Keanekaragaman biota di Indonesia sudah dikenal luas dan diakui dunia. Kekayaan berupa flora dan fauna yang hidup di darat, perairan tawar maupun perairan laut Indonesia menempati urutan kedua terbesar di dunia (15% dari 5.131.000 seluruh ragam biota dunia) (PBB, 2013). Namun pemanfaatan keranekaragaman biota yang dimiliki hingga saat ini hanya mencapai sekitar 5% dari keseluruhan. Pemanfaatan biota selama 50 tahun terakhir terfokus pada ekosistem darat sedangkan potensi dari laut dan lingkungan hipersalin belum banyak dilakukan. Potensi metabolit dari laut perlu dieksplorasi karena luasnya meliputi 2/3 dari luas Indonesia dan menyimpan kekayaan biota laut. Salah satu contohnya, Perairan Madura yang tergolong ke dalam perairan tropis dengan keanekaragaman biota laut mencapai 1000 spesies/ m2 berupa ragam spesies bakteri, spons ,terumbu karang, alga, dan ikan (Thakur, Thakur dan Muller, 2005).
Keberagaman biota laut dapat menjadi sumber potensial untuk dimanfaatkan bahan baku obat terutama kandungan senyawa bioaktifnya. Biota laut merupakan kandidat baru senyawa antibakteri sebab kondisi ekosistem laut yang kompleks membuatnya menghasilkan metabolit sekunder dengan bioaktifitas yang lebih tinggi dibandingkan biota darat. Biota laut berupa mikroorganisme laut ditargetkan sebagai sumber metabolit antibakteri yang berkelanjutan (sustain) karena jumlahnya melimpah dan mudah dibiakkan. Studi Jeganathan et al. (2013) menunjukkan metabolit antibakteri yang diperoleh dari tanaman dan hewan laut ternyata diproduksi oleh bakteri yang bersimbiosis di permukaan atau dalam tubuhnya. Bakteri yang bersimbiosis dengan tanaman atau hewan laut sebagai inangnya, mengekskresikan metabolit antibakteri untuk menghambat pesaing potensialnya seperti bakteri lain dan larva. Aktivitas antibakteri yang dihasilkan lebih tinggi dan spektrum lebih luas dibandingkan bakteri yang hidup bebas tergantung pada spesies bakteri, hewan atau tanaman inang, dan kondisi perairan tempat bakteri laut tersebut hidup.
Penelitian pendahuluan berhasil mengisolasi Bacillus tequilensis BSMF yang bersimbiosis dengan spons laut Halichondria panicea dari Perairan Cabbiya Madura (Damar 2019). Bacillus tequilensis pertama kali ditemukan di makam dekat kota Tequila, Meksiko baik hidup bebas maupun bersimbiosis dengan makhluk hidup lain. Bacillus tequilensis merupakan bakteri Gram positif, bersifat aerob, dapat membentuk spora, motil, dan hidup secara tunggal maupun membentuk koloni. Koloninya berwarana putih kekuningan, berbentuk batang dengan diameter mencapai 4,0 mm. Bacillus tequilensis BSMFsebagai bakteri mesofil hidup pada rentang suhu 25- 50oC dan pH 5,5- 8,0 (Gatson et al. 2019). Pada rentang suhu inkubasi tersebut Wardani, (2021) berhasil menemukan bahwa Bacillus tequilensis BSMF mempunyai kemampuan sebagai antibakteri sehingga sangat potensial dikembangkan dalam bahan baku antibakteri untuk industri bioteknologi. (Wardani, Achmad Toto Poernomo, and Inaeni 2021)
Pada penelitian Wardani, (2021)), kondisi produksi metabolit antibakteri yang diproduksi Bacillus tequilensis BSMF diuji menggunakan media Potato Dextrose Agar (PDA). Derajat keasaman media PDA diatur ke arah basa agar dapat digunakan untuk pertumbuhan bakteri. Media PDA dengan pH 5, 6, 7, 8 dan diinkubasi pada suhu 28oC, 32oC, dan 37oC selama 72 jam sesuai hasil orientasi pada skala laboratorium. Hasilnya diperoleh pH media yang menunjukkan aktivitas antibakteri optimum Bacillus tequilensis BSMF terhadap Staphylococcus aureus ATCC 25923 dan Eschericia coli ATCC 25922 adalah 8±0,5 pada suhu inkubasi 32±10C dengan rata- rata indeks aktivitas antibakteri berturut- turut 2,74±0,07 dan 3,39±0,07. Berdasarkan data yang diperoleh, dapat diketahui antibakteri dari B. tequilensis BSMF memiliki daya hambat kuat terhadap Eschericia coli ATCC 25922 dengan rata- rata diameter zona hambat 12,12±0,30- 25,38±0,56 mm sebab Surjowardojo dkk. (2016) menyatakan diameter zona hambat 11 – 20 mm merupakan salah satu parameter daya hambat yang poten. Nilai indeks berbanding lurus dengan zona hambat sehingga semakin tinggi indeks maka semakin besar zona hambat sehingga potensi aktivitas antibakteri semakin tinggi (Wardani, Achmad Toto Poernomo, and Inaeni 2021).
Penelitian dari Wardani, (2021) ini menjadi dasar bahwa biota laut sesungguhnya menyimpan banyak potensi untuk dikembangkan terutama dibidang industri obat dan bioteknologi. Pemanfaatan tersebut tercermin dari potensi bakteri laut Bacillus tequilensis BSMF sebagai Sumber Daya Alam (SDA) laut sumber mikroba penghasil metabolit antibakteri.
Penulis : Achmad Toto Poernomo, Dr., Apt., M.Si.
Informasi detail riset ini dapat diakses pada artikel kami di: