan melakukan dua audit dalam satu penugasan yaitu audit sistem pengendalian internal dan audit atas laporan keuangan. Lebih lanjut, auditor berada dalam pengawasan ketat otoritas pemerintah seperti PCAOB (Public Company Accounting Oversight Board) di Amerika atau P2PK (Pusat Pembinaan Profesi Keuangan) di Indonesia. Otoritas pengawas audit berwenang melakukan pemeriksaan periodik terhadap auditor dan menjatuhkan sanksi jika ditemukan pelanggaran. Misalnya, Ernst & Young Indonesia dijatuhi sanksi denda sampai US$ 1 juta oleh PCAOB pada tahun 2017 karena ditemukan pelanggaran saat mengaudit laporan keuangan INDOSAT 2011 – 2012.

Meningkatnya beban kerja auditor dikhawatirkan mempengaruhi kualitas pekerjaannya. Literatur eksperimen menunjukkan bahwa auditor dengan beban kerja yang tinggi cenderung menurunkan kemampuan auditor dalam mendeteksi salah saji dan akhirnya mengurangi kualitas audit. Namun demikian, auditor professional tidak seharusnya mengorbankan kualitas pekerjaannya saat menghadapi beban kerja tinggi karena risiko litigasi dan reputasi yang mengancam.

Oleh sebab itu, Suhardianto & Leung (2020) meninjau kembali hubungan antara beban kerja auditor dengan kualitas audit. Berbeda dengan sebagian besar riset beban kerja audit yang menggunakan kualitas audit untuk mengobservasi efeknya, Suhardianto & Leung (2020) menggunakan konservatisme audit. Saat auditor menghadapi beban kerja tinggi dan ancaman risiko litigasi dan reputasi, auditor diduga akan semakin konservatif dalam bekerja dengan mengurangi kepercayaan terhadap bukti audit klien. Hal ini pada akhirnya tercermin pada kecenderungan auditor mengeluarkan opini yang konservatif (opini selain Wajar Tanpa Pengecualian). Suhardianto & Leung (2020) berupaya membuktikan bahwa beban kerja auditor akan meningkatkan konservatisme audit.

Suhardianto & Leung (2020) menggunakan data audit Amerika tahun 2013 sampai 2017 untuk menguji pengaruh beban kerja audit terhadap konservatisme audit. Data keuangan klien audit diperoleh dari database COMPUSTAT dan Audit Analytics. Lebih dari 7,000 data diperoleh untuk dianalisis.

Hasil analisis menunjukkan bahwa auditor cenderung mengeluarkan opini modifikasian (selain wajar tanpa pengecualian) ketika para auditor memiliki beban kerja tinggi. Lebih jauh, Suhardianto & Leung (2020) menunjukkan bahwa auditor yang sibuk cenderung melakukan kesalahan tipe I dengan mengeluarkan opini audit yang meragukan kelangsungan hidup perusahaan (going concern opinion) untuk klien yang ternyata bertahan hidup lama. Salah satu alasan yang paling mungkin adalah biaya melakukan kesalahan tipe I, termasuk kehilangan klien, lebih bisa diterima daripada biaya yang timbul dari kesalahan tipe II terutama untuk kantor akuntan publik (KAP) besar. Konsisten dengan hasil penelitian sebelumnya, Suhardianto & Leung (2020) auditor yang sibuk cenderung menjadi lebih konservatif

Efek stress beban kerja bergantung pada kemampuan auditor menangani beban kerja. Untuk mengatasi masalah beban kerja auditor bisa menggunakan sumber daya lebih banyak namun solusi ini terbatas karena ketersediaan sumber daya (manusia dan dana) terbatas terutama pada musim kesibukan audit (akhir tahun). Sebagai alternatif, KAP bisa memanfaatkan jaringan keahlian yang dimilikinya untuk meningkatkan kinerja audit. Konsisten dengan argument tersebut, penelitian ini menemukan bahwa auditor KAP empat besar (PWY, EY, KPMG, dan Deloitte) lebih mampu mengatasi efek stress beban kerja. Selain itu, auditor spesialis industri memiliki kemampuan untuk mengatasi efek stress beban kerja.

Suhardianto & Leung (2020) berkontribusi dengan menunjukkan bahwa auditor yang memiliki beban kerja tinggi tidak selalu berefek pada menurunnya kualitas audit. Suhardianto & Leung (2020) membuktikan bahwa auditor yang sibuk akan lebih konservatif dengan meningkatkan kecenderungan menerbitkan opini selain wajar tanpa pengecualian (opini modifikasian). Hal ini mengindikasikan bahwa auditor menjadi lebih berhati-hati dalam melakukan audit ketika mengalami stress beban kerja. Suhardianto & Leung (2020) juga menggarisbawahi pentingnya pengelolaan beban kerja auditor karena stress beban kerja cenderung meningkatkan peluang terjadinya kesalahan audit tipe I. Kehati-hatian yang terlalu tinggi akan cenderung merugikan klien dan mengancam bisnis kantor akuntan public. Lebih lanjut, Suhardianto & Leung (2020) mendukung pentingnya pengawasan beban kerja audit oleh otoritas dalam rangka menjaga kualitas audit.

Penulis: Novrys Suhardianto

Sumber utama:

Suhardianto, Novrys dan Sidney C. M. Leung. 2020. Workload stress and conservatism: An audit perspective, Cogent Business & Management, 7:1, 1789423, DOI: 10.1080/23311975.2020.1789423

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp