Beberapa Jenis Virus Hepatitis C yang Terdeteksi pada Penderita Pengguna Narkoba

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto dari Hello Sehat

Pengguna narkoba umumnya memiliki komunitas sesama pengguna narkoba, di dalam komunitas tersebut biasanya terjadi penggunaan jarum suntik bersama atau memakai jarum suntik yang tidak steril atau baru. Penggunaan jarum suntik bersama ini menjadi faktor resiko terjadinya penularan penyakit infeksi, salah satunya infeksi virus hepatitis C. Angka kejadian infeksi Virus Hepatitis C (VHC) diperkirakan 90% pada penderita pengguna narkoba di Surabaya

Hepatitis merupakan masalah kesehatan dunia. Sekitar 150 juta penduduk dunia terinfeksi Hepatitis C dan beresiko terkena sirosis atau kanker hati. Lebih dari 350.000 jiwa meninggal oleh penyakit hati terkait Hepatitis C setiap tahunnya. Hasil Riset Kesehatan Dasar yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 2007 dengan mengumpulkan sampel darah dari 30.000 rumah tangga di 294 Kabupaten/Kota di seluruh Indonesia menunjukkan bahwa angka anti VHC sebesar 0,8% (Depkes, 2010). Ini berarti hampir dua juta jiwa penduduk Indonesia terinfeksi VHC.

Penggunaan narkoba suntik merupakan faktor resiko paling tinggi terjadinya infeksi VHC di Amerika dan Eropa, diikuti oleh paparan darah, perilaku seksual beresiko tinggi, penggunaan tato, dan bentuk-bentuk penetrasi kulit lain. Virus ini dapat menyebar dari darah orang yang terinfeksi yang masuk ke darah orang lain melalui cara pemakaian alat suntik yang bergantian, kecelakaan tertusuk jarum, luka terbuka atau selaput mukosa, dan produk darah atau transfusi yang tidak diskrining. Perkiraan menunjukkan bahwa lebih dari 60 persen kasus Hepatitis C berhubungan dengan penggunaan narkoba suntik dan peningkatan angka kesakitan dan kematian VHC yang kita hadapi saat ini berkaitan erat dengan semakin meningkatnya jumlah pengguna narkoba suntik.

Menurut Badan Narkotika Nasional Indonesia Republik Indonesia (BNNRI), angka kejadian penyalahgunaan narkoba di Indonesia meningkat. Berdasarkan hasil survei Badan Narkotika Nasional (BNN) dan Universitas Indonesia (UI) pada tahun 2012, diketahui angka prevalensi penyalahgunaan narkoba di Indonesia sudah mencapai 2,8% atau sekitar 5,8 juta orang dari total populasi penduduk berusia 10-60 tahun. Data itu meningkat 0,6 persen dari data hasil survei tahun 2011 sebesar 2,2 persen. Dari total penyalahgunaan itu, hanya sekitar 17.734 orang atau hanya sekitar 0,5 persen yang tertangani (BNN, 2013). Masalah akan timbul karena resiko untuk terkena VHC juga semakin meningkat, baik ditemukannya kasus baru ataupun timbulnya penyakit hati kronis yang berujung kepada disabilitas dan kematian.

Dibandingkan dengan hepatitis B, virus hepatitis C lebih ganas dan lebih sering menyebabkan penyakit hati menahun, bahkan merupakan satu dari 10 penyebab kematian terbesar. Subgenotipe VHC yang pernah dilaporkan, yaitu HVC-1b lebih sering dihubungkan dengan kerusakan liver yang paling parah dan kanker hati dibandingkan subtipe yang lain, serta lebih resisten pada pengobatan dengan interferon. Virus Hepatitis C atau VHC adalah virus yang amat variatif secara genetik. Selain itu, virus ini juga memiliki angka mutasi atau perubahan yang tinggi sekitar 30-35% dari keseluruhan genom, sehingga sering muncul virus mutan yang kerap dapat menghindari antibodi tubuh dan atau resisten terhadap pengobatan.

Genotipe virus digunakan pula untuk memprediksi respon terhadap pemberian obat anti virus, sebagaimana diketahui bahwa genotipe 1 memiliki respon yang rendah terhadap pemberian tunggal interferon, sedangkan genotipe 2 dan 3 lebih memiliki respon yang bervariasi. Dengan mengetahui genotipe dari VHC yang berada pada pasien pengguna narkoba di Surabaya ini, para dokter di tempat rehabilitasi bisa memberikan edukasi terkait pencegahan penularan terhadap keluarga dan sekitar serta prediksi respon terhadap pengobatan infeksi VHC yang akan dilakukan.

Ada beberapa genotip yang terdeteksi dalam penelitian ini, yaitu genotipe 1 dengan rincian subtipe 1a dan 1c; genotip 3 dengan rincian subtipe 3a subtipe 3k; genotipe dengan subtipe 4a dan genotipe dengan 6 subtipe 6n. Genotipe 1-3 memiliki distribusi merata di dunia, dengan subtipe 1a dan 1b yang mayoritas terdapat pada hampir 60% infeksi hepatitis C secara global. Tipe ini mendominasi di wilayah Eropa Utara, Amerika Utara, diikuti wilayah Eropa Selatan dan Timur serta Jepang. Genotipe 3 endemik di wilayah Asia Tenggara serta bervariasi distribusinya di masing-masing negara Asia Tenggara. Genotipe 4 biasanya ditemukan di Timur Tengah, Mesir dan Afrika Tengah, sedangkan genotipe 6 terdistribusi di Asia.

Penulis: Dr. Ira Humairah, dr., M.Si.

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di :

https://rjptonline.org/AbstractView.aspx?PID=2021-14-4-30

Ira Humairah, Lina Lukitasari, Retno Handajani, Muhammad Amin, Citrawati Dyah Kencono Wungu, Edhi Rianto, Arif Nur Muhammad Ansori. Prevalence and Genotype Distribution of Hepatitis C Virus Among Intravenous Drug Users (IDUs) in Surabaya, Indonesia. Research Journal of Pharmacy and Technology. Vol.:14, Issue:04, April, 2021

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp