Ekstrak Pegagan Meningkatkan Respon Sel Imun Makrofag pada Model Tikus Tuberkulosis

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto oleh bebeautiful.in

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis.  Secara global, diperkirakan 10,0 juta (kisaran, 8,9-11,0 juta) orang menderita TB pada tahun 2019. Secara geografis, sebagian besar orang yang menderita  TB pada tahun 2019 berada di wilayah Asia Tenggara (44%), Afrika (25%) dan Pasifik Barat (18%),  Mediterania Timur (8,2%), Amerika (2,9%) dan Eropa (2,5%). Delapan negara menyumbang untuk dua pertiga dari total globaladalah  India (26%), Indonesia (8,5%), Cina (8,4%), Filipina (6,0%), Pakistan (5,7%), Nigeria (4,4%), Bangladesh (3,6%) dan Afrika Selatan (3,6%).  Pandemi COVID-19 menyebabkan penurunan penanganan TB. Jumlah global kematian TB meningkat  sekitar 0,2–0,4 juta pada tahun 2020. Jumlah orang dengan TB yang terdeteksi dan diobati turun sekitar 25-50% selama  periode 3 bulan. Di India, Indonesia, Filipina dan Afrika Selatan, empat negara yang mempunyai  44% kasus TB secaraglobal, terjadi penurunan  dalam pelaporan jumlah orang yang didiagnosis dengan TB antara Januari dan Juni 2020, dibandingkan dengan periode 6 bulan yang sama pada tahun 2019. Pengurangan keseluruhan di India, Indonesia dan Filipina berada pada kisaran 25–30%.

Mycobacterium tuberculosis adalah bakteri intraseluler di dalam makrofag yang mempunyai kemampuan untuk menghindar dari antibiotika dan mengubah respons imunologi dari makrofag. Secara umum, respons imun tubuh akan berusaha untuk melakukan eliminasi patogen  yang masuk ke dalam tubuh, salah satunya  melalui apoptosis.  Pada infeksi tuberkulosis ditemukan bahwa Mycobacterium tuberculosis mempunyai kemampuan untuk menghambat apoptosis sel makrofag sehingga Mycobacterium tuberculosis berkembang biak di dalam makrofag. Respons imun mempunyai peranan penting dalam perkembangan infeksi tuberkulosis, maka penanganan tuberkulosis tidak hanya dengan menggunakan antibiotika tetapi perlu ditambahkan imunostimulan terhadap respons imun. Pemberian imunostimulan tersebut terutama untuk meningkatkan apoptosis pada makrofag yang terinfeksi bakteri, sehingga respons imun dapat berfungsi sebagai suatu sistem yang mampu mengeliminasi bakteri. Keuntungan dari apoptosis ini adalah meningkatkan eliminasi bakteri tanpa ada bahan intraseluler yang keluar ke ekstraseluler  sehingga bakteri tidak bisa tersebar keluar dari sel. Selain itu, proses apoptosis ini akan meminimalkan reaksi inflamasi yang akan merusak jaringan sekitarnya.

Ekstrak etanol Centella asiatica  mempunyai kemampuan untuk membunuh Mycobaterium tuberculosis dan meningkatkan respons imun seluler dan apoptosis pada sel kanker. Bukti ini menimbulkan harapan bahwa tumbuhan tersebut dapat berfungsi sebagai imunostimulan terutama untuk meningkatkan  apoptosis makrofag dengan infeksi Mycobacterium tuberculosis. Oleh karena itu, dilakukan penelitian pada hewan coba yang bertujuan untuk mengetahui efek dan mekanisme ekstrak etanol herba Centella asiatica dalam meningkatkan respon imun melalui aktivitas apoptosis sel makrofag jaringan paru tikus model TB. Mekanisme ini penting untuk diketahui karena apoptosis pada makrofag akan meningkatkan eliminasi bakteri dan mencegah bakteri  tersebar ke ekstraseluler, sehingga bakteri tersebut tidak dapat menginfeksi sel di sekitarnya. Dengan demikian proses penyakit infeksi tuberkulosis serta penyebaran infeksi ke populasi sekitarnya dapat dihentikan atau disembuhkan.

Metode penelitiannya  adalah eksperimental pada tikus model TB. Dua puluh delapan tikus jantan model TB, dibagi secara random menjadi 4 kelompok. Kelompok 1, 2, dan 3 mendapat ekstrak etanol Centella asiatica dalam bentuk suspensi dengan dosis  375mg/Kgbb, 750mg/KgBB, 1500mg/KgBB,  secara peroral dengan sonde selama 14 hari. Sedangkan kelompok 4 tidak memperoleh ekstrak etanol Centella asiatica. Pada hari ke-15 setelah perlakuan, baik tikus pada kelompok perlakuan maupun kelompok kontrol dibunuh dan diambil organ paru untuk dilakukan pemeriksaan.  Jaringan paru kiri diambil secara aseptik dan dimasukkan ke dalam formalin buffer 10% untuk dilakukan pemeriksaan histopatologi dan imunohistokimia. Pemeriksaan ekspresi protein Bcl-2, protein Bax, dan Caspase-8 pada sel alveolar makrofag dilakukan dengan menggunakan metode imunohistokimia. Apoptosis sel alveolar makrofag diperiksa dengan pengecatan TUNEL assay.

Kesimpulan penelitian ini adalah  ekstrak etanol herba Centella asiatica memiliki bahan aktif yang mempunyai kemampuan untuk meningkatkan respons alveolar makrofag pada tikus  model TB, melalui peningkatan apoptosis sel makrofag. Mekanisme peningkatan apoptosis sel alveolar makrofag tersebut melalui peningkatan eskpresi protein Caspase 8, peningkatan ekspresi protein Bax dan penurunan ekspresi protein Bcl-2. Hasil temuan pada penelitian ini dapat dilanjutkan sampai tingkat uji klinis lengkap dan diharapkan berguna menunjang pengembangan obat dari ekstrak etanol herba Centella asiatica untuk terapi kombinasi pada pengobatan penyakit tuberkulosis yang diperlukan masyarakat.

Penulis: Arifa Mustika

Link Jurnal: http://www.jidmr.com/journal/wp-content/uploads/2021/07/61-M21_1459_Arifa_Mustika_Indonesia.pdf

Judul Jurnal: Mechanism of Centella asiatica extract in Increasing Alveolar Macrophages Apoptosis in Rat Tuberculosis Models

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp