Tantangan Pembelajaran Daring bagi Siswa Penyandang Disabilitas di Indonesia di Masa Pandemi Covid-19

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin

UNAIR NEWS – Pandemi Covid-19 memaksa masyarakat untuk beradaptasi dengan gaya hidup baru yang membatasi kontak fisik dengan orang lain. Sejak pemberlakuan pembatasan berkegiatan di ruang publik pada awal masa pandemi, hampir seluruh kegiatan pembelajaran, baik di tingkat sekolah maupun di tingkat perguruan tinggi, dilaksanakan secara daring.

“Sejak Maret 2020, sebanyak 97,6 persen sekolah-sekolah di Indonesia mengimplementasikan pembelajaran daring dan hanya 2,4 persen sekolah yang tidak menerapkan pembelajaran non-tatap muka ini akibat keterbatasan perangkat dan/atau jaringan yang buruk,” ungkap Dra. Diena Haryana, M.A. pada webinar bertajuk “Indonesian Children, Pandemic, and Digital World,” Minggu (12/9/2021).

Pendiri Yayasan SEJIWA, platform nirlaba yang berfokus mengenai isu perundungan pada anak-anak itu menuturkan bahwa sistem pembelajaran daring menyebabkan siswa penyandang disabilitas kesulitan untuk mengikuti pembelajaran secara daring. Menurut Diena, terdapat beberapa dampak buruk perubahan pembelajaran konvensional ke pembelajaran digital.

“Dampak buruk perubahan ke pembelajaran digital pada masa pandemi ini antara lain rendahnya struktur pendukung beserta metodenya,” papar Diena. Selain itu, faktor lain yang mempersulit pembelajaran digital utamanya bagi siswa penyandang disabilitas ini adalah platform pembelajaran yang tidak dapat memenuhi kebutuhan khusus bagi siswa disabilitas tersebut.

Namun demikian, pada sesi webinar yang merupakan bagian dari summer program bertajuk “Optimize the Development of Children with Special Needs” yang diselenggarakan oleh WUACD (World University Association for Community Development) Universitas Airlangga ini, Diena menjelaskan bahwa terdapat beberapa pendekatan yang dapat dilakukan oleh para guru untuk mengatasi problem pembelajaran daring utamanya bagi siswa penyandang disabilitas.

“Yang pertama, guru dapat mengirimkan paket pembelajaran ke kediaman peserta didik masing-masing,” papar Diena. Selain hal tersebut, guru juga dapat mereferensikan buku pelajaran agar peserta didik dapat mempelajari materi dari sumber bacaan terkait.

Untuk mencegah kejenuhan dalam belajar, Diena juga menyarankan agar para guru dapat merekomendasikan sumber belajar selain dari buku pelajaran. Dalam hal ini, Diena mencontohkan agar para guru merekomendasikan acara televisi atau program siaran radio di mana siswa dapat memperoleh mater dari kedua sumber tersebut.

Alternatif terakhir yang ditawarkan Diena adalah dengan melakukan kunjungan ke kediaman siswa. Ini bisa juga dilakukan dengan kunjungan secara berkelompok. Dengan melakukan kunjungan ini, guru dapat mengecek progres peserta didik dan barangkali dapat membantu peserta didik dalam proses belajar mereka. (*)

Penulis: Agnes Ikandani

Editor: Binti Quryatul

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp