Stroke adalah masalah kesehatan utama, dan karenanya, beban akibat penyakit stroke di seluruh dunia kian meningkat setiap tahunnya. Terlepas dari perkembangan teknologi yang pesat, stroke tetap menjadi salah satu penyebab utama kematian, dan angka kejadian stroke cenderung meningkat di berbagai negara selama beberapa dekade terakhir. Secara global, 70% dari total kejadian stroke, dan 87% dari total kematian terkait stroke di dunia, terdapat pada negara berkembang dengan tingkat pendapatan rendah hingga menengah. Di Indonesia sendiri, stroke merupakan penyebab kematian tertinggi di rumah sakit, dengan angka kematian mencapai 15,4%, dan prevalensi stroke meningkat dari 7 kasus per 1000 per kapita pada tahun 2013, menjadi 10,9 kasus per 1000 per kapita pada tahun 2018.
Meskipun terapi stroke yang efektif telah ditemukan, masih banyak hal yang mengganggu praktik manajemen stroke akut yang efektif; terutama di negara-negara berpenghasilan rendah hingga menengah. Empat hambatan utama telah teridentifikasi; di antaranya adalah hambatan yang terkait dengan pasien itu sendiri, fasilitas kesehatan, tenaga kesehatan, dan pada tingkat kebijakan kesehatan nasional yang lebih luas. Salah satu hal yang dapat menghambat manajemen stroke akut yang efektif adalah kegagalan petugas kesehatan dalam memberikan manajemen yang tepat dalam penanganan stroke akut; termasuk keterlambatan identifikasi gejala stroke akut dan respon awal yang terlambat untuk pasien stroke akut.
Untuk memberikan kontribusi dalam bidang ini, sebuah penelitian dilakukan oleh Kusuma dkk., (2021) dari Universitas Airlangga – RSUD Dr. Soetomo Surabaya, penelitian yang telah diterbitkan dalam Journal of Health Science and Medical Research (Prince of Songkla University) ini bertujuan untuk mengevaluasi tingkat pengetahuan, sikap dan praktik dokter perawatan primer (PCP) dalam manajemen stroke akut; terutama di negara-negara berpenghasilan menengah ke bawah, seperti Indonesia.
Penelitian dilakukan dengan melakukan survei tatap muka secara cross-sectional di antara semua PCP dari 63 Puskesmas sejak Oktober 2019 hingga Januari 2020 di Surabaya, kota terbesar kedua di Indonesia dengan tingkat populasi hampir tiga juta orang. Sebelum melakukan survei, semua peserta diberitahu tentang tujuan penelitian ini, dan bahwa itu sukarela untuk berpartisipasi. Setiap peserta, yang setuju untuk berpartisipasi, kemudian menandatangani surat persetujuan. Kuesioner diisi secara rahasia, dan seluruh proses diawasi dengan ketat. Kuesioner yang digunakan dalam instrumen survei ini dirancang sendiri oleh tim penulis, terdiri dari 25 pertanyaan dan berdasarkan beberapa pedoman penanganan stroke akut terkini.
Pada penelitian ini, terdapat 134 PCP yang telah berpartisipasi. Sebagian besar tingkat pengetahuan yang diperoleh berada pada kategori sedang (51,5%), sedangkan sebagian besar sikap dan praktik mereka terhadap stroke berada pada kategori baik (67,9% dan 75,2%). Hampir 75,0% dari PCP juga mengetahui tentang terapi trombolitik, tetapi hanya <50,0% yang mengetahui ‘masa keemasan’ terapi trombolitik. Korelasi signifikan ditemukan antara sikap-pengetahuan PCP (nilai-p<0,001), praktik-pengetahuan (nilai-p=0,002) dan praktik-sikap (nilai-p<0,001). Ada juga perbedaan yang signifikan dalam tingkat pengetahuan stroke antara PCP, dengan pengalaman praktik klinis yang berbeda (p-value=0,015). Pengetahuan stroke yang lebih baik cenderung diperoleh oleh PCP dengan pengalaman praktik klinis yang lebih muda.
Pada akhirnya, penelitian ini mengungkapkan bahwa tingkat pengetahuan, sikap dan praktik PCP dalam penanganan stroke akut di Indonesia sudah cukup baik, namun masih perlu ditingkatkan kembali; khususnya, pengetahuan tentang penggunaan terapi trombolitik dan ‘masa keemasan’ terapi trombolitik dalam manajemen stroke akut. Diperlukan pelatihan rutin terkait penanganan stroke akut, melalui simposium atau workshop bagi PCP dan tenaga medis lainnya, serta kampanye untuk meningkatkan kesadaran akan stroke pada masyarakat Indonesia secara umum. Penelitian lebih lanjut, dalam skala yang lebih besar, diperlukan untuk mengkonfirmasi temuan dari penelitian ini.
Penulis: Dr. Asra Al Fauzi, dr., Sp.BS.
Link Jurnal: https://www.jhsmr.org/index.php/jhsmr/article/view/800