Perbedaan Monomer Sisa Antara Resin Komposit Bulkfill Sculptable dan Flowable pada Penyinaran Light Emitted Diode

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh Pinterest

Resin komposit merupakan bahan tumpatan yang populer digunakan hingga saat ini. Kemudahan dalam manipulasi, estetik yang baik, polimerisasi yang cepat, dan kemampuan merekat pada permukaan enamel gigi dengan baik menjadi alasan penggunaan material tersebut. Namun, resin komposit memiliki beberapa kekurangan, salah satunya adalah monomer sisa. Monomer sisa adalah monomer yang tidak bereaksi dan terjebak dalam komposit yang telah mengeras. Monomer sisa dapat menyebabkan terjadinya perubahan warna, keausan pada restorasi, dapat menyebabkan iritasi jaringan lunak, merangsang pertumbuhan bakteri, dan meningkatkan reaksi alergi.

Komposit bulk fill merupakan perkembangan terbaru resin komposit yang tersedia dalam bentuk sculptable (padat) dan flowable (cair). Komposit bulk fill memiliki beberapa kelebihan yaitu dapat diaplikasikan hingga 4mm (dalam 1 layer) dan polymerization shrinkage stress yang lebih rendah. Tetric N-Ceram Bulk-fill memiliki filler paten sebagai shrinkage stress reliever yang pada dasarnya “menahan” dinding bersama dengan matriks dan adesifnya, selain itu Tetric N-Ceram Bulk fill menggunakan inisiator seperti camphorquinone plus, acyl phosphine oxide, bersama dengan turunan inisiator Ivocerin dibenzoyl germanium yang memungkinkan aplikasi dan penyinaran hingga 4 mm, tanpa mengurangi sifat optik komposit seperti tembus cahaya dan warna.

Bis-GMA, UDMA, dan TEGDMA merupakan matriks yang umum digunakan dalam bidang kedokteran gigi. Bis-gma dan udma merupakan monomer yang sangat kental, sehingga perlu ditambahkan monomer dengan berat molekul yang lebih rendah yang disebut sebagai viscousity controllers seperti tegdma.  Komposit bulk fill sculptable  sebagian besar mengandung monomer bis-gma dan komposit bulk fill flowable  sebagian besar mengandung monomer tegdma.

Polimerisasi yang optimal merupakan faktor penting untuk memperoleh sifat fisik dan mekanik serta performa klinis yang optimal, yang dipengaruhi oleh intensitas sinar yang memadai serta lama penyinaran.  Waktu polimerisasi yang direkomendasikan pabrik untuk komposit bulk fill dengan ketebalan lapisan 4 mm adalah 20 detik dengan intensitas cahaya 500 mW / cm2 dan 10 detik dengan intensitas cahaya ≥ 1000 mW / cm. Densitas energi yang direkomendasikan untuk polimerisasi resin komposit konvensional pada kedalaman 2 mm adalah 21-24 J / cm2. Densitas energi memainkan peran penting dalam fotopolimerisasi resin komposit bulkfill. Ketebalan inkremental 2 mm masih merupakan standar reguler dalam penumpatan dengan resin komposit, sedangkan penggunaan bulk-fill memungkinkan penempatan resin komposit dari 2 mm hingga 4 mm dengan tetap mempertahankan sifat fisik dan mekaniknya

Proses elusi monomer adalah peristiwa pelepasan monomer dari polimer komposit resin yang dipengaruhi oleh jumlah monomer yang tidak bereaksi, pelarut yang digunakan dalam elusi monomer, dan ukuran  serta karakteristik struktur kimia monomer. FDA merekomendasikan larutan etanol 75% sebagai food–oral simulating liquid yang relevan secara klinis, dan telah digunakan dalam beberapa penelitian. Bis-gma, tegdma, udma, dan bis-ema  dapat larut dalam etanol 75% karena kemampuannya untuk masuk kedalam matrik resin komposit, kemudian ekspansi dan melonggarkan ikatan polimer sehingga sisa monomer keluar. Beberapa penelitian mengemukakan bahwa molekul kecil seperti tegdma (berat molekul 286 g/mol), memiliki mobilitas monomer lebih tinggi dan proses elusinya lebih cepat dibanding molekul yang lebih besar seperti bis-gma (berat molekul 512 g/mol). Terdapat beberapa pandangan mengenai waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan elusi monomer sisa. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa proses elusi membutuhkan waktu 1 hingga 7 hari, sementara lainnya menyebutkan waktu yang diperlukan untuk proses elusi sempurna berlangsung lama, kurang lebih sekitar 30 hari.

Penelitian ini merupakan eksperimental laboratoris dengan menggunakan lempeng cakram bulk fill komposit yang dibedakan menjadi kelompok bulk fill scuptable dan bulk fill flowable yang dilakukan penyinaran dengan Ligh Cure LED dengan intensitas cahaya 1025 mW/cm2 selama 10 detik. Kemudian sampel direndam di larutan etanol 75% dalam proses elusi, kemudian dilakukan pengambilan sampel sebanyak 7 dalam periode waktu 10 menit, 1 jam dan 1 hari untuk dilakukan pemeriksaan monomer sisa tegdma, udma dan bis-gma menggunakan High-Performance Liquid Chromatography (HPLC). Dalam penelitian ini didapatkan hasil jumlah monomer sisa resin komposit bulk fill flowable lebih besar dari resin komposit bulk fill sculptable pada perendaman dalam etanol 75% selama 10 menit, 1 jam dan 24 jam; dan jumlah monomer sisa resin komposit bulk fill scuptable serta flowable pada 24 jam lebih banyak dibanding 10 menit dan 1 jam. 

Dalam penelitian ini menunjukan bahwa komposit bulk fill sculptable dan flowable masih memiliki monomer sisa dan hal ini dapat menyebabkan kemungkinan terjadinya kebocoran mikro dan karies sekunder. Namun, penelitian lebih lanjut tetap diperlukan untuk mengetahui sampai berapa lama monomer sisa yang keluar berhenti dan stabil dengan menambahkan waktu perendama, penelitian lanjutan mengenai jenis monomer lainnya, dan lebih memperhatikan pengaruh ruangan serta lingkungan karena sedikitnya dapat mempengaruhi hasil penelitian. Selain itu diperlukan penelitian lanjutan terkait uji toksisitas monomer sisa terhadap jaringan pulpa.

Penulis: Nanik Zubaidah, Prof. Dr. Adioro Soetojo, Prof. Dr. Kun Ismiyatin, Karina Erda Saninggar, Hendri Eko Wahyudi, Sylvia, Sandra Kartika Sari

Link Jurnal: https://doi.org/10.37506/ijfmt.v15i2.14853

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp