Stroke Hemodinamik pada Cardio-Cerebral Infar

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto dari Lifepackk id

Sindroma koroner akut (SKA) merupakan kegawatan dibidang kardiovaskular dimana terjadi penurunan aliran darah pada pembuluh darah koroner akibat pecahnya plak, kondisi tersebut dapat mengakibatkan kerusakan maupun kematian pada sel jantung. Angka kejadian SKA sendiri semakin meningkat seiring dengan pola hidup masyarakat yang tidak sehat dan sedentary dan penyakit metabolik, seperti diabetes, dislipidemia, dll, yang makin meningkat. Stroke iskemik akut juga merupakan suatu kegawatan dibidang neurologi, dimana terjadi penurunan alirah darah mendadak pada pembuluh darah di otak yang dapat mengakibatkan kecacatan maupun kematian. Kejadian simultan dari kedua penyakit tersebut sangat langka dan mematikan, disebut sebagai cardio-cerebral infark.

Cardio-cerebral infark yang simultan merupakan kondisi klinis yang langka dan mematikan, berdasarkan penelitian angka kejadiannya hanya 0,009%. Patogenesis terjadinya cardio-cerebral infark dapat diakibatkan karena terbentuknya trombus pada ventrikel kiri yang mengalami infark, dan menjadi sumber emboli, atau penurunan aliran darah mendadak ke otak akibat penurunan fungsi jantung. Penurunan aliran darah mendadak tersebut mengakibatkan área tertentu di otak mengalami hipoperfusi dan mengakibatkan timbulnya stroke. Stroke pada kondisi tersebut dikenal sebagai stroke hemodinamik.

Stroke hemodinamik berbeda dengan stroke iskemik pada umumnya, dimana penyebab timbulnya stroke bukan karena ada sumbatan pada pembuluh darah di otak akibat trombus, akan tetapi disebabkan karena penurunan aliran mendadak ke otak yang mengakibatkan timbulnya hipoperfusi pada bagian tertetntu di otak, yang dikenal sebagai watershed area.

Hingga saat ini, belum ada panduan yang pasti untuk menentukan pengobatan terbaik pada kasus langka namun mematikan seperti cardio-cerebral infark. Pada laporan kasus ini kami menampilkan suatu kejadian simultan SKA yang diikuti dengan stroke. Dimana seorang laki-laki, 56 tahun mengalami serangan jantung berupa infark miokard dengan elevasi segmen ST (STEMI) dan gangguan irama jantung dan diikuti dengan timbulnya suatu stroke. Pada kasus kami, penanganan dengan tindakan minimal invasif seperti kateterisasi jantung ternyata memberikan hasil yang memuaskan, dimana terjadi perbaikan tidak hanya di jantung tetapi juga status neurologis. Bila dibandingkan dengan laporan kasus lainnya di dunia dimana kasus cardio-cerebral infark ditangani secara konservatif dengan pemberian obat-obatan, tindakan kateterisasi yang kami lakukan ternyata memberikan efek yang lebih baik dibanding terapi konvensional.

Penulis: dr. Moch. Yusuf, SpJP(K)

Informasi lengkap terkait artikel kami dapat dilihat di: https://doi.org/10.3889/oamjms.2021.6388

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp