Diet Ketogenik Mempengaruhi Berat Badan, Berat Lemak Viseral dan Ekspresi PPARG pada Lemak Viseral Mencit

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto oleh fabfit.co.id

Diet ketogenik adalah diet yang sangat rendah karbohidrat, tinggi lemak, dan cukup protein. Diet ini sebelumnya digunakan sebagai terapi pada kasus epilepsi. Sekitar tahun 1960-an, diet ketogenik dimanfaatkan sebagai terapi obesitas karena dapat membuat ketosis (kadar keton tinggi di dalam darah) pada manusia. Obesitas adalah akumulasi lemak berlebihan yang menimbulkan risiko terhadap kesehatan. Obesitas terjadi disebabkan oleh ketidakseimbangan antara intake dan output energi pada individu. Untuk itu sangat diperlukan memperhatikan lifestyle yang dijalani dan diet yang dikonsumsi. Salah satu pilihan yang dilakukan masyarakat dengan mengganti pilihan diet menjadi diet ketogenik.

Tubuh yang mengkonsumsi makanan tinggi lemak dan rendah karbohidrat selama beberapa hari akan mengalami insufisiensi glukosa. Kondisi ini akan merangsang hormon glukagon dan merangsang proses ketogenesis. yang dimulai dengan melisis cadangan lemak, dan disusul pemecahan glikogen dalam hati. Proses ketogenesis ini akan menghasilkan badan keton. Meningkatnya badan keton yang digunakan sebagai sumber energi ini akan disebut ketosis. Diet ketogenik yang digunakan sebagai terapi obesitas dapat menurunkan berat badan oleh shifting sumber energi kea rah keton. Teori lain menyebutkan, penurunan berat badan oleh diet ketogenik disebabkan oleh penekanan nafsu makan pada sistem sentral saat terbentuknya badan keton dan disekresikan hormon. Pada proses adipogenesis, PPAR (Peroxisome proliferator-activated receptor) memiliki peran penting pada regulasi ekspresi gen di jaringan adiposa, khususnya PPAR Gamma (PPARG). Pada tubuh dengan kondisi puasa selama 12 hingga 48 jam, didapatkan penurunan kadar PPARG dalam jaringan adiposa.

Penelitian ini dilakukan menggunakan 50 ekor mencit (Mus musculus) jantan, berusia 2-3 bulan, dengan berat 18-30 gram. Seluruh mencit diaklimatisasi selama 7 hari dengan pakan standar, selanjutnya dibagi menjadi 5 kelompok masing-masing berisi 10 ekor. Kelompok kontrol (K1) diberi pakan standar (12% lemak, 20% protein, dan 62% karbohidrat) dan kelompok 2 hingga 4 sebagai kelompok perlakuan dengan komposisi diet ketogenik sebagai berikut: K2(30% lemak, 60% protein, 0% karbohidrat), K3(45% lemak, 45% protein, 0% karbohidrat, K4(60% lemak, 30% protein, dan 0% karbohidrat), dan K5(75% lemak, 15% protein, dan 0% karbohidrat) selama 4 minggu adlibitum. Pengukuran berat badan dilakukan sebelum perlakuan dan setelah perlakuan. Pada akhir intervensi, juga dilakukan penimbangan lemak viseral, dan pemeriksaan ekspresi PPARG.

Hasil penelitian menunjukkkan pada semua kelompok diet ketogenik terdapat pnurunan berat badan sebelum dan setelah perlakuan dan didapatkan perbedaan yang signifikan (p<0.05), sedang pada kelompok diet standart (K1) didapatkan kenaikan berat badan. Penurunan berat badan ini terjadi karena komposisi diet yang tinggi lemak dan rendah karbohidrat menyebabkan kadar glukosa tubuh sangat rendah, sehingga terjadi glukoneogenesis dan ketogenesis yang menciptakan badan keton. Kelompok dengan penurunan berat badan terbanyak yaitu pada K4 dengan komposisi diet 0% karbohidrat, 60% lemak, dan 30% protein. Berat lemak viseral pada K1 lebih besar dibanding kelompok K2 hingga K5 (p<0.05). Ekspresi PPARG dengan pewarnaan imunohistokimia pada K1 memiliki ekspresi PPARG tertinggi, dan pada K2 hingga K4 didapatkan kecenderungan menurun, namun pada K5 didaparkan sedikit peningkatan.

Kecenderungan penurunan berat badan meningkat pada K2 hingga K4, namun pada K5 penurunan berat badan lebih kecil dibanding kelompok sebelumnya. Hal ini diakibatkan terjadinya proses fisiologi hormesis akibat pemberian diet ketogenik dengan komposisi lemak terlalu tinggi sehingga penurunan berat badan tidak optimal. Hasil ini juga dapat dihubungkan dengan fenomena fisiologi hormesis tubuh dimana saat mencit diberikan diet dengan komposisi lemak yang sangat tinggi, proses lipolisis pada tubuh justru akan berhenti dan kembali terbentuk deposit lemak. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa diet ketogenik menurunkan berat badan, berat lemak viseral, dan ekspresi PPARG pada lemak viseral dengan komposisi diet ketogenik yang memiliki hasil paling optimal yaitu pada K4 dengan 60% lemak, 30% protein, dan 0% karbohidrat.

Penulis: Dr. Purwo Sri Rejeki, dr., M.Kes & Cantika Putri Melyana

Informasi detail bisa didapatkan pada hasil riset kami di link: https://e-journal.unair.ac.id/FMI/article/view/16213

Cantika Putri Melyana; Purwo Sri Rejeki, Sony Wibisono Mudjanarko; Lilik Herawati; Mohammad Anam Al-Arif, Effects of High Fat Diet on Body Weight, Visceral Fat Weight, and PPARG Expressions on Visceral Fat in Mice. Folia Medica Indonesiana. September 2021, Vol. 57, No. 3, p186-191.

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp