UNAIR NEWS – Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Airlangga mendesak dukungan penuh pemerintah juga pihak terkait terhadap pengembangan vaksin Merah Putih lewat trending topik Twitter. Seperti yang telah diketahui bersama, saat ini Indonesia tengah berada di masa pandemi. Terdapat banyak sekali dampak yang dirasakan seluruh lapisan masyarakat, mulai kondisi perekonomian yang menurun, kegiatan pembelajaran yang terpaksa dilakukan secara daring hingga berubahnya pola hidup masyarakat di tengah-tengah pandemi covid-19.
Pemerintah melakukan berbagai upaya untuk menekan laju penyebaran covid-19, salah satunya adalah dengan menyelenggarakan kegiatan vaksinasi massal, saat ini jenis vaksin yang digunakan di Indonesia semuanya berasal dari luar negeri seperti Sinovac, Astrazeneca, Moderna, dan Pfizer.
Di tengah gencarnya proses vaksinasi massal kepada masyarakat umum itu, pemerintah juga sedang menyiapkan vaksin karya anak bangsa sebagai bentuk kemandirian negara. Sebanyak tujuh lembaga di bawah naungan Kemenristek/BRIN sedang mengembankan vaksin yang diberi nama Vaksin Merah Putih.
Dalam kegiatan PKKMB Universitas Airlangga (Amerta) mahasiswa UNAIR secara serempak melakukan dukungan terhadap pengembangan vaksin merah putih sehingga berhasil menjadi trending topik di Twitter.
Komitmen dan Dukungan
Ketua BEM Universitas Airlangga Muhammad Risyad Fahlevi menyatakan gerakan Sosial mahasiswa UNAIR itu bermaksud untuk untuk menunjukkan komitmen dan dukungannya terhadap segenap dosen, para peneliti, dan semua pihak yang terkait dengan pengembangan vaksin Merah Putih. Selain itu, pihaknya mengelar Webinar Kementerian Analisis Isu Strategis terkait pengembangan vaksin merah putih.
“Ini (kampanye media social, Red) untuk menunjukkan komitmen dan dukungan terhadap segenap dosen, para peneliti, dan semua pihak yang terkait,” katanya.
Sebelumnya, BEM UNAIR menjaring dan menakar persentase keberhasilan vaksinasi merah putih. Tepatnya melalui kegiatan webinar bertajuk “Menelisik Political Will Pemerintah dalam Upaya Produksi Vaksin Merah Putih” pada Sabtu (28/8/2021). Webinar tersebut turut mengulas proses pembuatan vaksin Merah Putih pemerintah.
Koordinator Riset Covid-19 UNAIR Prof Ni Nyoman Tri Puspaningsih hadir sebagai pemateri dalam webinar tersebut. Menurutnya, dalam pengembangan vaksin Merah Putih, UNAIR menerapkan dua metode, yakni inactivated virus dan adenovirus.
Terkendala
Menambahkan pernyataan ketua BEM UNAIR, Menko Pergerakan BEM UNAIR Akbar Rizky menyebut berdasar analisis dan pendalaman timnya, peneliti vaksin mengalami sejumlah kendala. Misalnya, bahan untuk penelitian harus impor, terbatasnya ketersediaan fasilitas animal-BSL-3 dan GMP, dan minimnya riset dalam negeri karena kurangnya budget atau anggaran.
”Meski pemerintah juga melakukan upaya dukungan dengan konsorsium nasional. Memberikan dukungan dana riset, membantu penyediaan hewan percobaan makaka, dan memberikan fasilitas untuk pengawalan, pembinaan dan pengawasan melalui BPOM RI. Ada beberapa hal yang disayangkan soal pengembangan vaksin merah putih,” ungkapnya.
Akbar menyebut alih-alih mendapatkan bantuan dana dari pemerintah, pendanaan vaksin merah putih yang dikembangkan UNAIR dengan metode adenovirus justru yang menyokong disokong oleh pihak swasta.
“Seharusnya pemerintah turut mendorong riset dan produksi vaksin merah putih sebagai alternatif pencegahan penyebaran covid-19 di Indonesia,” tegasnya.
”Mengingat, vaksin merah putih ini merupakan upaya riset yang dilakukan oleh anak bangsa yang patut diapresiasi,” imbuh Akbar.
Berdasar hasil kajian, analisis, dan pedalaman itu, BEM UNAIR menyodorkan sejumlah poin untuk menjadi pemerintah pihak-pihak berwenang dalam hal ini pemerintah. Pertama, pemerintah diharapkan lebih memaksimalkan pendanaan untuk para pengembang vaksin Merah Putih guna mempercepat progres pengembangan vaksin. Kedua, BPOM diharapkan melakukan pendampingan lebih intensif terhadap lembaga pengembang vaksin Merah Putih agar vaksin dapat memenuhi standar Good Manufacturing Practice (GMP) dan Good Laboratory Practice (GLP). Dan ketiga, pemerintah diharapkan melakukan pembinaan kepada lembaga pengembang vaksin Merah Putih mulai dari tahap uji pra-klinis hingga uji klinis untuk meminimalkan adanya kegagalan riset
Penulis: Nikmatus Sholikhah
Editor: Feri Fenoria