Pola Perdagangan Global pada Perusahaan-Perusahaan Berteknologi Tinggi

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto dari Ekonomi Bisnis.com

Kebijakan pemerintah di setiap Negara selalu mendorong pelaku industrinya untuk terus melakukan ekspansi ekspor sebagai upaya peningkatan aktivitas ekonomi yang bisa meningkatkan produktivitas perusahaan dan pertumbuhan ekonomi. Dalam konteks ini, ekspansi ekspor mengandung arti menjual barang-barang yang sudah jadi ke luar negeri. Pada umumnya, indikator ekspor ini diukur dengan rasio antara total barang yang dijual ke luar negeri dengan total barang yang diproduksi di dalam negeri. Indikator ini dikenal sebagai intensitas ekspor dan dianggap sebagai indikator daya saing suatu perusahaan atau suatu bangsa.

Namun saat ini, pola berdagangan global telah berubah. Banyak perusahaan multi-nasional atau perusahaan berteknologi tinggi lebih memilih mengurai proses produksinya di beberapa Negara berkembang yang berbeda. Tujuannya tidak saja untuk mendapatkan biaya tenaga kerja yang lebih murah, tetapi dengan memotong rantai produksi di bagian komponen barang tertentu akan mengurangi biaya transportasi dan komunikasi. Selain itu, liberalisasi perdagangan, zona perdagangan bebas serta pengurangan tariff di Negara berkembang, membuat mereka lebih memilih untuk memproduksi komponen-komponen dari suatu barang tertentu yang untuk kemudian diekspornya kembali. Dengan kata lain, mereka tidak lagi berfokus pada ekspor barang yang sudah jadi melainkan berupa komponen-komponen barang yang belum jadi (fragmented products).  Pola perdagangan seperti ini dikenal dengan perdagangan vertikal terintegrasi.

Banyak studi empiris yang mengukur kekuatan daya saing perdagangan internasional dengan menggunakan ukuran intensitas ekspor. Indikator daya saing dengan menggunakan rasio barang yang diekspor dengan total barang yang diproduksi menjadi tidak relevan jika pola perdagangan yang terjadi menunjukkan pola perdagangan vertikal yang terintegrasi. Oleh karena itu, kontribusi utama studi ini adalah mengembangkan formula untuk mengukur indikator daya saing yang lebih relevan dan bisa menggambarkan fenomena perdagangan global yang saat ini terjadi, yaitu pola perdagangan vertikal terintegrasi. Pola perdagangan tersebut ditengarahi banyak terjadi pada perusahaan-perusahaan berteknologi tinggi. Untuk itu, tujuan dari studi ini adalah mengimplementasikan formula perdagangan vertikal yang terintegrasi dan menginvestigasi dampak perdagangan vertikal tersebut terhadap kemampuan produksi perusahaan-perusahaan manufaktur berteknologi tinggi di Indonesia.

Dengan menggunakan data panel dalam tingkat perusahaan pada periode 2010-2014 dengan pendekatan generalized method of moments (GMM), studi ini telah membandingkan pengaruh intensitas ekspor dan perdagangan vertikal terintegrasi terhadap kemampuan produksi. Dengan menggunakan data panel tingkat perusahaan pada industri berteknologi tinggi di Indonesia, hasil studi dengan sampel penuh membuktikan bahwa perdagangan yang mempunyai tingkat integrasi vertikal yang tinggi ternyata terkait secara positif dengan kemampuan produksi perusahaan berteknologi tinggi di Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan-perusahan berteknologi tinggi di Indonesia telah banyak melakukan perdagangan vertikal.

Verifikasi Robustness juga dilakukan dengan membedakan sampel perusahaan yang melakukan perdagangan ordinari dengan sampel perusahaan yang melakukan perdagangan vertikal. Pada sub-sampel pedagang ordinari, intensitas ekspor berhubungan positif dengan kemampuan produksi perusahaan. Sebaliknya pada sub-sampel pedagang vertikal, intensitas ekspor tidak punya pengaruh terhadap kemampuan produksi. Dengan demikian dari hasil verifikasi robustness telah memperkuat  bahwa intensitas ekspor tidak berampak terhadap kemampuan produksi perusahaan-perusahan yang megurai proses produksi.

Selain itu, adanya limpahan horisontal yang positif menunjukkan bahwa keberadaan perusahaan asing membuat perusahaan-perusahaan berteknologi tinggi di Indonesia menjadi lebih kompetitif serta mampu bersaing dengan perusahaan-perusahaan asing tersebut. Implikasi dari hasil studi adanya limpahan horisontal yang positif ini  maka disarankan pemerintah sebaiknya memberikan kelonggaran terhadap masuknya perusahaan asing. Meskipun mereka bertujuan untuk menguraikan proses produksi agar mendapat biaya produksi yang murah, tetapi keberadaan mereka membuat perusahan pengekspor Indonesia menjadi lebih baik karena adanya transfer teknologi dari mereka. Pembuat kebijakan juga harus tetap mempertimbangkan apakah perusahaan multi-nasional yang masuk ke Indonesia memberikan manfaat bagi seluruh penduduk Indonesia. Di samping itu, reformasi kelembagaan seperti administrasi pemerintah, membangun infrastruktur modern, meningkatkan dan memperkuat lembaga untuk mempercepat dan mempertahankan pertumbuhan ekonomi serta kebijakan perdagangan masih tetap diperlukan untuk mengembangkan lingkungan yang lebih kompetitif di seluruh wilayah Indonesia.

Penulis: Dyah Wulan Sari dan Wenny Restikasari

Link jurnal: Pola Perdagangan Global pada Perusahaan-Perusahaan Berteknologi Tinggi
https://jepi.fe.ui.ac.id/index.php/JEPI/article/view/1342

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp