Vaksin Covid dan Pencegahan Infeksi Covid-19 pada Penderita Diabetes Melitus Anak

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto dari Kompas.com

Orang mungkin mengira bahwa diabetes tipe 1 (DMT1) hanya dialami orang dewasa saja. Padahal diabetes tipe 1 juga bisa diidap anak-anak. Nah terkait diabetes, saat ini ayah bunda dengan anak pengidap diabetes tipe 1 barangkali khawatir sang buah hati tidak bisa divaksin COVID-19. Padahal anak dengan diabetes tipe 1 bisa mendapatkan vaksin COVID-19. Sebagai informasi, diabetes tipe 1 adalah tipe diabetes yang yang lebih sering terjadi pada anak-anak dan remaja. Namun, diabetes tipe 1 juga terkadang bisa menyerang bayi, balita, dan orang dewasa. Diabetes tipe 1 terjadi akibat kelainan autoimun, di mana sistem kekebalan tubuh anak merusak atau menghancurkan pankreasnya sendiri, sehingga fungsi pankreas menjadi terganggu.

Akibatnya, anak yang menderita diabetes tipe 1 hanya menghasilkan sedikit atau bahkan tidak menghasilkan hormon insulin sama sekali. Kondisi ini bisa menyebabkan kadar gula darah meningkat dan lama-kelamaan merusak organ serta jaringan tubuh. Gejala yang harus diwaspadai orang tua, adalah ketika anak mengalami gejala berupa sering haus dan sering buang air kecil, serta banyak makan tapi berat badannya justru turun.

Banyak penelitian telah menunjukkan bahwa orang yang terinfeksi Covid-19 berisiko lebih tinggi mengembangkan gejala yang lebih parah jika memiliki penyakit penyerta, termasuk diabetes. Pasien diabetes merupakan kelompok yang rentan terinfeksi Covid-19, karena mengalami penurunan sistem imun.

Menurut data dari IDAI, angka kejadian diabetes pada anak usia 0-18 tahun di Indonesia meningkat hingga lebih dari 1.000 kasus dalam kurun waktu 10 tahun terakhir ini. Sementara itu, IDAI melalui surat rekomendasi terkait pemberian vaksinasi untuk anak memberikan sejumlah kontraindikasi yang mencakup: Defisiensi imun primer, penyakit autoimun tidak terkontrol; penyakit Sindrom Gullian Barre, mielitis transversa, acute demyelinating encephalomyelitis; anak kanker yang sedang menjalani kemoterapi/radioterapi.

Kemudian kontraindikasi lainnya adalah anak yang sedang mendapat pengobatan imunosupresan/sitostatika berat, demam 37,5 derajat Celcius atau lebih, sembuh dari COVID-19 kurang dari 3 bulan, pascaimunisasi lain kurang dari 1 bulan, hamil, hipertensi tidak terkendali, diabetes melitus tidak terkendali, serta penyakit-penyakit kronik atau kelainan kongenital tidak terkendali.

Di tengah kasus COVID-19 yang tengah melandai, pemerintah mulai memperbolehkan pembelajaran sekolah tatap muka (PTM) di beberapa daerah di Indonesia. PTM diterapkan dengan berbagai aturan, seperti menaati protokol kesehatan hingga sudah melakukan vaksinasi COVID-19. Tak hanya pihak guru, para murid yang berusia 12-17 tahun juga mulai disarankan untuk melakukan vaksinasi Corona sebelum tatap muka. Namun, masih banyak orang tua yang khawatir akan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) yang mungkin muncul usai divaksin.

Kalau misalnya anak disuntik, maka rIsikonya dia bisa bengkak di tempat suntikan, bisa demam, dan itu terjadi. Vaksinasi COVID-19 untuk anak masih tergolong aman. Hal ini dibuktikan dari sebuah penelitian yang membandingkan anak yang disuntik dengan vaksin Sinovac dan plasebo. Hasilnya, sekitar 22 persen anak yang disuntik vaksin Sinovac mengalami KIPI yang ringan, seperti bengkak atau demam. Sementara anak-anak yang disuntik dengan plasebo, sekitar 20 persen juga mengalami efek yang serupa, yaitu demam dan nyeri di tempat suntikan. Vaksin dapat mengurangi angka morbiditas dan mortalitas pasien Diabetes Melitus dengan Covid-19. Sebagai informasi, penyandang diabetes yang terinfeksi Covid-19 mencapai 35 persen dari jumlah pasien Covid-19 yang ada di Indonesia.

Penulis: Nur Rochmah, Muhammad Faizi, Yuni Hisbiyah

Link jurnal: https://www.dovepress.com/quality-of-life-differences-in-pre–and-post-educational-treatment-in–peer-reviewed-fulltext-article-DMSO

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp