Konversi Kimia Ekstrak Laos dan Potensinya sebagai Antileishmania

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto dari Sajian Sedap

Siapa diantara kalian yang tidak mengenal laos? Laos merupakan salah satu empon  empon wajib yang terdapat dalam di setiap rumah tangga di Indonesia. Laos yang memiliki  nama latin Alpinia galanga (L.) ini tersebar luas di daratan China, India, dan negara-negara  Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Akar atau rimpang dari tanaman ini telah umum  digunakan sebagai bumbu masakan atau juga sebagai obat sakit perut karena memiliki efek  gastroprotektif. Secara tradisional, laos juga digunakan untuk mengobati dispepsia dan kolik  perut. Hingga saat ini, ada banyak artikel ilmiah yang membahas aktivitas farmakologi dari  tanaman ini, antara lain sebagai anti-alergi, antikanker, anti-inflamasi, antimikroba,  antioksidan, antiasma, dan juga untuk penghambat melanogenesis. Namun, belum ada  laporan tentangnya khasiat laos sebagai antiparasit.  

Neglected Tropical Diseases (NTD) atau penyakit tropis yang terabaikan merupakan  penyakit-penyakit yang disebabkan oleh berbagai mikroba termasuk parasit. NTD ini  biasanya hanya ditemui pada negara di daerah tropis atau subtropis dengan taraf hidup masyarakatnya rendah. Penyakit ini termasuk penyakit menular namun terabaikan dan tidak  mendapatkan perhatian yang cukup jika dibandingkan dengan penyakit menular lainnya  seperti tuberculosis, malaria ataupun HIV/AIDS. WHO telah memasukkan 17 penyakit ke  dalam kelompok NTD. Leishmaniasis merupakan salah satu jenis NTD yang disebabkan oleh  parasit Leishmania sp dan perlu diupayakan pengobatannya. Beberapa upaya telah untuk  mengatasi masalah tersebut, salah satunya adalah dengan memperoleh obat baru yang efektif  membasmi parasit tersebut.  

Bahan alam telah diakui sebagai sumber penting dalam penemuan obat baru dan  dalam pengembangan obat karena keunikan struktural dan aktivitas biologis yang relatif kuat. Sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa saat ini sulit sekali untuk mendapatkan senyawa  baru dari bahan alam dengan cara mengisolasinya, sehingga diperlukan metode yang terkini yang mampu mengatasi problem tersebut. Konversi kimia bahan alam adalah salah satu  metode yang berkembang cukup pesat dalam beberapa tahun terakhir ini dalam  menghasilkan senyawa aktif yang baru. Pada ulasan kali ini, penulis melakukan eksplorasi  dari metode ini pada tanaman Laos dan berhasilkan mendapatkan beberapa senyawa baru  yaitu turunan senyawa prenil propanoid dan senyawa lain yang berpotensi sebagai kandidat  senyawa antileishmaniasis.  

Konversi kimia dari rimpang laos ini dilakukan dengan menambahkan pereaksi  tertentu pada ekstrak etil asetat yang disertai dengan pengadukan dengan kecepatan yang  konstan selama semalaman di suhu kamar. Pereaksi yang ditambahkan pada konversi kimia  ini adalah Kalium peroksomonosulfat, dimana dengan pelarut aseton akan menghasilkan  dioksirane secara in situ. Dari profil kromatogram HPLC, terlihat beberapa puncak yang  semula ada pada ekstrak etil asetat, setelah mengalami proses konversi kimia menjadi menghilang. Begitupun pada ekstrak yang telah mengalami konversi kimia dihasilkan  beberapa puncak yang baru dimana sebelumnya tidak tampak pada ekstrak semula.  

Pengujian aktivitas antileishmania dilakukan dengan metode kolorimetri MTT  terhadap promastigot dari Leishmania major. Hasil pengujian menunjukkan bahwa ekstrak  rimpang laos yang telah mengalami konversi kimia memiliki aktivitas penghambatan  terhadap pertumbuhan parasit L. major sebanyak 82.6%, dibandingkan ekstrak awalnya,  2.7%, pada konsentrasi 100 µg/ml. Dapat dikatakan bahwa ekstrak etil asetat dari rimpang  laos sebelum mengalami konversi kimia dapat dianggap tidak aktif dalam menghambat  parasit L. major. Metode konversi kimia ini membuat ekstrak yang awalnya tidak aktif  mengalami peningkatan aktivitas biologis secara signifikan dalam menghambat pertumbuhan  parasit L. major.  

Hasil yang diperoleh pada tahap skrining penelitian ini sangat menarik, sehingga  dilakukan eksplorasi lebih lanjut dan diperoleh beberapa senyawa seperti hidrokuinon, 4- hidroksi(4-hidroksifenil)metoksibenzaldehid, isokumarin-4-hidroksimelein, humulene  triepoksida, dan beberapa senyawa baru turunan fenilpropanoid (fenilpropanoid 1-6).  Elusidasi struktur dari senyawa senyawa tersebut menggunakan analisis spektroskopi NMR baik 1 dimensi maupun 2 dimensi, IR, dan MS. Dari keseluruhan senyawa yang berhasil diisolasi dari konversi kimia rimpang laos,  senyawa yang paling aktif menghambat pertumbuhan parasit L. major adalah senyawa  hidrokuinon dan senyawa fenilpropanoid 2 yang juga menunjukkan aktivitas yang baik  terhadap L. mayor dibandingkan dengan kontrol positif, miltefosine. Dapat ditarik  kesimpulan bahwa artikel ini adalah laporan yang pertama tentang tanaman laos yang telah  mengalami konversi kimia dan uji aktivitasnya terhadap parasit L. major. 

Penulis: apt. Melanny Ika Sulistyowaty, M.Sc., Ph.D.

Untuk informasi yang lebih lengkap dapat dilihat pada artikel aslinya dengan judul: “Six New Phenylpropanoid Derivatives from Chemically Converted Extract of Alpinia  galanga (L.) and Their Antiparasitic Activities”, pada tautan berikut:  https://doi.org/10.3390/molecules26061756

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp