Variabel Makroekonomi dan Foreign Direct Investment di ASEAN 5

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi by Quipperr

Aliran Foreign Direct Investment (FDI) dapat dianggap sebagai salah satu variabel yang dapat mempengaruhi keberlangsungan ekonomi suatu negara. Masuknya FDI ke suatu negara dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain pengembalian investasi, infrastruktur, dan keterbukaan perdagangan. Asiedu (2002) menyatakan bahwa pengembalian investasi yang tinggi, infrastruktur yang lebih baik, dan keterbukaan perdagangan akan berdampak positif terhadap tingkat FDI yang masuk. Determinan lain dari FDI menurut penelitian yang dilakukan oleh Tuman & Emmert (1999), yaitu market size, kebijakan penyesuaian ekonomi, dan jenis ketidakstabilan politik tertentu.

Terkait hal tersebut, Shochrul Rohmatul Ajija dan Fery Farhan Fanani melakukan sebuah penelitian mengenai dampak variable ekonomi makro terhadap FDI dengan mengambil studi kasus pada negara ASEAN-5 yaitu Indonesia, Singapura, Malaysia, Filipina, dan Thailand. Hasil penelitian ini dipublikasikan pada Economics Development Analysis Journal Volume 10 No. 3 (2021) halaman 298-307. Penelitian ini menggunakan data panel dari unit cross-section lima negara ASEAN (Indonesia, Singapura, Malaysia, Filipina, dan Thailand) dan unit time series dari tahun 1986 sampai 2017 yang selanjutnya dianalisis dengan menggunakan metode REM (Random Effect Model) sebagai metode terbaik dibandingkan metode PLS (Pooled Least Square) dan FEM (Fixed Effect Model) setelah melalui uji Chow dan Hausman.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh variabel yaitu suku bunga, nilai tukar, dan total ekspor memiliki pengaruh signifikan terhadap arus masuk FDI di ASEAN 5 dengan arah yang berbeda. Tingkat suku bunga berpengaruh negatif signifikan yang didukung oleh teori Keynes yang menyatakan bahwa suku bunga memiliki hubungan negatif dengan investasi. Hal ini menandakan bahwa semakin besar perbedaan suku bunga berarti investasi akan berkurang karena tingginya biaya modal sehingga investor menekan modal yang mengalir ke negara tujuan. Sebaliknya, jika selisih suku bunga kecil dengan asumsi return negara tujuan lebih besar dari negara asal, investor akan mengalirkan modalnya karena biaya modal yang murah.

Nilai tukar berpengaruh positif signifikan terhadap FDI yang selaras dengan Moosa (2002) bahwa negara-negara dengan nilai tukar (mata uang) yang lebih besar dibandingkan negara lain akan cenderung lebih disukai sebagai tempat berinvestasi karena negara-negara dengan mata uang lemah umumnya memiliki risiko yang lebih besar. Ekspor berpengaruh positif signifikan terhadap FDI yang didukung oleh Kneller (2004) bahwa ekspor mendorong peningkatan produksi barang lokal untuk tujuan ekspor sehingga dengan peningkatan produksi untuk ekspor barang maka akan meningkatkan aliran masuk FDI ke host country. Berdasarkan hasil penelitian ini, maka rekomendasi yang dapat diberikan adalah perlunya pengendalian harga barang/laju inflasi agar daya beli masyarakat tetap terjaga dan membantu pertumbuhan ekspor.

Penulis: Shochrul Rohmatul Ajija, Fery Farhan Fanani

Link Jurnal: https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/edaj/article/view/45294

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp