Analisis Efisiensi Teknis Rumah Tangga Pertanian dan Faktor Penentu Ketahanan Pangan

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto dari Republika Online

Pertanian merupakan sektor yang dominan di Indonesia, termasuk di Provinsi Jawa Timur. Provinsi Jawa Timur merupakan penghasil beras terbesar selama tahun 2013–20171. Lapisan terendah dari piramida penduduk Indonesia adalah petani dan nelayan yang tinggal di pedesaan. Ada banyak orang yang bekerja di sektor pertanian. Data menunjukkan bahwa penduduk Jawa Timur yang berusia 15 tahun ke atas berjumlah 6.054.066 orang lebih cenderung bekerja di sektor pertanian (tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan) yang terbagi atas 3.591.231 laki-laki dan 2.462.835 perempuan. Sementara itu, 13.519.716 orang bekerja di sektor non-pertanian. Jawa Timur merupakan provinsi dengan jumlah penduduk terbesar yang bekerja di sektor pertanian dibandingkan dengan provinsi lain di Indonesia2. Hal ini menunjukkan pentingnya sektor pertanian di Jawa Timur.

Sektor pertanian dibagi menjadi sub sektor tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan, kehutanan, dan perikanan. Namun, penelitian ini berfokus pada investigasi tanaman pangan. Tanaman pangan sangat identik dengan tanaman padi/padi karena sebagian besar penduduk Indonesia (termasuk Jawa Timur) mengkonsumsi beras sebagai makanan pokok. Hal ini didukung oleh data Kementerian Pertanian yang menunjukkan konsumsi beras rata-rata 100 kg/kapita/tahun. Sedangkan konsumsi umbi-umbian, kacang-kacangan, buah, atau daging per kapita kurang dari 10 kg/tahun.

Pada saat ini, sektor pertanian merupakan tameng untuk ketahanan pangan. Ada beberapa faktor  yang dianggap mempengaruhi ketahanan pangan rumah tangga antara lain aset rumah tangga; kepemilikan rumah; tabungan rumah tangga; keterbatasan keuangan; pendidikan; kepemilikan ternak; pengangguran dan pendapatan; pengetahuan tentang penyimpanan, pengolahan, dan nutrisi makanan2; korupsi, kesalahan fiskal, utang besar, dan kebijakan pemerintah yang tidak konsisten; pekerjaan di luar pertanian; jenis kelamin; ukuran keluarga, luas lahan, kesuburan tanah, akses irigasi, penggunaan pupuk, pemanfaatan benih; penyampaian dan akses ke informasi pasar, usia; rasio ketergantungan, sambungan listrik, ketersediaan irigasi; pendapatan bulanan, struktur keluarga; dan keberadaan infrastruktur.

Oleh karena itu, untuk memperbaiki struktur perekonomian nasional perlu dilakukan pembenahan di sektor pertanian. Sektor pertanian erat kaitannya dengan masalah ketahanan pangan. Efisiensi produksi beras tentunya diharapkan dapat menjadi solusi dalam proses peningkatan ketahanan pangan di Jawa Timur, Indonesia. Hal inilah yang menjadi dasar ketertarikan untuk mengkaji hubungan antara efisiensi teknis dengan ketahanan pangan di Jawa Timur, Indonesia.     

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik berupa data Survei Pertanian (Survey Pendapatan Rumah Tangga Pertanian) Provinsi Jawa Timur tahun 2013. Sampel penelitian adalah 8.603 rumah tangga petani. Untuk mengukur efisiensi produksi beras digunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA). Data Envelopment Analysis (DEA) adalah metode pengoptimalan program matematika yang mengukur efisiensi teknis dari Unit Pengambilan Keputusan (DMU) dan membandingkannya dengan DMU lain yang menggunakan jenis input dan output yang sama. Selain itu ketahanan pangan merupakan faktor penting pada rumah tangga pertanian. Ketersediaan pangan merupakan dasar dari akses pangan dan ketahanan pangan38, terutama di tingkat rumah tangga. Salah satu cara untuk mengukur ketahanan pangan dapat menggunakan metode sederhana yaitu mengukur rasio ketersediaan pangan rumah tangga sebagai indikator ketahanan pangan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sekitar 69% petani termasuk dalam kategori ketahanan pangan, sedangkan 31% petani berisiko rawan pangan. Hasil estimasi regresi logit menunjukkan bahwa ukuran rumah tangga, pendapatan, luas lahan, pendidikan, usia, dan jenis kelamin berpengaruh nyata terhadap ketahanan pangan di Jawa Timur. Sedangkan efisiensi kredit dan teknis tidak berpengaruh signifikan. Efisiensi teknis tidak berpengaruh signifikan terhadap ketahanan pangan, pemerintah harus terus berupaya meningkatkan efisiensi teknis ini. Pendapatan yang dihasilkan di sektor pertanian juga mempengaruhi ketahanan pangan. Pendapatan tersebut terkait atau ditentukan oleh produktivitas usahatani padi. Tingkat produktivitas harus dijaga karena jika produktivitas padi menurun tentu dapat menurunkan pendapatan dan ketahanan pangan petani di Jawa Timur.

Pendidikan petani di Jawa Timur relatif rendah. Petani terdidik menjadi faktor penting karena diharapkan lebih terbuka terhadap inovasi di bidang pertanian untuk meningkatkan efisiensi teknis. Peningkatan efisiensi usahatani padi dapat dilakukan dengan meningkatkan minat masyarakat terpelajar untuk ikut serta proses pengelolaan usahatani padi karena sebagian besar petani padi di Jawa Timur masih berpendidikan rendah, dengan rata-rata usia di atas 50 tahun. Sebagian besar petani berusia 50 tahun dan hanya sebagian kecil berusia 15-24 tahun yang bekerja sebagai petani. Selain itu, pertanian bukan lagi pekerjaan utama. Petani biasanya memiliki penghasilan lain sebagai sumber utama untuk menghidupi rumah tangga.

Penulis: Penulis: Rachman Hakim, Tri Haryanto, dan Dyah Wulan Sari

Link Jurnal: Technical efficiency among agricultural households and determinants of food security in East Java, Indonesiahttps://journal.unhas.ac.id/index.php/fs/article/view/10912

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp