Hadirkan Berbagai Ahli, Basasindo UNAIR Gelar Seminar Pelestarian Bahasa

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Kegiatan seminar nasional untuk membahas upaya Pelestarian Bahasa, yang diselenggarakan oleh Prodi Basasindo UNAIR. (Foto: dokumen pribadi)

UNAIR NEWS – Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Airlangga (Basasindo UNAIR) mengajak para ahli bahasa untuk berkolaborasi dalam seminar nasional pada Kamis (9/9/2021). Basasindo UNAIR menghadirkan Dr. Luh Anik Mayani (Southeast Asian Ministers Organization Quality Improvement of Teachers and Education Personel-SEAMEO QITEP, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa), Dr. Nghuyen Thanh Tuan (Department of Indonesian Studies, Faculty of Oriental Studies, University of Social Sciences and Humanities, Vietnam National University), dan Dr. Sri Wiryanti Boedi Oetami, M.Si (Departemen Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Airlangga) sebagai pembicara. Program tersebut mengusung tajuk Pelestarian Bahasa yang digelar secara virtual melalui aplikasi Zoom Meeting. 

Dr. Adi Setijowati, Dra., M.Hum sebagai ketua Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia mengatakan, bahwa acara tesebut sebagai awal dari kegiatan seminar yang selanjutnya. “Dengan topik bahasa daerah yang sudah ditinggal oleh penuturnya, mudah-mudahan seminar ini dapat bermanfaat bagi semua,” ucapnya. 

Sementara itu, Mochammad Jalal, S.S., M. Hum., selaku ketua pelaksana, mengatakan bahwa isu pelestarian bahasa merupakan pemaparan yang menarik. Menurutnya, dengan melestarikan bahasa maka turut berkontribusi dalam kembalinya kejayaan bangsa. 

Senada dengan hal itu, Dr. Dra. Ni Wayan Sartini, M. Hum selaku moderator acara mengatakan bahwa kehilangan bahasa sama halnya dengan kehilangan budaya. “Sebagaimana yang kita ketahui bersama, bahwa sebagian besar bahasa-bahasa lokal di Indonesia sudah punah. Nah itu perlunya kita memiliki tanggung jawab untuk melestarikan bahasa agar tidak punah, di tengah masyarakat Indonesia yang multi lingual, karena kehilangan bahasa itu berarti kehilangan budaya,” terang Ketua Program Studi Magister Ilmu Linguistik UNAIR tersebut. 

Terakhir pada sesi pembuka, turut hadir Prof. Purnawan Basundoro, S.S., M.Hum, Dekan Fakultas Ilmu Budaya (FIB) UNAIR. Prof. Purnawan memaparkan, bahwa bahasa merupakan salah satu komponen penting dalam perkembangan budaya masyarakat. Selain itu, bahasa juga merupakan alat komunikasi yang menghubungkan antar manusia.

“Keragaman Bangsa Indonesia berpengaruh pula pada ragam bahasa yang sedemikian banyak. Karena bahasa itu juga merupakan bagian dari budaya, maka eksistensinya sangat bergantung kepada masyarakat yang memanfaatkannya. Selama masyarakat memanfaatkan dan menggunakan bahasa sehari-hari sebagai alat komunikasi, maka bahasa akan lestari,” tutur Prof. Purnawan.

Sebaliknya, sambung Prof. Purnawan, ketika masyarakat yang memakai bahasa tersebut semakin sedikit maka eksistensinya juga menipis. “Ini yang perlu disadari dan kita tahu penggunaan bahasa nasional dan internasional juga menjadi salah satu “ancaman” terhadap bahasa lokal,” lanjutnya. 

Kemudian, Prof. Purnawan juga menyayangkan sikap masyarakat yang mempersepsikan bahasa lokal sebagai bahasa tradisional dan kuno. Ia menegaskan bahwa hal itu perlu menjadi kesadaran bersama. Karena jika terus-menerus terjadi, maka bahasa lokal akan mengalami kepunahan sehingga hanya berfungsi sebagai bahan kajian.

Oleh karena itu menurut Prof. Purnawan, melalui kegiatan seminar tersebut ia berharap dapat menghasilkan rumusan strategi pemertahanan bahasa lokal. “Saya berharap agar seminar ini bisa menghasilkan berbagai pemikiran sebagai sumbangsih pengembangan kebahasaan,” tutup dosen Ilmu Sejarah UNAIR tersebut.

Penulis: Fauzia Gadis Widyanti

Editor: Khefti Al Mawalia

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp