Pankreatitis Akut pada Pasien COVID-19 Derajat Berat

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto dari Kompas.com

Infeksi SARS-COV-2 telah menjadi pandemi sejak tahun 2020. Sebelumnya, diketahui bahwa Coronavirus ialah sekelompok virus yang ditemukan di beberapa hewan, yang dapat mencetuskan penyakit menular, salah satunya bermanifestasi pada saluran pencernaan. COVID-19 sendiri juga mampu memunculkan tanda dan gejala di luar sistem pernapasan, seperti pada sistem saraf, saluran pencernaan dan liver, ginjal, jantung, dan lain-lain. Hal ini mengacu pada tersebarnya reseptor ACE-2 di banyak organ. Pada kasus ini, infeksi SARS-COv-2 diperkirakan menjadi faktor risiko terjadinya kerusakan pada sel pankreas.

Pasien laki-laki, 83 tahun, datang dengan sesak sejak 2 hari yang lalu dan bertambah parah. Pasien juga mengeluhkan nyeri perut hebat sehingga tidak mampu melakukan aktivitas sehari-hari. Pasien mengeluhkan penurunan nafsu makan, mual serta muntah disangkal. Pasien memeriksakan saturasi oksigen dan menunjukkan angka 72-75%. Pasien memiliki riwayat penyakit jantung, sementara riwayat diabetes mellitus dan hipertensi disangkal. Pemeriksaan fisik menunjukkan retraksi otot-otot pernapasan dan pegeseran puncak jantung. Pemeriksaan penunjang menunjukkan hasil positif pada pemeriksaan antigen SARS-COV-2, diikuti dengan gambaran X-Ray dada yang menunjukkan pneumonia. PCR untuk SARS-COV-2 juga menunjukkan hasil positif. Analisis gas darah menunjukkan hipoksia berat. Pasien mendapatkan suplementasi oksigen, Meropenem, Nebivolol, Codeine, Deksametason, Fondaparinux, dan Remdesivir.

Di hari ketiga perawatan, nyeri perut sebelah kanan dirasakan semakin memburuk. Evaluasi pemeriksaan fisik abdomen mendapati adanya perubahan warna di area flank kiri, yang mengarahkan ke diagnosis pankreatitis akut. Didapatkan peningkatan amilase dan lipase. USG abdomen menunjukkan pankreas yang sedikit membesar. Kriteria Ranson untuk menentukan prognosis juga menujukkan hasil yang positif.  Pasien kemudian didiagnosis dengan pankreatitis akut dan COVID-19. Pankreatitis akut dapat disebabkan oleh batu empedu, alkohol, obat-obatan seperti furosemid, thiazid, golongan sulfa, hipertrigleseridemia, infeksi virus, autoimun, trauma, dan lain-lain. Penelitian sebelumnya juga meninjau kemungkinan Clopidogrel dalam mencetuskan pankreatitis akut. Pasien yang menggunakan Clopidogrel memiliki risiko pankreatitis 8.46 kali lebih tinggi. Sementara itu, penegakan diagnosis pankreatitis yang diperkirakan akibat infeksi SARS-COV-2 membutuhkan otopsi pada sel pankreas. Pemeriksaan ini tidak rutin dilakukan. Pasien dipuasakan, mendapatkan terapi cairan, dan antibiotik. Pasien mengalami perburukan, jatuh dalam kondisi syok sepsis dan meninggal dunia.

Manifestasi gangguan sistem pencernaan mencapai 50% pada kasus COVID-19. Hal ini salah satunya diperkirakan karena terdapat reseptor ACE2 pula pada saluran pencernaan. Penemuan yang menarik ialah, jumlah RNA messenger ACE-2 ternyata lebih banyak ditemukan di pankreas daripada di paru. Selain itu, di sel beta pankreas ditemukan juga transmembrane serine protease-2 (TMPRSS2) yang memudahkan fusi SARS-COV-2 ke sel tubuh.

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, terdapat beberapa faktor risiko terjadinya pankreatitis akut. Berdasarkan anamnesis, tidak didapatkan riwayat dari pasien yang mengarah ke faktor-faktor tersebut. Namun, pada pasien ini didapatkan hasil kultur darah positif terhadap Staphylococcus sp. yang dapat menunjukkan bahwa kerusakan dari pankreas memang bisa saja dicetuskan dari infeksi sistemik, termasuk COVID-19. Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa SARS-COV-2 mampu menginfeksi pancreatic-induced pluripotent stem cell sehingga memproduksi sitokin proinflamasi dan meningkatkan ekspresi gen stress. Ekspresi ACE-2 juga tinggi didadapatkan pada komponen jaringan eksokrin dari pankreas. Dari banyak penelitian yang sudah menyebutkan hipotesis, belum didapatkan bukti bahwa pankreatitis akut dapat disebabkan oleh SARS COV-2. Masih perlu dilakukan penelitian lanjutan setelah ini.

Penulis: Pradana Zaky Romadhon, dr., Sp.PD.

Link Jurnal: https://e-journal.unair.ac.id/IJTID/article/view/26472

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp