Waspada Staphylococcal Scalded Skin Syndrome pada Bayi Baru Lahir

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto oleh Sun Star

Staphylococcal Scalded Skin Syndrome (SSSS) adalah suatu kondisi infeksi yang ditandai dengan lepuhan pada kulit akibat dari suatu toksin yang dihasilkan oleh bakteri Staphylococcus aureus. SSSS sering kali menyerang anak-anak balita dan memiliki angka kematian sekitar 2,6 %- 11%. Oleh sebab itu, diagnosis dini dan terapi yang tepat sangat perlu dilakukan.

Sebuah kasus SSSS pada bayi terjadi di suatu kabupaten di Jawa Timur. Seorang bayi berusia 30 hari datang dengan kejang berulang ke instalasi gawat darurat sebuah rumah sakit dengan riwayat batuk pilek dan demam. Pasien diberi perawatan maksimal dengan obat-obatan, cairan, dan nutrisi. Beberapa hari dalam perawatan, pada tubuh pasien ditemukan lepuhan yang meluas cepat. Pasien didiagnosis dengan SSSS dan diberi terapi yang sesuai. Namun, infeksi semakin meluas, kondisi pasien semakin memburuk dan akhirnya meninggal karena syok sepsis (kondisi infeksi berat).

Bayi baru lahir dan anak balita rentan terkena SSSS karena sistem imun dan kondisi pembersihan ginjal yang belum sempurna. Anak belum bisa membentuk antibodi yang cukup untuk melawan toksin bakteri Staphylococcus aureus. Tidak hanya anak-anak, pasien dewasa dengan kondisi imun yang tidak bagus pun rentan terhadap penyakit ini.

Terapi antibiotik harus segera diberikan pada pasien dengan SSSS sekaligus dengan terapi suportif yang tidak kalah penting seperti regulasi suhu, cairan dan keseimbangan elektrolit, nutrisi dan anti nyeri. Kebanyakan SSSS disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus yang sensitif methicillin, namun jika tidak terjadi perbaikan sejak pemberian antibiotik, maka patut dicurigai bahwa penyebabnya adalah Staphylococcus aureus yang resisten methicillin. Pada kasus seperti ini, kejadian kematian akan lebih tinggi dibandingkan dengan kasus yang disebabkan oleh jenis sensitif methicillin.

Kasus ringan SSSS dapat dirawat di rumah sakit kabupaten. Sedangkan kasus berat memerlukan fasilitas yang lebih lengkap seperti perawatan ICU dan perawatan oleh dokter dengan multi disiplin keilmuan seperti dokter anak, dokter kulit, dokter bedah khusus luka bakar, dan dokter mikrobiologi untuk mendapatkan hasil terapi yang lebih baik. Komplikasi SSSS antara lain adalah hipotermia (suhu badan terlalu rendah), kehilangan cairan melalui kulit yang melepuh dan terkelupas, infeksi sekunder, selulitis, radang paru (pneumonia), dan sepsis (infeksi berat). Kematian pada SSSS sering kali dikarenakan komplikasi infeksi seperti pneumonia dan sepsis. Hal ini dapat dikarenakan kulit yang terkelupas menjadi pintu masuk penyebab infeksi lain.

Meskipun kejadian dan kematian akibat SSSS tidak terlalu tinggi, namun SSSS tetap dapat mengancam nyawa, terutama pada populasi anak. Oleh sebab itu, diagnosis dini dan terapi yang tepat sangat diperlukan. Penting juga meningkatkan kesadaran akan SSSS sebagai suatu kemungkinan diagnosis pada pasien dengan kulit melepuh dan terkelupas.

Penulis: dr. Presstisa Gifta Axelia, dr. Firas Farisi Alkaff

Informasi detail dari tulisan ini dapat dilihat pada publikasi ilmiah kami di: https://www.ejpd.com/journal/index.php/EJPD/article/view/2260

Axelia P.G., Rani S.A.D., Reza N.R., Dewi H.U., Alkaff F.F. 2021. Fatal staphylococcal scalded skin syndrome in a newborn. Eur. J. Pediat. Dermatol. 31 (3): 137-41.

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp