Gambaran Histopatologi Hepar Ayam yang Terinfeksi L2 Toxocara Vitulorum

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto dari The News York Times

Toksokariasis merupakan salah satu penyakit zoonosis yang disebabkan oleh cacing nematoda dan salah satu spesiesnya adalah Toxocara vitulorum yang dapat menyerang ruminansia terutama anak sapi dan kerbau serta induknya. Toxocara vitulorum banyak ditemukan pada daerah beriklim tropis dan subtropis. T. vitulorum menyerang sapi disemua umur, dapat menular melalui kontak makanan maupun melalui plasenta induk yang menulari fetus sapi dalam kandungan. Infeksi cacing T. vitulorum dapat mengakibatkan penurunan produktivitas ternak, yang menjadi kerugian finansial serius bagi peternak secara berkepanjangan jika tidak dilakukan pengendalian. Selain itu, penyakit ini juga dapat  menyebabkan anoreksia, nyeri pada perut, diare, konstipasi, dehidrasi, dan juga penurunan bobot badan ternak serta bau nafas yang tidak sedap pada sapi penderita toksokariasis. Beberapa hospes paratenik dari penyakit toksokariasis adalah mencit, tikus, babi, burung, ayam, manusia, dan mamalia lainnya.

Larva dapat berpindah ke berbagai jaringan dan bertahan untuk jangka waktu yang lama. Pergerakan larva ke dalam jaringan (paru-paru, hati, dan ginjal) atau susu diduga sebagai media penularan ke manusia. Jumlah konsumsi daging mentah atau setengah matang meningkatkan prevalensi kasus toksokariasis yang menyebabkan penyakit zoonosis pada manusia, seperti visceral larva migrans dan ocular larva migrans. Larva dari T. vitulorum dapat menyebabkan lesi pada hepar dan paru, inflamasi di nodul limfa, serta eosinofilia selama siklus hidup parasit. Larva Toxocara spp. Mengalami migrasi ke hepar melalui sistem porta hepatika dan menyebabkan hepatomegaly. Pada manusia yang terinfeksi Toxocara spp. menyebabkan nekrosis hepatoseluler dan reaksi inflamasi.

Kasus toksokariasis pada manusia yang telah dilaporkan semakin meningkat, hal ini juga disebabkan karena banyaknya manusia yang mengkonsumsi daging mentah maupun kurang matang, terutama daging ayam. Ayam yang terinfeksi toksokariasis berpotensi menularkan toksokariasis ke manusia dan memindahkan larva stadium kedua (L2) infektif Toxocara spp. ke hospes lain. Migrasi larva T. vitulorum pada ayam sebagai inang paratenik, dimana parasit dapat hidup tetapi tidak dapat berkembang menjadi dewasa.

Penelitian ini dilakukan dengan cara menginfeksi ayam pedaging dengan telur yang mengandung L2 T. vitulorum. Telur infektif didapat dari cacing yang berasal dari sapi yang terkontaminasi toksokariasis. Pengambilan telur dilakukan melalui saluran reproduksi cacing dengan proses pembedahan. Selanjutnya pemupukan telur dilakukan pada media PBS dan perkembangan telur cacing diamati menggunakan mikroskop bedah sampai telur berkembang menjadi L2. Kemudian dilakukan perhitungan telur cacing T. vitulorum melalui mikroskop cahaya dengan perbesaran 100x. Sebanyak 28 ekor ayam broiler diinfeksi secara oral menggunakan telur yang mengandung larva stadium kedua (L2) infektif T. vitulorum dan dikelompokkan sesuai dengan pengamatan 1, 2, 3, 7, 14, dan 21 hari setelah larva diberikan pada sampel. Setelah itu dilakukan pembedahan untuk pengambilan organ hepar yang selanjutnya dijadikan preparat histopatologi. Pemeriksaan mikroskopis dilakukan dengan menggunakan mikroskop cahaya pada pembesaran 400x.

Berdasarkan hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa pemberian infeksi larva infektif (L2) T. vitulorum berpengaruh terhadap gambaran histopatologi hepar ayam broiler. 3.000 telur yang diberikan secara oral menunjukkan bercak putih pada permukaan hepar ayam yang menunjukkan adanya fokus nekrotik, infiltrasi eosinofil, dan beberapa limfosit di sekitar area nekrotik. Larva infektif T. vitulorum dapat bermigrasi melalui vena porta dan kemudian masuk ke saluran empedu melalui sirkulasi enterohepatik. Pola histopatologi sel haheparti yang terinfeksi L2 T. vitulorum mengalami degenerasi, pembengkakan dan disertai nekrosis, inflamasi, dan kolangitis.

Larva Toxocara spp. mengeluarkan bahan metabolisme yang meningkatkan produksi eosinofil sebagai reaksi imun. Aktivitas seluler dan tekanan infeksi dapat merangsang sekresi mikrobisida, efektor, dan mediator inflamasi. Tekanan ini merespon sel untuk melindungi dan melawan kondisi yang tidak diinginkan dengan meminimalkan kerusakan dan menjaga integritas jaringan inang. Retikulum endoplasma dan jaringan mitokondria adalah organel seluler utama yang memberikan sinyal pada tekanan seluler. Kolangitis adalah peradangan pada dinding empedu akibat infeksi lumen. Situasi ini dapat berasal dari setiap lesi yang menyumbat saluran empedu. Oleh karena itu, L2 T. vitulorum dapat berpindah ke berbagai organ dan menyebabkan kerusakan.

Penulis: Kusnoto

Link Jurnal: Histopathology Description of Chicken Liver Infected by L2 Toxocara Vitulorum

http://oaji.net/articles/2021/2246-1618923749.pdf

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp