Pituitari adenoma adalah suatu tumor pada glandula pineal yang jinak yang terletak pada regio sella atau suprasellar, tumor ini dalam WHO masuk kategori tumor kelenjar endokrin. Tumor ini memiliki insiden wanita dua kali lebih banyak dibanding pria yang paling banyak terjadi di usia remaja hingga usia 30 tahun. Penyebab paling sering 95% akibat faktor keturunan secara herediter yang sporadis dan 5% akibat gangguan gen Familial Isolated Pituitary Adenoma (FIPA).
Mayoritas pembagian tumor ini berdasar 3 macam yaitu berdasar aktifitas endokrin, radiologi dan anatomi. Kita tahu bahwa glandula pineal merupakan pusat banyak hormon, sehingga penamaan tumor berdasarkan hormon yang terkena misalnya kasus tersering adalah prolatinoma sebanyak 65%. Pembagian berdasar aktifitas endokrin yaitu bila tumor tersebut menimbulkan gangguan secara fungsi normal tubuh maka disebut pituitari adenoma fungsional sedangkan pada yang tidak menimbulkan gejala disebut dengan pituitari adenoma non-fungsional. Radiologis membagi pituitari adenoma menjadi makroadenoma bila ukuran lebih dari 10 mm dan mikroadenoma bila ukuran kurang dari 10 mm.
Walaupun Gejala dari pitutari adenoma ini bervariasi, pasien sering mengabaikan gejalanya karena mayoritas asimtomatis atau tidak bergejala atau ada gangguan tetapi bisa membaik dengan sendirinya.Dalam jangka panjang, tumor ini jika dibiarkan akan menimbulkan kecacatan permanen terutama gannguan penglihatan. Keluhan yang tersering adalah gangguan penglihatan dan nyeri kepala yang kronis progresif. Gangguan ini biasa muncul ketika ukuran tumor sudah lebih dari 10mm sehingga menekan cabang saraf yang berada di sinus cavernosus yaitu saraf II ( optikus ) ,III ( okulomotorius), IV (troklearis ), VI(abdusen). Pada penekanan saran II terjadi gangguan visus dan lapang pandang . nervus III, IV, VI mengakibatkan gangguan kelumpuhan otot penggerak bola mata, secara visual terlihat seperti matanya juling dan penglihatan pasien ganda. Awal gejala sering diabaikan karena biasanya hilang timbul sebelum kerusakan terjadi permanen.
Diagnosisnya ditegakan dari anamnesa, gejala klinis dari gangguan penglihatan, nyeri kepala dan gangguan hormonal. Pemeriksaan tambahan seperti CT scan atau MRI kepala dan minimal tes laboratorium terkait masalah hormonal dapat dilakukan untuk membantu menegakan diagnosis.
Pengobatan pada pituitari adenoma bergantung pada jenis hormon dan manifestasi klinis dari pasien. Pilihan pengobatan ada secara farmakologis, pembedahan, dan radioterapi. Pada kasus yang tak bergejala dan tidak ada gangguan hormon, pasien akan dievaluasi secara berkala. Pengobatan farmakologis dipilih sebagai pilihan utama pada kasus yang memang tidak ada gejala penekanan saraf otak atau yang mengancam jiwa. Sebagaian besar merespon baik dengan terapi farmakologis. Namun pada kasus berat, pembedahan harus dilakukan untuk menyelamatkan fungsi struktur saraf yang tertekan. Kesembuhan fungsi penglihatan pada kasus ini sangat bervariasi tergantung dari seberapa awal ditemukannya tumor dan pemeberian terapi yang tepat.
Pituitari adenoma merupakan tumor intrakranial yang jinak dengan prevalensi terbanyak pada anak dan remaja yang merupakan usia produktif. Meskipun tumor ini jinak bila tidak ditangani dengan baik akan menimbulkan kecacatan yang permanen bagi penderita. Mengenali dan deteksi dini dari tumor ini sangatlah penting bagi para dokter dan pasien.
Penulis: Hanik Badriyah Hidayati, Cindy Cecilia
Link : https://seronjihou.files.wordpress.com/2021/05/283289.pdf
Cecilia C, Hidayati HB. A Comprehensive Approach in Pituitary Adenoma Management. International MEdical Journal Anaesth. pain intensive care 2021;28(3):289-292.