Supresi Sitokin Proinflamasi Ekstrak Rimpang Etlingera alba (A.D) Poulsen dan Aktivitas Antibakterinya

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Sumber: http://www.phytoimages.siu.edu/

Etlingera alba merupakan salah satu tanaman Etlingera yang belum banyak diteliti secara intensif. Tanaman yang termasuk dalam genus Etlingera diduga memiliki konstituen dan aktivitas farmakologis yang serupa. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi senyawa kimia dan aktivitas farmakologis, yaitu anti-inflamasi dan antibakteri dari ekstrak rimpang E. alba

Indonesiamerupakan negara yang memiliki keanekaragaman hayati tertinggi kedua di dunia setelah Brazil, dari 40.000 spesies tanaman di dunia, 30.000 spesies tersebut ditemukan di Indonesia dan 940 yang merupakan tanaman obat. Pemanfaatan tanaman obat dalam penelitian etnobotani secara efektif menjadi awal penelurusan dalam pencarian senyawa aktif yang bertindak sebagai bahan baku obat tradisional baru. Secara empiris, tanaman Etlingera telah digunakan sebagai rempah dan obat tradisional. Salah satu contohnya, E. elatior banyak digunakan sebagai rempah penambah rasa, pengawet makanan, obat luka dan sakit telinga. Selain itu, E. brevilabrum dari genus yang sama telah digunakan untuk mengobati kulit kering, demam, sakit mata, dan sakit perut serta bumbu. Oleh karena itu, banyak tanaman dari genus Etlingera yang memiliki potensi sebagai pencarian obat baru.

Aktivitas farmakologi tanaman dari genus Etlingera telah banyak dilaporkan yaitu memiliki aktivitas antioksidan, antiinflamasi, imunomodulator, antikanker, dan antibakteri. Tanaman ini juga memiliki aktivitas nefroprotektif dan hepatoprotektif. Daun dan batang E. brevilabrum dilaporkan dapat menurunkan kadar kolesterol. Selain itu, E. calophrys dan E. fulgens memiliki aktivitas antibakteri dan antioksidan serta antidiabetes. Senyawa yang bertanggungjawab dalam aktivitas ini adalah flavonoid (quercetin, apigenin, kaempferol, luteolin, dan myricetin) dan kandungan fenolik (gallic acid, tannic acid, chlorogenic acid dan caffeic acid).

Etlingera alba merupakan salah satu tanaman Etlingera yang pengujian aktifitas farmakologinya masih sangat kurang, akan tetapi jika melihat potensi Etlingera yang lain diduga E. alba memiliki potensi aktifitas farmakologi yang sama seperti Etlingera elatior berdasarkan kekerabatan genus. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa E.alba memiliki aktivitas antibakteri. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian anti-inflamasi dengan mengukur volume yang edema dan sitokin yang terlibat dalam proses peradangan, termasuk IL-6, IL-12, dan TNF α. Selain itu juga diteliti aktivitas antibakteri dari ekstrak rimpang E. alba dengan menggunakan metode mikrodilusi.

Skrining fitokimia bertujuan untuk mengetahui adanya metabolit sekunder yang terkandung di dalam ekstrak. Analisis skrining fitokimia ekstrak rimpang E. alba dengan menggunakan metode kualitatif dengan menggunakan uji tabung reaksi. Hasil skrining fitokimia menunjukkan adanya golongan senyawa alkaloid, flavonoid, tannin, steroid, dan phenol. Komponen metabolit sekunder inilah yang berperan dalam efek farmakologis ekstrak rimpang E. alba.

Pengujian anti-inflamasi secara in vivo dengan menggunakan tikus jantan galur Wistar. Setelah aklimatisasi, hewan coba dibagi menjadi 6 kelompok yang diinduksi dengan 1% karagen secara intraplantar pada telapak kaki tikus. Karagen akan merangsang lisisnya sel mast dan melepaskan mediator-mediator inflamasi yang dapat menyebabkan vasodilatasi sehingga terjadi eksudasi pada dinding kapiler dan migrasi fagosit ke daerah radang sehingga terjadi inflamasi pada daerah tersebut. Semua hewan coba uji diukur volume kakinya menggunakan pletismometer untuk mengetahui volume radang.

Konsentrasi uji hasil penelitian menunjukkan ekstrak rimpang E. alba pada konsentrasi tinggi (400 mg/kg BB) dapat mengurangi volume edema dibandingkan konsentrasi 200 mg/kg BB dan 300 mg/kg BB. Namun kelompok pembanding dengan menggunakan natirum diklofenak memberikan hasil yang lebih baik dalam menunjukkan efek anti-inflamasi. Natrium diklofenak merupakan obat anti-inflamasi yang menghambat pembentukan mediator inflamasi dengan menghambat COX enzim. Secara khusus, senyawa flavonoid memberikan efek anti-inflamasi di berbagai jalur, termasuk menghambat COX dan aktivitas enzim lipoksigenase sehingga senyawa yang terkandung dalam ekstrak E. alba menunjukkan penghambatan proinflamasi sitokin secara tidak langsung.

Pengujian antibakteri dengan menggunakan bakteri Escherichia coli (ATCC 35281) dan Salmonella enterica (ATCC 14028). Bakteri diinokulasi dalam nutrien agar (NA) dan diinkubasi pada suhu 37°C selama 24 jam. Untuk pengujian dengan mikrodilusi cair. Ekstrak E. alba (8192 µg/mL) diencerkan menjadi 12 konsentrasi (4096, 2048, 1024, 312, 256, 128, 64, 32, 16, 8, 4, dan 2 µg/mL). Hasil menunjukkan nilai MIC ekstrak E. alba lebih dari 64 (E.coli) dan lebih dari 32 (S. enterica) dibandingkan nilai MIC Chloramphenicol 2. Berdasarkan nilai MIC yang kurang dari 100 µg/mL maka dapat dinyatakan ekstrak E. alba mempunyai aktivitas antibakteri yang sangat kuat.

Simpulan

Etlingera alba (A.D) Poulsen mengandung senyawa alkaloid, tanin, steroid dan fenol yang menunjukkan aktivitas anti-inflamasi pada konsentrasi 400 mg/kg BB dan antibakteri terhadap E. coli dan S. enterica.

Penulis: Rini Hamsidi, Wahyuni Wahyuni, Idin Sahidin, Evi Apriyani, Harsono Harsono, Nur Arsianti Azizah, Fadhliyah Malik, Agung Wibawa Mahatva Yodha, La Ode Muhammad Julian Purnama, and Adryan Fristiohady

Artikel Jurnal dan Link: Suppression of Proinflammatory Cytokines by Etlingera alba (A.D.) Poulsen Rhizome Extract and Its Antibacterial Properties

Link: https://www.hindawi.com/journals/aps/2021/5570073/

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp