Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Self-Manajemen Pasien dengan Penyakit Ginjal Kronik di Indonesia

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh iStock

Indonesia adalah salah satu negara di Asia Tenggara dengan prevalensi gagal ginjal terminal (GGT) yang tinggi.  Karena fenomena tsb, penelitian yang terkait dengan faktor-faktor yang dapat memprediksi perkembangan PGK dikalangan penderita PGK stadium awal  penting untuk dilakukan. Penelitian sebelumnya tentang faktor-faktor yang terkait dengan penyakit penyerta (comorbid), mennyebutkan bahwa semakin tinggi populasi penderita diabetes dan hipertensi, semakin besar kemungkinan untuk mengalami penyakit ginjal.

Pada laporan tahunan Indonesia Renal Registry (IRR) 2017, disebutkan bahwa penyakit ginjal kronis (PGK) merupakan penyakit tidak menular (PTM) yang erat hubungannya dengan penyakit Jantung dan pembuluh darah, Darah tinggi (hypertension) serta Kencing Manis (diabetes mellitus)(IRR, 2017). Penyakit ginjal kronis adalah penyakit yang tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dicegah dan tingkat keparahannya dapat dikendalikan. Hasil penelitian terdahulu, disebutkan bahwa manajemen diri (self-management) memegang peranan kunci dalam mencegah memburuknya fungsi ginjal.

Self-manajemen pada PGK didefinisikan sebagai untuk mengintegrasikan diri (self-integration), menyelesaikan masalah (problem solving), mencari dukungan social (seeking social support) dan kemapuan untuk menjalankan terapi pengobatan (adherence to recommended regimen). Banyak faktor yang mempengaruhi kemampuan penderita PGK dalam menerapkan manajemen diri. Faktor, literasi kesehatan, persepsi terhadap sakit dan efikasi diri telah diketahui berpengaruh pada kemampuan penderita PGK dalam menerapkan manajemen diri. Akan tetapi, penelitib-penelitian tersebut, lebih berfokus pada penderita PGK stadium akhir dan terminal, dilakukan dinegara-negara maju dan pada rentang usia yang pendek; di atas usia 40tahun dana atau lansia.

Penelitian pada 226 penderita PGK di 63 Puskesmas di Surabaya, yang dilakukan selama bulan Juni sd. September 2021, melaporkan bahwa para penderita PGK stadium awal tsb memiliki manajemen diri yang baik. Dari 4 komponen manajemen diri, kemampuan untuk menjalankan terapi pengobatan (adherence to recommended regimen) adalah yang paling rendah. Dari 3 prediktor yang diinvestigasi, diketahui bahwa para penderita PGK memiliki tingkat literasi kesehatan yang rendah. Persepsi terhadap sakit dan efikasi diri yang positif.

Kemampuan untuk menjalankan terapi pengobatan (adherence to recommended regimen) dan level literasi kesehatan yang rendah merupakan masukan bagi tenaga kesehatan untuk lebih meperhatikan metode Pendidikan kesehatan yang sesuai.  Dalam perkembangan PGK dengan atau tanpa penyakit penyerta, kemampuan untuk konsisten menyesuaikan diet, memahami tekanan darah, kadar glukosa darah, kadar lemak darah, albuminuria, berat badan (BB), dalam jangka panjang, merupakan target dalam penatalaksaan dalam PGK.  Meningkatkannya literasi kesehatan pada pasien PGK dapat meningkatkan pengetahuan, mempengaruhi cara berfikir dan berperilaku manajemen diri.

Respon perilaku dan emosional individu pada penyakit bervariasi dan dipengaruhi oleh persepsi. Persepsi ini kemudian memandu pasien untuk menerapkan koping yang mendukung pada kemampuan manajemen diri. Persepsi yang positif terhadap PGK yang diderita, memudahkan pasien untuk melakukan manajemen diri yang secara tidak langsung meminimalkan kemungkinan untuk jatuh ke fase PGK stadium menengah-akhir dalam waktu yang singkat.  Mempertahankan persepsi penyakit positif sangat penting untuk mencapai hasil yang ditargetkan dari manajemen PGK.

Efikasi diri adalah tingkat kepercayaan diri pada kemampuan untuk melakukan apa yang perlu dilakukan agar mencapai hasil yang ditentukan. Efikasi diri yang adekuat/positif diperlukan mempertahankan motivasi dan kepatuhan terhadap regimen pengobatan yang dibuat oleh tenaga kesehatan. Pasien PGK tahap awal akan mengalami masa pengobatan yang panjang untuk mencegah kerusakan ginjal lebih lanjut. Kepatuhan pasien pada fase pengobatan yang lama membutuhkan efikasi diri yang tinggi. Sementara efikasi diri yang lebih rendah, membuat pasein PGK semakin terbebani oleh penyakitnya dan mengakibatkan manajemen diri yang buruk dan laju penyakit yang tidak terkendali (memburuk dalam waktu yang cepat).

Dari penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa pasien PGK tahap awal memiliki manajemen diri yang baik, literasi kesehatan yang rendah, persepsi penyakit dan efikasi diri yang positif. Menginat bahwa PGK tidak dapat disembuhkan tapi dapat dikendalikan dan kemampuan manajemen diri adalah kondisi yang dynamis, maka pendidikan kesehatan yang berfokus pada peningkatan literasi kesehatan dikalangan pasien PGK tahap awal, penting untuk diberikan secara berkesinambungan.

Penulis: Ira Suarilah, S.Kp., M.Sc

Link Jurnal: https://onlinelibrary.wiley.com/doi/full/10.1111/jocn.15930

Factors influencing self-management among Indonesian patients with early-stage chronic kidney disease: A cross-sectional study

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp