SRE UNAIR Sebut Indonesia Miliki Potensi Besar di Bidang Energi Terbarukan

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin

UNAIR NEWS – Kekayaan alam di Indonesia memang tak dapat dipandang sebelah mata, salah satunya di bidang pertambangan. Sumber daya Nikel yang melimpah dianggap mampu mengantarkan Indonesia menjadi raja baterai dunia.

Dalam company visit yang digelar oleh SRE (Society of Renewable Energy) Universitas Airlangga (UNAIR), Moh. Wahyu Syafi’ul Mubarok selaku pemateri menyebutkan bahwa di masa depan dimana energi baru terbarukan akan semakin digaungkan, baterai justru akan menjadi sebuah komoditi yang luar biasa diperlukan.

Energi baru dan terbarukan (EBT) merupakan sebuah adaptasi terhadap dampak buruk penggunaan energi tak terbarukan. Berkat kelebihannya yang ramah lingkungan, maka tak heran bila berbagai sektor mulai mengupayakan energi baru dan terbarukan menjadi sumber daya utama mereka.

Meski memiliki kelebihan dari segi lingkungan hidup, EBT tak dapat dibilang sempurna. “Clean energy memiliki intermittency atau jeda, ini kerap kali menimbulkan alasan bagi mereka yang tidak mau beralih ke energi terbarukan, karena justru pada saat intermittency inilah demand energi sangat dibutuhkan,” ujar alumni Fakultas Sains dan Teknologi (FST) Universitas Airlangga tersebut.

Dalam company visit berjudul “Renewable Energy is Sustainable Nation” itu, Wahyu sebagai Research Assistant di National Battery Research Institute(NBRI) menyebutkan bahwa EBT memerlukan sebuah tempat penyimpanan energi, agar energi tetap bisa digunakan sewaktu jeda intermittency.

“Dibutuhkan energy storage, jadi misal saat panel surya memanen energi ada bagian tertentu yang dapat menyimpan energi. Sehingga ketika tidak ada cahaya matahari, kita masih bisa bergantung pada panel surya karena adanya baterai itu tadi,” tandas Wahyu.

Alumni FST UNAIR itu juga menjelaskan bahwa baterai diperlukan di berbagai sektor yang menggunakan EBT sebagai sumber daya. “Baterai NMC yang kini jadi primadona, memiliki proporsi kandungan 80% nikel, otomatis orang-orang akan mencari resource. Dan secara logika, negara yang memiliki nikel yang banyak, secara logika bisa menjadi penguasa pasar,” sebutnya.

Wahyu menyebutkan, bila diimbangi dengan keahlian, pengelolaan, riset dan teknologi yang mumpuni dari SDM dalam negeri, nikel bakal mampu membangkitkan Indonesia menjadi penguasa industri baterai tingkat dunia.(*)

Penulis : Stefanny Elly

Editor : Khefti Al Mawalia

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp